Chereads / CEO Dadakan / Chapter 12 - Korban Selamat

Chapter 12 - Korban Selamat

Pertemuan dengan keluarga korban yang selamat berjalan dengan lancar, Imelda meneruskan mengunjungi pegawai yang cedera...

Satu persatu Imelda mendatangi mereka di ruang rawat inap...

Sungguh menyakitkan untuknya, dia masih sulit mengontrol emosinya tapi dia harus terlihat kuat di depan mereka...

Di usianya yang masih sangat muda, dia melihat satu persatu korban kebakaran itu...

Ada yang kondisi terbakar 80%, ada yang kehilangan tangan, kehilangan kaki bahkan ada yang masih koma di ruangan ICU...

Ada pegawai yang baru saja menikah dan suaminya harus kehilangan satu kakinya, ada yang kondisi istrinya masih hamil muda, ada yang sudah mempunyai anak masih kecil2...

Hatinya sungguh ingin menangis melihat itu, tapi sebagai perwakilan perusahaan, dia harus terlihat kuat untuk menguatkan keluarga pegawai korban kebakaran itu...

Putra melihat bahwa Imelda sungguh terpukul melihat itu semua, dia terus mendampingi Imelda...

Nona, ini korban terakhir kita dengan luka bakar 80%, apakah nona masih kuat??

Saya tetap harus melihatnya, apa lagi ini yang terparah...

Putra menyiapkan baju khusus untuk masuk keruangan ICU, karena sangat terbatas, maka Putra hanya mengantar sampai di pintu...

Nona saya tidak bisa mendampingi masuk ke dalam, saya akan menunggu nona di sini...

Imelda mengangguk sambil menarik nafas panjang... Dia berusaha menjaga senyumnya walaupun hatinya menangis melihat semua korban2 ini...

Semua legal perusahaan sedang melakukan penawaran kepada keluarga pegawai, Imelda kembali keruang tunggu yang telah disiapkan tadi...

Nona, kemungkinan Tuan Anggo dan tim masih memerlukan waktu untuk menyelesaikan urusan dengan keluarga pegawai, lebih baik kita ke hotel dulu untuk istirahat, besok pagi kita baru meneruskan perjalanan kita...

Saya sudah menyiapkan kamar untuk Nona beristirahat...

Tapi jadwal kita seharusnya sore ini bertolak ke Kota JJ bukan...

Kita istirahat dulu malam ini Nona, besok baru kita lanjutkan perjalanan...

Apakah tidak mengganggu jadwal kita Putra??

Tidak Nona, semuanya sudah dipersiapkan...

Besok kita bisa langsung menemui keluarga korban setelah sampai...

Putra tau, Imelda butuh waktu untuk sendirian sekarang... Terlihat dia berusaha keras menutupi perasaannya... Dan dia teihat sangat terpukul setelah melihat kondisi pegawai2 yang cedera tadi...

Tuan Anggo, kita mundurkan jadwal satu hari... Nona terlihat sangat lelah dan shock... Saya akan membawa nona ke hotel untuk istirahat, sampai bertemu pada saat makan malam... Putra mengirim pesan pada Tuan Anggo...

Baiklah... Sampai berjumpa nanti malam...

Ini kamar anda nona, kamar saya berada di sebelah kamar nona... Dan ini connecting room, jika ada keadaan yang mendesak, silahkan nona hubungi saya... Zepri dan Pak Asep berada di depan kamar Anda...

Silahkan Nona Istirahat dulu, dan kita akan bertemu dengan Tuan Anggo pada saat maka malam...

Imelda hanya mengangguk, pikirannya masih ke korban2 kebakaran itu, seperti putaran film dikepalanya... Dia menangis dan berteriak di kamarnya, melepaskan air mata yang sudah ditahannya dari tadi... Dia benar2 sedih melihat semua korban dan keluarga korban tersebut, memikirkan pegawai yang cacat akibat kejadian tersebut membuat perasaannya tidak enak... Memikirkan mereka melanjutkan hidup dengan kondisi cacat membuat air matanya sangat deras mengalir...

Cara berpakaian dan make up mungkin membuatnya terlihat sangat jauh dari umurnya tapi bagaimana pun kepribadiannya, emosionalnya masihlah tetap anak2 yang belum 17 tahun...

Putra berkali2 menelepon ke Hp dan telepon room Imelda, tapi sama sekali tidak ada yang menjawab... Ini sudah hampir setengah jam dia berada di depan kamar Imelda memencet bel tapi masih belum juga ada tanda pergerakan di dalam...

Putra memanggil resepsionis untuk membantunya membuat kunci duplikat kamar Imelda...

Zepri dan Pak Asep sudah duluan keruangan makan menemui Tuan Anggo... Putra tidak ingin Tuan Anggo cemas terhadap Imelda... Dia berpesan bahwa katakan Nona sedang bersiap...

Putra takut terjadi sesuatu pada Imelda, dia terpaksa membuka kamar Imelda dengan kunci duplikat...

Nona panggil Putra dari pintu, tapi tetap tidak ada jawaban.. Putra mencoba masuk dan berjalan dengan sangat lambat...

Dilihatnya Imelda sedang tertidur dengan headphones ditelinganya...

Syukurlah bantinnya, dilihatnya muka lelah Imelda dan mata yang sembab, Imelda sungguh terlihat seperti anak2 tanpa polesan make up sedikitpun, terlihat sangat polos...

Putra mencoba mengusap kepala Imelda dan mencium keningnya... Tiba2 dia tersentak kaget melihat Imelda bergerak... Dia langsung berdiri... Jantungnya deg2an dan terasa sangat aliran darah ditubuhnya sangat deras...

Imelda menggeliat, dan membuka matanya...

Dia langsung menarik selimutnya, dan kaget ketika melihat Putra ada diruangannya...

Apa yang kamu lakukan di sini??

Maaf Nona, saya lancang...

Saya tadi masuk ke sini menggunakan kunci duplikat yang dibuat resepsionis...

saya mencoba menghubungi nona dari setengah jam yang lalu, tapi nona tidak mengangkat telepon saya, dan mendengar bel yang saya pencet...

Karena khawatir, hal buruk terjadi sama Nona... Saya berusaha meminta resepsionis membuat kunci duplikat untuk bisa masuk dan melihat keadaan Nona...

oh maaf, saya sedang mendengar MP3 ujar Imelda dan tidak mendengar telepon serta panggilanmu...

Kalau begitu saya akan menunggu Nona diluar sembari Nona bersiap...

Tapi saya lagi malas keluar, dan saya belum lapar... Kamu pergi saja duluan...

Maaf Nona Tuan Anggo sudah menunggu kita dari tadi, saya takut beliau cemas kalau tau saya turun tidak bersama Nona!!

Baiklah saya akan berganti pakaian dulu, kamu duduk saja di sana menunjuk sofa diruangan itu...

Tidak apa2 Nona, biar Nona nyaman saya tunggu diluar saja... hati Putra mulai merasa tidak nyaman kalau harus berdua dengan Imelda, sulit untuknya menutupi perasaannya... Selama ini dia berusaha menjaga jarak dengan Imelda karena tidak ingin muncul perasaan yang tidak diinginkannya... Dia tidak boleh lancang melupakan amanah dari Tuan Zen... Untuk menjaga dan mendampingi Imelda sampai Imelda menemukan lelaki yang baik untuknya...

Kamu itu bukan pengawalku, tapi orang yang dikirim untuk mendampingiku, walaupun kamu nga' mau jadi teman buat aku, setidaknya kamu bisa dikatakan asistant ku... Duduk saja di sana, paling lama cuma 5 menit, aku hanya berganti pakaian...

Putra hanya diam dan duduk di kursi yang ditunjuk Imelda...

Dia salah tingkah ketika kursi yang ditunjuk Imelda menghadap ke kamar mandi tempat Imelda mengganti pakaian...

Shit!! gumamnya...

Kaca itu memang tidak tembus pandang, tapi kan kaca itu membuat bentuk tubuhnya terlihat jelas ujar Putra... Cobaan apalagi ini ujarnya... Dia langsung menundukkan pandangannya kelantai...

Imelda tau kalau kaca itu memang membuat bentuk tubuhnya terlihat samar dari luar... di renggangkannya kacanya sedikit, dia bermaksud melihat ekspresi manusia batu itu...

Tapi Imelda kecewa karena Putra malah sibuk menunduk sambil melihat ke Handphone nya...

hmmm... dia memang lelaki baik gumam Imelda, tidak sampai 5 menit Imelda keluar dari kamar mandi... Dia hanya mengenakan dress baby doll dan menggulung rambut panjangnya keatas, sehingga lehernya terlihat sangat jenjang... Dia lagi malas berdandan...

Putra panggilnya pelan...

Iya Nona, Putra mendongak dan kaget karena Imelda sudah ada di depannya...

Putra gelagap dan hp nya hampir jatuh...

Maaf2 kamu kaget ya , ujar Imelda...

Kalau aku pakai pakaian ini dan tidak berdandan boleh nga'??

Putra tertegun, Imelda terlihat sangat cantik alami, baju yang dipakainya membuat dia terlihat sangat anggun dan muka polos tanpa make up membuatnya jauh terlihat sangat cantik... Dan kulit putih mulusnya dengan paduan baju warna kuning lembut membuatnya seperti bercahaya...

Dan ini dia tidak menggunakan high heels, hanya sepatu biasa tanpa high... Membuat tubuhnya terlihat lebih kecil dari biasanya...

Apakah boleh saut Imelda lagi???

Nga' masalah, selama kamu merasa nyaman dan pakaian yang kamu pakai sopan...

Baikah, ayo kita turun ke bawah Putra berdiri dan berjalan keluar kamar duluan...

Mukanya sungguh terasa panas dan jantungnya berdebar-debar melihat Imelda tadi...