Drap... drap... Terdengar langkah kaki yang tergesa-gesa menuju ke kamar Dinand dan Bao Yu. Nafasnya terasa berat, sehingga bisa diketahui bahwa orang yang datang itu merasa sangat khawatir akan sesuatu.
Brak... Pintu kamar Dinand terbentur keras ke arah dinding, sebab Beti membukanya dengan sedikit kasar karena tergesa-gesa. Bou Yu yang sedang mengepel lantai kamar pun sontak terkejut dan melihat ke arah sosok yang datang.
"Kak Beti? Ada apa kak?" Tanya Bao Yu kepada Beti yang tampak cemas. Ia lalu berdiri tegak dari tempatnya dan dengan cepat meletakkan kain pel yang ada di tangannya ke atas ember yang berisi air.
Dinand pun keluar dari kamar mandi dengan menggunakan bath robes pada tubuhnya. Ia tampak sedang mengeringkan rambutnya dengan sebuah handuk kecil di tangannya, "Ada apa ribut-ribut?" Tanya Dinand sambil melihat ke arah Bao Yu.
Bao Yu lalu mengarahkan pandangannya ke arah Beti yang saat itu terlihat seperti seseorang yang sedang ditimpa musibah yang besar. Melihat Bao Yu yang melihat ke arah pintu masuk, Dinand pun mengikuti arah pandang dari Bao Yu.
Ia melihat Beti berdiri sedikit gemetaran di depan pintu masuk. Tangannya di remas-remasnya kuat dan matanya mengarah kekiri dan kekanan, hendak mencari tahu bagaimana caranya untuk menjelaskan situasi mereka kepada Dinand.
Dinand pun melangkah ke arah Beti dan digenggamnya tangan Beti. "Tenanglah! Tarik nafasmu dalam-dalam dan hembuskan. Setelah itu, katakan padaku apa yang terjadi." Dinand melihat Beti dengan tatapan yang menenangkan.
Beti melihat Dinand dengan penuh kepercayaan. Ia lalu menarik nafasnya dan dihembuskannya lagi udara yang dihirupnya dengan perlahan sambil melihat ke arah mata Dinand.
Dari pandangan mata Dinand, Beti tahu bahwa Dinand menunggunya untuk menjelaskan situasi apa yang membuatnya sampai berlari tergesa-gesa dan membuat kehebohan di pagi hari.
"Itu tuan..." Beti melepaskan tangan Dinand yang menggenggam tangannya, lalu berbalik menggenggam tangan Dinand kembali. "Nona kami... bukan... saudara saya..." Beti masih saja berbicara dengan terbata-bata.
"Ada apa dengan Nasia?" Tanya Dinand yang mulai fokus saat Beti menyinggung soal tuannya.
Beti lalu menatap Dinand dengan serius. Ia meyakinkan dirinya lagi untuk segera menyampaikan situasi mereka. "Bisakah anda membantu kami menemukan Nasia? Saudara saya menghilang.." Ujar Beti serius.
Dinand tekerjut, matanya terbuka lebar dan ditariknya tangannya dari genggaman tangan Beti. Lalu di pegangnya kedua sisi ujung pundak Beti dengan erat. "Apa kau tahu kemana dia menghilang?" Tanya Dinand dengan tatapan yang membara.
"Itu..." Bao Yu mengeluarkan suara, namun ia berhenti untuk berkata-kata setelah mengeluarkan satu kata dari bibirnya.
Sontak mereka mengalihkan pandangan mereka ke arah Bao Yu yang terlihat mengetahui sesuatu.
"Ada apa, apa ada yang ingin kau katakan?" Tanya Dinand kepada Bao Yu yang saat itu menggenggam erat tangannya.
Saat pandangan mata Dinand dan Beti terpaku hanya pada Bao Yu, ia lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku ingin ke toilet..." Ujar Bao Yu mencairkan situasi yang menegangkan.
Beti tampak tak puas dengan Bao Yu. Ia tadinya berharap bahwa Bao Yu mungkin memiliki informasi mengenai keberadaan Athanasia. Namun, dia hanya ingin meminta izin ke toilet?!
Dinand lalu menggosok kepalanya, ia juga tampak lesu sebab terlalu berharap akan kalimat yang akan dikeluarkan oleh Bao Yu.
"Pergilah... Aku dan Beti akan keluar mencari Nasia. Sebaiknya kau berjaga di sini... Kalau-kalau Nasia kembali, setidaknya ada yang dapat memberitahukan kepadanya kenapa kami menghilang." Ujar Dinand menyelesaikan kalimatnya.
"Baik tuan." Ujar Bao Yu tak membantah.
"Yuk... kita berangkat sekarang!" Ujar Dinand, lalu keluar mendahului Beti.
Namun tampaknya kaki Beti tak melangkah satu langkah pun mengikuti Dinand. Menyadari hal itu Dinand menengok ke belakang!
"Apa yang kau lakukan, kenapa kau diam saja di sana? Apa kau tak mau pergi bersama ku?" Tanya Dinand kepada Beti yang terlihat kebingungan.
"Anu... Itu..."
"Anu... itu... apa maksud mu?" Dinand tampak bingung dengan Beti yang selalu berbicara gagap hari itu.
Ia lalu berinisiatif membawa tangannya untuk meraih tangan Beti dan membawanya pergi bersamanya.
"Kau harus ikut dengan ku..." Ujar Dinand tanpa menyadari ketidaknyamanan Beti saat itu.
Beti lalu menghempaskan tangan Dinand! "Bagaimana bisa kita pergi, jika tuan masih menggunakan busana mandi!" Teriak Beti dengan lantang.
Lesung pipi Beti merona semerah buah ceri. Ia tertunduk menyembunyikan perasaannya di hadapan Dinand. Wajahnya menjadi hangat serasa berada di bawah terik matahari yang membakar gurun.
Dinand melihat ke arah busananya dan dengan cepat menyadari bahwa ia keluar dengan menggunakan bath robes.
"Ah... maafkan aku. Bisakah kau menunggu beberapa menit saja? Tidak... tidak... tunggulah beberapa detik saja!" Dinand dengan cepat berlari kembali ke arah kamarnya yang belum jauh.
Dengan gesit ia membongkar isi lemarinya dan berpakaian kembali seadanya. Dalam hitungan detik pun ia kembali berada di hadapan Beti. "Aku sudah siap. Kita berangkat sekarang!" Ujar Dinand percaya diri.
Beti lalu melayangkan tangannya ke arah kepala Dinand. Hal itu pun membuat Dinand melihat ke arah Beti dengan penuh kejutan!
Melihat Dinand yang menunjukkan ekspresi terkejut dihadapan Beti, Beti pun mengklarifikasi perbuatannya. "Ah... itu, ada sehelai bulu di rambut anda, tuan." Ujar Beti tampak malu.
"Aaa" Respon Dinand singkat sambil mengorek-ngorek kepalanya sendiri. Ia memperbaiki tatanan rambutnya dan kembali tersenyum pada Beti.
"Apa kita bisa pergi sekarang?" Tanya Dinand dengan hati-hati.
Beti mengangguk...
"Ya" Jawabnya singkat.
(Ah... apa yang aku lakukan! Bisa-bisanya aku memikirkan hal lain di saat Nona Athanasia menghilang!)
**
Disisi lain Emely telah mencari Athanasia di setiap sudut kota. Dan mengenai Bao Yu, bukannya menjaga penginapan ia malah dengan sembunyi-sembunyi pergi dari penginapan, tidak lama setelah Dinand dan Beti meninggalkan penginapan.
Ia melirik dari atas jendela penginapan, memastikan bahwa kedua orang itu benar-benar telah pergi keluar mencari Athanasia. Dan ia ikut menghilang pergi dari tempat itu!
Tidak lama setelah berkeliaran pergi ke tempat yang mungkin Athanasia akan datangin, Emely pun bertemu dengan Beti dan Dinand saat hari mulai petang.
"Apa kalian juga tidak mendapatkan petunjuk apa-apa?" Tanya Emely.
Beti menggelengkan kepalanya dan Dinand juga tampak sedikit lesu, sebab tidak ada petunjuk satu pun mengenai Athanasia yang menghilang secara tiba-tiba.
Namun, hati Dinand memiliki perkaranya sendiri. Sebab ia tahu dengan pasti, Count Manel mungkin saja ada sangkut pautnya dengan menghilangnya Athanasia.
Oleh sebab itu, secara diam-diam tanpa diketahui oleh Emely dan Beti, Dinand mengutus pengawal setianya untuk menyelidiki Count Manel!
Dan jika benar Count Manel ada sangkut pautnya dengan menghilangnya Athanasia, Count Manel sebaiknya menyiapkan kepalanya untuk dipenggal...!
~To be continued