Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Bad Girls and ketos

Susi_Idawati
--
chs / week
--
NOT RATINGS
18.3k
Views
Synopsis
Klara anastasia adalah gadis yang terkenal karena kenakalannya, bahkan dia sudah sering berpindah-pindah sekolah hanya karena ulah gilanya ketika di sekolah. Pasti nya saja semua guru BK di sekolah tidak asing lagi dengan nama Klara, pasti mereka sudah mual ketika mendengar nama Klara, namun untung saja Klara adalah anak dari orang kaya, jadi ia masih bisa membayar sekolah untuk mengatasi Klara. Namun di sebuah sekolah yang terakhir ia tempati ia di pertemukan dengan seorang ketua kelas yang bernama Julian Jefferson ketua osis yang terkenal akan kejutekannya. Akan seperti apakah kisah Klara selanjutnya, apakah ia akan benar-benar tobat? atau semakin menjadi-jadi? temukan jawaban di sini.
VIEW MORE

Chapter 1 - Keributan Pertama

"Sok jagoan lu jadi orang, " balas Mila tak terima, ia merasa dirinya di rendahkan oleh seorang wanita yang bahkan tidak ia kenal sama sekali.

Tanpa basa-basi Mila menendang Klara namun sayangnya tendangannya tidak tepat sasaran, tanpa menunggu perintah kedua temannya Mila pun ikut membantu bosnya, namun sayang sekali walaupun mereka bertiga tetap saja perkelahian itu di menangkan oleh Klara.

Klara mengambil kursi yang berada di sana lalu memukulkan nya ke arah mereka, lalu setelah itu Klara menendang ketiga wanita itu sampai terjatuh ke lantai, " Jangan pernah mau main-main sama gue, " ucap Klara, nada suaranya berubah menjadi sangat menyeramkan.

Klara berjalan menghampiri Mila lalu menarik rambutnya dengan kasar, membuat Mila mendongkrak menatap ke arah Klara dengan tatapan tajam, seperti nya ia tidak Terima di kalahkan oleh Klara, " Inget pesan saya ya sayang, jangan pernah berani melawan orang yang udah jelas-jelas bukan tandingan lu, " ucap Klara pelan namun sangat menakutkan.

Tak ada jawaban dari mulut Mila ia hanya terdiam sambil menatap pasrah pada Klara, " Mana orang yang namanya Julian tu mana? gue mau liat bagaimana bentuk orang itu, sampai-sampai membuat lu bertingkah layaknya orang gak punya otak, " ucap Klara sambil mencari-cari siapa orang yang bernama Julian itu.

Hingga ada seorang pria yang mengacungkan tangannya, lalu berjalan ke arah Klara dengan gaya cool nya, " Mau apa lu cari-cari gue? " tanya pria itu, ternyata pria itu yang bernama Julian.

"Oh jadi ini cowok yang lu suka? " tanya Klara pada Mila sambil masih memegang rambut nya, namun kali ini Klara mengarahkan wajahnya Mila pada Julian yang saat ini ada di hadapannya.

"Sorry yah lu cowok, lu urus ni pacar lu, dan bilangin sama dia jangan pernah menindas orang lain, " ujar Klara pada Julian sambil menarik dan menyerahkan Mila pada Julian. Lalu setelab itu ia berniat pergi ke arah sahabatnya yang sudah menunggu dirinya.

Namun tiba-tiba tangannya di tarik oleh Julian membuat Klara dengan cepat menatap ke arah Julian, " Mau apa lagi? " tanya Klara.

"Ikut gue ke ruang guru, " balas Julian sambil menarik tangan Klara dan juga Mila ke arah ruang guru.

Keempat sahabatnya Klara berjalan mengejar Klara dari belakang, kalau saja ini buka di lingkungan sekolah sudah mati dah yang narik-narik tangan Klara, apalagi narik nya dengan cara yang kasar sama seperti apa yang Julian lakukan pada Klara.

Hingga sampailah mereka di depan ruang guru, Julian langsung mendudukkan Klara dan Mila tepat di depan pak Diki Guru BK.

"Buat masalah apa lagi kamu Klara? " tanya Pak Diki, ia tau kalau pada akhirnya Klara akan membuat masalah di sekolahnya, namun jika ia mengeluarkan Klara di sekolah ini bisa-bisa ayahnya Klara akan marah besar pada guru-guru dan juga pemilik sekolah ini, karena ayahnya Klara adalah donatur terbesar di sekolah ini.

"Begini ya pak, saya hanya ingin membatu orang yang sedang seenaknya di bully sama ni orang, " balas Klara tanpa rasa bersalah sambil menoyor kepala Mila.

Namun terlihat jelas di wajah Mila kalau saat ini dirinya sesang pasrah, rasanya tubuhnya masih terasa sangat sakit karena pukulan yang tadi Klara berikan padanya, kalau ia saat ini buat Klara marah bisa-bisa ia akan masuk ke rumah sakit karena patah tulang atau kehabisan darah.

"Kamu itu bisa tidak kalau bicara dengan guru pakai nada suara rendah, " ujar Diki yang kesal dengan kelakuan Klara.

"Saya tidak peduli, " balas Klara acuh, ia lebih memilih untuk diam sambil mengenderkan kepalanya kesenderan kursi.

Sementara keempat temannya menunggu Klara di luar ruangan guru, " Lu bisa tebak apa yang terjadi di dalam gak? " ujar Rico sambil menatap ketiganya dengan bergantian.

"Tau ah, soalnya kelakuan si Klara gak bisa gue tebak, " balas Mary sambil menyenderkan tubuhnya di tembok.

"Gue yakin kalau gurunya saat ini sedang di buat pusing oleh kelakuan si Klara, " yakin Gilang.

"Ah pokoknya gue saat ini cuman pengen si Klara cepet keluar aja lah, " timpa Erik yang sudah pegal menunggu Klara keluar dari ruanga guru.

Sementara di dalam ruangan guru mereka masih debat tentang siapa yang salah, namun bukan dengan Mila, melainkan Klara debat dengan Julian, " Eh dengerin gu yah, yang ngajakin gue ribut itu ni orang, gue niatnya cuman mau bantuin doang, " jelas Klara sambil menatap tajam pada Julian.

"Lu pikir gue gak tau apa? orang gue liat sendiri kok lu yang mau nyerang duluan, " balas Julian ia yakin kalau Klara lah yang memulai keributan, karena ia hanya melihat kejadian itu setengahnya saja.

Klara tersenyum meremehkan, " Makannya jadi orang itu jangan sok tau yah-" belum juga Klara meneruskan ucapannya, Pak Diki keburu memotong pembicaraan mereka.

"Kenapa jadi kalian yang ributnya? " tanya Diki sambil memukul meja yang berada di depannya.

Mereka berdua langsung menghadap ke arah pak Diki dengan wajah yang masih kesal, "Saya akan berikan kalian semua hukuman termasuk kamu Julian, kalian bersihkan semua halaman kelas sekolah ini, " ujar Diki yang sudah tidak mau mendengar penjelasan dari mereka, karena setiap ingin menjelaskan pasti saja ada yang debat.

"Kok saya jadi kena sih? " tanya Julian tak Terima.

"Kamu barusan juga ikutan ributkan di depan saya, jadinya kamu juga harus ikutan kena hukuman, " balas Diki.

Klara tersenyum kemenangan, ia senang kalau orang yang sangat sok ini juga ikutan kena hukuman, " Ya udah pak itu doang kan? kalau gitu aku pergi dulu yah, " ujar Klara sambil berjalan meninggalkan ruang guru tersebut, ia akan segera menyelesaikan tugasnya, walapun pada dasarnya nanti ia tidak akan mungkin melakukan apa yang pak Diki katakan.