"Kenapa ada pertanyaan seperti itu?" Mawar mengerutkan dahinya.
"Karena ayah dan ibu ku sangat setuju, menjadikan kamu menantunya. Karena itulah aku melontarkan pertanyaan tersebut kepadamu Mawar," ungkap Arjuna sambil menatap mawar dengan tajam.
"Kak Juna mencintai dia, mana mungkin aku bisa menggantikan posisi Kak Rose?" Mawar menepis semua pertanyaan di benak Arjuna.
"Iya aku tahu selama ini wanita yang aku sukai hanya Rose saja seorang, Tetapi pada kenyataannya Rose sendiri belum bisa bangun, sedangkan ayah dan ibu menginginkan sebuah pernikahan terjadi padaku dalam waktu dekat, jika aku di posisikan harus melamar mu, apa yang harus aku lakukan?" Arjuna bertanya kepada Mawar, dan Mawar pun terlihat diam, tidak bisa menjawab pertanyaan Arjuna dengan cepat.
"Jawablah Mawar, agar alu bisa tenang,' pinta Arjuna.
"Kak Juna mana mungkin aku bisa menikah dengan pria yang mencintai wanita lain. Apalagi sudah jelas Ka Juna juga mengatakan bahwa hanya Kak Rose saja yang ada di dalam hati kak Juna," ungkap Mawar.
"Jadi kamu akan menolak lamaran ku?" Arjuna menatap Mawar dengan tajam.
"Sebenarnya saya tidak pantas untuk menjawab pertanyaan ini, karena ini kan cuma berandai-andai saja, bukan sebuah kenyataan." Wanita itu berkata sambil menorehkan senyum manisnya kepada Arjuna.
"Tetapi sepertinya hal ini akan terjadi," tukas Arjuna dengan nada yang rendah.
"Apa maksud kakak?" Mawar mengerutkan dahinya, kali ini dia kurang mengerti dengan apa yang Arjuna katakan barusan.
"Karena ayah dan ibuku sangat menyukai kamu Mawar," seru Arjuna.
"Aku tahu itu, tetapi apa hubungannya?"
"Ini sangat berhubungan erat, karena kalau tidak salah, minggu depan ayah dan ibuku akan datang ke rumah mu, untuk melamar kamu," ungkap Arjuna.
"Apa?" Mawar terkejut, mendengar ucapan Arjuna barusan.
"Benar ayah dan ibuku akan melamarmu pada minggu depan, dia ingin menjadikan kamu istriku," ucap Arjuna dengan nada yang rendah, wajahnya tertunduk, tidak bisa menatap ke arah Mawar sama sekali.
"Kenapa kakak bisa menebak hal seperti itu?" Mawar merasa heran.
"Karena aku tahu orang tuaku bagaimana, ketika mereka menyukai seseorang, maka mereka akan terus mendekati orang tersebut, sampai bisa mendapatkannya," jawab Arjuna.
"Kak Juna tenang saja, ayah dan ibu kakak tidak suka itu kepadaku?" Mawar tersenyum manis menjawab pertanyaan Arjuna.
"Kamu tidak tahu mereka, aku sangat yakin minggu depan mereka akan datang ke rumahmu untuk melamarmu," kata Arjuna.
"Tidak-tidak, tidak akan terjadi hal seperti itu, aku yakin," kata Mawar dengan kesungguhannya.
"Kamu harus percaya apa yang aku katakan, karena itu aku pertanyakan hal ini sekarang," pinta Arjuna.
"Mari kita berandai-andai saja dulu, jika kakak sendiri tahu, bahwa aku mencintai pria lain bagaimana perasaan kakak?" tanya Mawar kepada Arjuna.
"Tentu saja aku merasa tidak nyaman, wanita yang menjadi istriku mencintai pria lain, dan itu akan mengganggu pikiranku. Aku ingin wanita yang jadi istriku kelak hanya mencintaiku saja, rasanya sangat malas untuk berbagi cinta dengan pria lain," jawab Arjuna dengan kesungguhannya.
"Tetapi pria yang kakak maksud tidak ada, dan dia hanya ada dalam khayalan ku saja, tetapi aku memang sangat mencintainya," ungkap Mawar kepada Arjuna.
"Tunggu apa maksud dari pertanyaan mu ini, apa benar kamu menyukai pria yang tidak ada di muka bumi ini, pria seperti apa itu, aku jadi sangat penasaran?" Arjuna memberondong Mawar dengan banyak pertanyaan.
Pria itu sungguh sangat penasaran, dengan apa yang dilontarkan Mawar barusan.
"Itu hanya berandai-andai saja Kak, Kenapa kakak menganggapnya serius." Mawar tersenyum kecil, sambil menatap ke arah Arjuna.
"Aku pikir itu sebuah kenyataan, dan sempat membuat aku bingung," kata Arjuna.
"Sudahlah Kak Juna. Jangan bahas ini lagi, kan sudah aku katakan, bahwa itu hanya berandai-andai saja," tukas Mawar sambil menggenggam tangan Rose dengan lembut.
"Aku hanya merasa penasaran saja," kata Arjuna.
"Tidak usah memikirkan hal yang tidak penting, aku tahu rasa cinta kakak hanya untuk Kak Ros saja, dan tidak ada tempat bagi ku di hatimu, karena itu aku tidak akan berharap lebih dengan hubungan kita, kalau pun kelak ayah dan ibu mu datang untuk melamar ku, maka aku akan menolak lamaran tersebut," tutur Mawar dengan kesungguhannya.
"Kamu benar-benar tidak mau menerima aku?" tanya Arjuna dengan kening yang mengerut.
"Benar, seperti halnya kakak yang mencintai kak Rose dengan tulus, aku pun memiliki prinsip, jika pria itu tidak mencintaiku, maka tidak pantas untuk menjadi suamiku," kata Mawar dengan nada rendah.
"Baiklah aku sudah tahu keputusan mu, bahwa kamu akan menolak ku, setelah tahu bahwa aku mencintai wanita lain," kata Arjuna.
"Tenang saja, aku akan berusaha menolak sebisaku," kata Mawar.
"Terima kasih banyak Mawar. Maafkan aku jika melukaimu," pinta Juna.
"Tetapi--" ucapan Mawar terhenti.
"Tetapi apa, Mawar?" Arjuna mengerutkan keningnya.
"Tetapi jika sesuatu hal terjadi dan mengharuskan aku menerima lamaran Kakak, maka maafkan aku, mungkin saja aku akan menerima lamaran tersebut," ungkap Mawar dengan nada rendahnya.
Arjuna terkejut mendengar ucapan Mawar barusan.
"Atas dasar apa kamu ingin menerima lamaran pria, yang mencintai wanita lain?" tanya Arjuna sekali lagi.
"Kakak sungguh penasaran ya, mari Kita lihat nanti saja," tukas Mawar.