Sebuah hari yang begitu terik. Pak lurah Indra langsung menuju ke TKP, di mana dia ingin membawa istrinya ke sebuah toko bunga untuk memperlihatkan kepada istrinya, bahwa memang ada perempuan yang mirip dengan Rose, tunangannya Arjuna.
Dengan menggunakan sebuah mobil BMW model antik. Sepasang suami istri itu menuju ke toko bunga milik Nagita.
Sesampainya di sana, pak lurah menggandeng tangan istrinya Ibu Sri untuk masuk ke dalam toko bunga tersebut, dan alangkah terkejutnya ibu Sri tatkala dia melihat Mawar saat ini.
"Rose?" lirik Ibu Sri dengan suara yang teramat rendah, karena benar-benar rendah Jadi tidak terdengar oleh Mawar atau pun Nagita.
"Benarkan apa yang Bapak bilang, gadis itu sangat mirip dengan Rose, dia memang tidak begitu mirip sih, cuman memang kalau dilihat sekilas akan tampak sama, lihat wajahnya, tetapi juga gadis ini lebih cantik dari pada Rose, bapak yakin kalau Arjuna kelak bertemu, pasti akan menyukai gadis ini juga," kata pak Indra dengan suara yang rendah, berbisik ke telinga sang istri.
"Apa Arjuna sudah pernah bertemu dengan dia ya, Pak, apa Bapak tidak memperhatikan, di depan toko bunga ini banyak sekali pria yang sedang memandangi wanita itu, Ibu menebak gadis itu sangat terkenal di daerah sini, karena memang sangat cantik,' kata Ibu Sri kepada sang suami.
"Coba Bapak lihat, ternyata tebakan Ibu benar, banyak pemuda ya, sekedar hanya bersantai di depan untuk memandangi anak gadis ini, kalau Arjuna sampai tidak suka kepada gadis ini, maka anak kita mungkin memiliki kelainan, Bu. Bapak yakin setiap laki-laki pasti akan menyukai gadis itu," kata pak Indra kepada istrinya.
"Tapi belum tentu juga, anak kita kelainan Pak, masalahnya kan ini menyangkut dengan hati, Rose sudah berpacaran dengan Arjuna sedari mereka sekolah menengah atas. Jadi wajar kalau nanti saat bertemu akan ada sedikit penolakan," kata ibu Sri kepada suaminya.
"Mustahil Bu, Bapak pikir semua laki-laki pasti akan suka, kecuali yang tidak normal, berdo'a sajalah kalau putra kita Arjuna normal, dan akan menyukai gadis ini, bapak akan mencari tahu soal latar belakang gadis ini, yang pertama kita kenalan saja dulu di sini, Bu. Kita pura-pura bertanya soal bunga dan beberapa jenis bunga," kata pak Indra kepada sang istri.
"Baiklah terserah bapak saja, Ibu sih menurut saja yang penting ini demi meneruskan keturunan keluarga-kan." Ibu Sri tersenyum manis ke arah pak Indra. Dia benar-benar hanya bisa menjadi istri yang penurut kepada suaminya, karena dia tidak mau suaminya marah kalau dia membangkang.
Ibu Sri melihat Mawar dengan lekat, mulai dari atas sampai bawah, melihat penampilan Mawar, perilaku Mawar ketika sedang melayani pelanggan. Dan juga ketika sedang menyusun rangkaian bunga.
Sepertinya ibunya Arjuna ini sama seperti bapak Indra, menyukai Mawar pada pandangan pertama.
Walau pun pak Indra dan ibu Sri ini adalah orang terpandang di desa sebelah, juga merupakan kepala desa serta seorang juragan, mereka tidak pernah pandang bulu.
Mereka pun tidak memaksa Arjuna untuk menikahi gadis yang kaya raya, gadis kota atau gadis yang sederajat dengan mereka.
Yang mereka inginkan hanyalah Arjuna, menikah secepatnya karena Arjuna adalah anak satu-satunya, dan mereka tidak memiliki keturunan sama sekali selain Arjuna.
Karena itu pak Indra tidak suka Arjuna terus-menerus menemani Rose di Rumah Sakit, menurut pak Indra sia-sia saja Arjuna menemani Rose, karena Rose sebentar lagi juga akan segera meninggal.
Penyakit Rose memang sudah stadium 4, dan dia sudah 6 bulan dinyatakan koma.
Mau sampai kapan lagi Arjuna menunggu Rose sampai bangun, pada kenyataannya bahkan Rose belum juga bangun.
Karena itu pak Indra dan bu Sri memutuskan ingin mengenali gadis tersebut lebih dekat untuk mengenalkan putranya kepada gadis cantik itu.
Bapak Indra dan Ibu Sri tidak peduli Mawar terlahir dari keluarga sederhana, atau pun tidak mampu. Yang penting sudah menikah itu saja.
Kenapa bapak Indra memilih Mawar untuk menggantikan Rose, itu karena pak Indra ingin wanita yang mirip dengan Rose.
Dan Mawar memang memiliki kemiripan dengan Rose begitu pun sebaliknya.
"Selamat datang Bapak, Bapak mencari bunga apa?" Nagita langsung menyambut pak Indra dan Ibu Sri dengan ramah.
"Nagita berpura-pura ya sama, Paman." Pak Indra terkekeh melihat sambutan Nagita.
"Kan sekarang Nagita sedang bekerja Paman, jadi Nagita menyambut para pelanggan termasuk Paman dan Bibi, silakan duduk sebelah sini saja nanti biar Mawar membantu Paman dan Bibi untuk memilihkan bunga," kata Nagita kepada sang paman.
"Baiklah Nagita terima kasih banyak, ya. Paman juga memang ingin dilayani oleh gadis cantik itu, ngomong-ngomong gadis itu sangat mirip sekali dengan tunangannya Arjuna," kata pak lurah kepada Nagita.
Nagita itu adalah temannya Arjuna mereka memang pernah menjadi teman semasa kecil, dan juga Arjuna pun bersahabat dengan kakaknya Nagita Pandu, sehingga bapak Indra dan ibu Sri sudah sangat akrab dengan Nagita.
"Apa benar kata Paman, aku belum pernah bertemu dengan Kak Rose, walau pun memang kak Arjuna sering membahas tentang Kak Rose, pada kenyataannya aku sama sekali belum pernah berjumpa beliau. Apa benar semirip itu?" Nagita mengerutkan dahinya, sambil menatap ke arah paman dan bibinya.
"Kalau Bibi lihat memang ada sedikit kemiripan, tapi sepertinya mereka berbeda usia, karena kan rose lebih tua, bisa saja tua beberapa tahun, sedangkan dia lebih muda, lihatlah Mawar memang lebih cantik dari pada Ros," kata bibi Sri kepada Nagita.
"Ah aku belum pernah bertemu dengan Kak Ros, jadi belum bisa membayangkan apa pun Bibi," kata Nagita sambil menggaruk kepalanya karena benar-benar dia belum pernah bertemu dengan tunangannya Arjuna.
"Ya sudah sekarang kamu panggil gadis itu, kebetulan kami ingin membeli beberapa bunga, Bibi pun ingin melihat rangkaian bunga buatannya," kata bibi Sri berpura-pura.
"Beli yang banyak ya Bibi, diborong kalau bisa." Nagita tersenyum manis.
"Tenang saja nanti, Bibi akan beli yang banyak, Bibi pun mau ke Rumah Sakit, mau menengok Rose," kata ibu Sri sambil menorehkan senyuman manis begitu pula dengan bapak Indra.
"Mawar, tolong kemari sebentar ya!" Nagita berteriak memanggil Mawar sambil menolehkan senyumannya.
Mawar menoleh ke arah Nagita dan membalas senyuman Nagita."Iya Git," serum Mawar sambil berjalan mendekati sang sahabat.
"Paman, Bibi, perkenalkan ini adalah Mawar, dia adalah sahabatku dan sekarang membantu aku di toko ini, silakan Paman dan Bibi memesan bunga sesuai keinginan, nanti Mawar akan membantu memilih dan membuat rangkaian bunga," kata Nagita dengan tersenyum manis.
"Terima kasih, Nagita," kata ibu Sri menorehkan senyum yang manis pula.
"Kalau begitu saya permisi ya, Bibi," Nagita lalu pergi meninggalkan Mawar dan kedua orang tua Arjuna.
"Jadi namamu adalah Mawar?" tanya ibu Sri dengan senyuman yang begitu Ramah.
"Iya Bibi, nama saya Mawar."