Hasan bin Ali
Pemimpin yang Mendamaikan Dua Golongan
Ketika sudah dewasa, diceritakan oleh Ibnu Al-Atsir bahwa Hasan sering melakukan perjalanan ibadah haji dengan berjalan kaki sambil menuntun hewan ternak yang hendak dijadikan qurban. Hasan pernah berkata, "Sungguh aku malu kepada Tuhanku jika aku berjumpa dengan-Nya kelak sementara aku tidak berjalan kaki menuju rumah-Nya." Mush'ab Al-Zubair ibn Bikar menyebutkan, Hasan menunaikan haji dengan berjalan kaki sebanyak 25 kali.
Hasan berwatak lemah lembut, dermawan dan sangat wara' (hati-hati dan menjaga diri). Hasan sama sekali tidak pernah tergoda oleh gelimang harta dan dunia.
Abu Bakrah menuturkan, "Suatu hari Rasulullah naik mimbar, kemudian dia bersabda: 'Putraku ini adalah pemimpin. Melaluinya Allah mendamaikann dua golongan besar.'"
Dan benar saja sabda Rasulullah itu terjadi. Hasan pernah memangku jabatan khalifah sebentar. Kemudian dia menyerahkan kekuasaan itu kepada Muawiyah. Dia melakukan itu agar persatuan dan perdamaian antara sesama Muslim dapat terwujud. Hasan mengundurkan diri sebagai khalifah pada bulan Rabiul Awal 41 H. Dia meninggalkan Kufah (yang sempat menjadi ibukota Khilafah), lalu menetap di Madinah.
Hasan meninggal di Madinah. Mengenai tahun kematiannya berbeda-beda. Ada yang mengatakan tahun 49 H, sebagian menyebutkan tahun 50 H. Sebagian lagi mengatakan tahun 52 H. Dikabarkan dia meninggal karena diracun oleh istrinya sendiri, Ja'dah binti Al-Asy'asts atas suruhan Muawiyah dengan iming-iming janji dinikahkan dengan Yazid. Namun ternyata janji itu tidak dipenuhi.