Ayam berkokok terdengar ramai, Dinand lalu menolehkan pandangannya ke arah dinding penginapan kota Elitis. Jam dinding menunjukkan pukul 4 pagi, dan ia harus bersiap-siap pergi ke Kota Shyek untuk mencari wanita di jembatan tua itu. Butuh dua hari perjalanan lagi untuk tiba disana. Karena dia hanya sendirian dan tidak membawa banyak barang bawaan, maka hanya butuh 3 minggu untuk tiba di kota Shyek.
'Apa yang dilakukan wanita itu di kota Shyek ya! Kotanya sungguh misterius dan banyak penyakit aneh di sana. Entah kenapa aku ingin mencarinya sampai sejauh ini.' Ujar Dinand dalam hati.
Setelah menempuh perjalanan panjang, Dinand memasuki kota Shyek. Anehnya jalanan kota Shyek sangat sepi padahal musim telah berganti. Kota ini terlihat seperti kota mati. Matahari begitu terik sehingga panasnya mampu membakar tubuh dan kulitnya. Persediaan airnya mulai menipis dan ia sangat kehausan.
Di pinggiran kota terlihat orang tua paruh baya duduk mengemis di tanah tanpa menggunakan alas kaki. Anak-anak muda terlihat mengenakan tongkat untuk menopangnya berjalan. Di sisi kanan kota ada sungai berwarna hitam kecoklatan yang tercemar. Dinand terus melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kudanya dan beristirahat di sebuah kedai makan untuk bersantai sejenak.
"Permisi, apakah ada orang?" Teriak Dinand memanggil pelayan.
Seseorang keluar dengan senyuman, "Apakah anda butuh sesuatu, tuan?" Sapa si pelayan dengan hangat.
"Bisakah saya mendapatkan segelas teh dan beberapa roti, nyonya?" Balas Dinand.
Pelayan itu tersenyum, "Tentu saja, silahkan duduk di tempat yang anda inginkan tuan."
Pelayan itu menyiapkan pesanan Dinand dan bergegas memberikan apa yang Dinand inginkan. Rasa masakan di tempat itu sungguh tidak seenak masakan ibu kota dan tehnya terasa sedikit berbeda. Sembari Dinand makan sendirian, terdengar suara beberapa wanita memasuki kedai makan tempat persinggahannya. Salah satu dari mereka adalah wanita yang telah lama ingin ia temui. Betapa anggunnya wanita itu, sehingga walaupun ia menggunakan pakaian laki-laki, Dinand tetap akan mengenalinya.
"Hmt, rupanya mereka menyamar menjadi seorang pria!" Pikirnya.
Mereka duduk dan memesan beberapa makanan dan Dinand pun menghampiri mereka, ingin mengetahui tujuan wanita bangsawan itu ada di sini. Karena sejak awal ia telah mencuri hati Dinand dalam diam.
"Bisakah aku bergabung dengan kalian?"
Wanita-wanita itu terkejut, "Maaf kamu tidak bisa bergabung dengan kami."
Dinand tersenyum dan membalas, "Apa karena saya orang asing? Tapi bukankah kalian juga adalah orang asing di kota ini!"
Salah satu dari mereka berdiri dan menunjukkan protes, "Kamu..."
"Sudahlah kak Emely... jangan di perpanjang." Kata Athanasia sambil melihat ke arah Emely. "Kamu boleh bergabung dengan kami, tuan." Sambungnya.
"Namaku Dinand. Saya dari kota Niela dan kedatangan ku kesini adalah untuk bertemu dengan seseorang, karena aku dengar dia sempat datang kesini. Nama nona-nona sekalian adalah?" Dengan wajah polos dan lugu Dinand membongkar penyamaran mereka dengan bertanya secara gamblang.
"Bagaimana kamu tau bahwa kami adalah seorang wanita?" Ujar Beti menyela.
"Beti tenanglah. Saya Nasia dan dia adalah Beti. Dan wanita di sebelah kananku ini adalah Emely." Ujar Nasia dengan ramah.
'Jadi namanya adalah Nasia!'
"Baiklah nona-nona salam kenal." Begitulah pertemuan Athanasia dan Dinand untuk kedua kalinya.
Dinand memancing mereka berbicara untuk mencari tahu tujuan mereka berada di kota Shyek. Mereka sangat hati-hati pada Dinand, apalagi Emely. Ia menaruh curiga padanya lebih dari pada Nasia. Namun Dinand tahu bahwa mereka datang ke sini, secara garis besar adalah untuk mengetahui apa yang terjadi di kota Shyek. Dinand pun mengajukan diri untuk membantu mereka.
"Tidakkah anda akan kerepotan jika ingin membantu kami? Bukankah Anda sedang sibuk mencari seseorang!" Ujar Nasia
"Aku akan membantu kalian sambil mencari informasi mengenai orang yang ingin aku temui." Ujar Dinand penuh percaya diri. 'Dan orang itu sudah kutemukan, ia tepat di depanku!' Tuturnya dalam hati.
"Terimakasih atas niat baikmu, tapi kami tidak membutuhkan pertolongan mu." Kata Emely memotong pembicaraan kami
"Kalian akan membutuhkan tenaga seorang pria bukan!"
Setelah perdebatan panjang kami, Emely bersih keras tidak mengijinkan Dinand untuk ikut bersama mereka. Tapi pada akhirnya keputusan Nasialah yang terpenting. Dan Beti, entah apa yang ia pikirkan. Ia melihat Dinand dan tersenyum kearahnya, itu berhasil membuat Dinand kurang nyaman di dekatnya. Namun dia cukup membantu untuk meyakinkan Nasia menerima Dinand melakukan investigasi bersama mereka.
Mereka sepakat mencari tau akibat dari penyakit aneh yang diderita para anggota masyarakat kota Shyek. Dan mereka mendapati sesuatu untuk memecahkan masalah kota, saat Beti mulai merasakan sesuatu yang tidak beres dengan tubuhnya.
Beti mulai lemas dan tidak kuat dalam perjalanan panjang. Dinand pun menyimpulkan bahwa hal yang terjadi pada Beti, karena Beti kekurangan asupan protein.
Makanan di kota ini hanyalah roti hambar dan teh yang aneh rasanya sebagai minumannya. Kedua, tidak ada daging dan ikan sebagai sumber protein dan lemak untuk menghasilkan tenaga. Baru hampir 2 bulan mereka di kota itu, Beti mengalami masalah yang hampir menyerupai masyarakat kota. Sehingga mereka bersepakat melaporkan hasil penelitian mereka kepada kepala kota Shyek.
Mereka disambut dan berbincang-bincang sangat lama dengan kepala kota. Mengusulkan sanitasi lingkungan dengan mencari tahu asal-usul, mengapa sungai kota yang adalah tempat utama masyarakat desa mengambil air bisa tercemar.
Dan menyarankan agar kepala kota melakukan pendistribusian bahan pangan import dari kota tetangga yang kaya akan protein dan lemak. Kepala kota menerima masukkan mereka dan berjanji akan menjalankan saran-saran yang bijaksana itu.
"Bukankah tadi sangat menegangkan?" Ujar Dinand.
"Saya rasa anda bukanlah orang biasa, siapakah anda? Selama sebulan kami meneliti tempat ini, akan tetapi hasilnya nihil. Bagaimana dalam waktu kurang dari 1 bulan anda memecahkan masalah kota? Dan satu lagi, saat melihat mu berargumentasi dengan sangat lihai, bukankah anda patut di curigai?" Sambung Emely.
"Itu hanyalah kebetulan saja nona Emely." Jawab Dinand
"Bagaimana anda bisa tahu jika kekurangan protein dan lemak akan menyebabkan kelumpuhan?" Tanya Nasia penasaran.
"Bukankah kasus Beti sudah jelas? Ia menjadi lemas dan tidak bisa berjalan jauh karena mengkonsumsi makanan dan air yang disediakan dari kota ini." Jawab Dinand
"Lalu mengapa kita bertiga masih sangat bugar, tuan?" Lanjut Emely bertanya dengan nada tak percaya.
"Apakah kalian ingat saat aku melarang kalian untuk makan persediaan dari kota ini dan berbelanja bahan makanan dari kota sebelah karena aku sedikit mencurigai hasil bumi yang dihasilkan kota ini?"
"Tentu saja. kami meminta pelayan penginapan untuk menyediakan makanan entah itu air atau bahan-bahan pangan lainnya dari luar kota khusus untuk kami. Lalu bagaimana bisa anda mengatakan bahwa Beti merupakan contoh kasus yang nyata? Bahkan kami makan dari mangkuk yang sama." Ujar Nasia
"Tidak, Beti tidak melakukannya!"
Emely dan Nasia terkejut. Emely bertanya, "Apa maksud dari perkataan mu Dinand?"
"Beti benar menyampaikan kepada pelayan penginapan untuk menyediakan makanan kalian dari bahan-bahan import termasuk persediaan air kalian. Namun karena permintaan itu membutuhkan banyak uang yang akan dikeluarkan, ia lalu hanya menyampaikan untuk membuat 2 porsi dari bahan-bahan import dan 1 porsi makanan untuknya dari hasil bumi kota setempat. Jadi, pelayan tetap menggunakan bahan-bahan dari kota ini untuk dihidangkan pada Beti. Sehingga Beti mengatur pengeluaran kalian tetap stabil." Jawab Dinand dengan ekspresi yang tenang.
Argumennya cukup bisa dipercaya, jika hal itu benar dikonfirmasi dari mulut Beti langsung.
"Tidakkah kalian melihat bahwa orang-orang dengan kekuasaan kota baik-baik saja, dan masyarakat kecil semua terlihat sama persis menggunakan tongkat untuk berjalan? Bukankah karena mereka tidak tau bahwa air sungai yang mereka pakai dan roti hambar tanpa proteinlah yang membuat mereka demikian?" Sambung Dinand berbicara.
Mereka terkejut, penjelasan Dinand masuk akal. Dan mereka buru-buru kembali ke penginapan untuk mengkonfirmasi apakah pernyataan Dinand benar adanya. Dan hasilnya ternyata benar, Beti mengkonsumsi bahan makanan dari kota yang telah tercemar airnya. Sehingga Ia membutuhkan waktu untuk memulihkan tenaganya. Setelah Beti sembuh dan memulihkan tenaganya, mereka akan bersiap untuk pergi ke timur. Karena masalah kota Shyek telah teratasi.
Dinand mengetahui kejahatan penguasa kota dan melaporkannya secara diam-diam kepada kekaisaran soal perbuatan kepala kota Shyek. Sejak bertemu dan berbincang-bincang dengan kepala kota, ia memahami bahwa apa yang terjadi di kota Shyek, kepala kotalah dalang dari semuanya.
Setelah penyampaian apresiasi yang mereka lakukan, diam-diam kepala kota mengutus pembunuh bayaran untuk menghabisi nyawa Dinand, namun ia gagal.
Ia mengundur-undurkan waktu memperbaiki sanitasi dan pada akhirnya ditangkap oleh kepolisian kekaisaran dan di gantikan oleh kepala kota yang baru. Pejabat-pejabat yang ikut terlibat akhirnya di pecat dan diasingkan. Sehingga kota Shyek pun berangsur-angsur pulih.
***