Chereads / Michan Bersaudara / Chapter 9 - Bagian 8--

Chapter 9 - Bagian 8--

Sinopsis:

Masalah baru timbul dan mereka dipaksa berpisah. Mendapat telepon dari ibu membuat michan Bersaudara menjadi sedih?

Kring

Bunyi handphone membangunkan Aon.

"...?"

Aon mengerdipkan mata pelan.

Dan melihat shion sedang mencari yang berbunyi.

Aon hanya diam ketika shion mulai berbicara.

Sembari itu ia melihat jam. Tinggal 1 jam lagi.

"Apa!"

Teriak shion membuat sosok Aon terkejut. Tidak pernah ia lihat shion berteriak seperti itu.

"Iya, maaf kan aku"

"Dah..."

Shion menghentikan percakapannya lalu menutup hp.

Aon menatap shion yang sedang terdiam.

"A-ada apa shion..?"

Tanya Aon berusaha pelan .

"Tidak, tidak ada apa apa"

Shion menjawab dengan pelan. Lalu duduk di kursi.

Tangannya menggenggam erat hp sesekali ia mengeram kecil.

"Shion kasih tau aku!"

Ketus Aon ketika shion dirasa menyembunyikan sesuatu darinya.

"..."

Shion menatap luar kemudian mengumumkan kecil.

"Aon, kau tidak akan meninggalkan ku kan..?"

Shion mengumumkan kecil tetapi Aon dapat mendengarkannya.

"Apa sih, aku kan ada disini!"

Ketus Aon memerah ketika shion mengatakannya .

Tap

"Shi-shion..?"

Tiba tiba shion terjatuh dan tertidur pada pangkuannya.

Aon hanya menatap shion malu. Shion terlihat lelah.

"Dasar, kakak bodoh!"

Ucap Aon mengelus pelan kepala kakaknya itu.

Tik tok.

Bus sudah sampai. Shion segera bangkit bangun.

"Maaf aon Chan "

Seru shion lemah. Ia menatap Aon lemah lalu perlahan mengambil barang.

"Shion"

Aon menatap aneh kepada shion.

Tidak biasanya....

"Baiklah silahkan kerjakan waktunya 1 jam"

Ucap panitia ketika lembar soal diserahkan.

Aon menatap shion yang duduk di tingkat kelas berbeda.

Shion belum mengerjakan ia masih menatap lembar soal dengan wajah datar.

Aon hanya menghela nafas melihat sikapnya.

Aon segera mengerjakan soal dengan teliti. Soalnya lumayan susah.

"Oke selesai"

Ucap panitia setelah waktu ditentukan.

Panitia mengumpulkan kertas kemudian kembali ke ruangan.

Aon segera berdiri dia lapar karena sudah siang. Aon mengajak shion yang termenung.

"Shion"

Panggil Aon kepada shion yang sedang termenung di depan mejanya.

"Ah maaf, kau lapar?"

Tanya shion sadar. Dia tersenyum tipis berusaha terlihat tegar.

Tetapi Aon menyadarinya. Kami kan bersaudara. Tentu saja aku dapat mengerti perasaan kakak dan segala tindak tanduknya.

Kakak sekarang...aneh.

Kami pergi ke kantin. Selama perjalanan shion menjadi sangat pendiam. Rasanya ia sangat sedih sekarang.

Nyam nyam

Aon menatap shion yang sedang makan. Rasanya aneh jika kakaknya ini tidak menggodanya sekarang.

"Apa yang kau lihat Aon?"

Shion menatap Aon yang sedari tadi melihat dirinya.

"Memangnya siapa yang dilihat hah!, Dasar mesum"

Bentak Aon keras ketika tiba tiba berkata seperti itu.

"Hehe, neh..'

Shion tertawa sedih. Kemudian mulai berwajah serius membuat Aon menelan ludah.

"A-apa?"

Aon berusaha menenangkan dirinya.

"Jika kau pergi, kau tidak akan melupakan ku kan?"

"Hah?"

Aon bingung. Kenapa kakaknya tiba tiba berkata seperti itu.

"Tadi ibu menelepon. Kau akan dikirim ke luar negeri sebagai murid pindahan, kau menerima beasiswa"

Jelas shion membuat Aon mulai mengerti.

"Nah sudahlah, pokoknya semangat ya'

Ucap shion selesai makan lalu berniat mengembalikan piring ke kantin.

"..."

Aon menatap kepergian kakaknya. Yang dia pikir kepergian itu jauh sekali..

Kring

"Baiklah sekarang diumumkan"

Panitia mulai berbicara selesai makan siang.

Semua berkumpul. Shion juga tepat disamping Aon. Tetapi terasa jauh sekali...

"Pemenang kedua..Aon michan"

Aon segera berdiri lalu pergi ke depan.

Semua peserta heran,bukankah seharusnya aon juara 1. Karena terkenal sangat pintar di sekolahnya.

"Juara pertama yang sama sekali tidak disangka..."

Panitia membuat suasana tegang. Bertanya siapa yang juara 1.

"Shion..michan"

Semua pandangan ke arah shion. Aon pun kaget. Tidak biasanya dia memperlihatkan kepintaran di perlombaan ini.

Shion juga kaget. Dia sama sekali tidak menyangka. Karena sedih ia tidak bisa membatasi nilainya.

Suara suara bangga dan heran menyapa shion ketika ke depan.

Aon menyenggol tangan shion dengan tersenyum. Shion hanya menanggapi ringan.

"Aon dengan nilai 99'

Ucap panitia menyerahkan kertas nilai dan sejumlah uang.

"Dan shion dengan nilai sempurna.,. 💯'

Ucap panitia disambut heboh siswa lainnya.

"Apa tanggapan mu shion"

Tanya panitia.

"Tidak, tidak ada"

Ucap shion seadanya.

"Wah dingin sekali, kau Aon"

Ucap panitia menyerahkan mik pada Aon.

Aon hanya menggeleng dengan wajah datar.

"Wah wah kedua saudara yang begitu dingin dan pintar"

Ucap panitia menghebohkan suasana.

Pulang.

"Shion, selamat"

Ucap Aon berusaha menghilangkan suasana hening.

Shion tidak menjawab dia terhanyut dalam lamunannya.

Aon hanya terdiam juga dia sedih melihat shion sedih.

Karena kami michan Bersaudara....

"Aon, ibu mau bicara!"

Ucap ibu ketika kami pulang.

Aon mengikuti ibu sambil memandang shion yang hanya berlalu.

Shion masuk ke kamar , dia tidak sanggup mendengar pembicaraan itu.

Tes tes

Lagi lagi sang seme menangis. Untuk ukuran seme yang harusnya lebih kuat. Dia sama sekali tidak kuat.

Hingga shion tertidur karena lelah....

"Shion"

Panggil Aon , shion membuka mata sekilas.

"..Aon Chan?"

Ketika dilihat sang uke membawa makanan dan duduk di sebelah tempat tidurnya.

"Ayo makan,nanti sakit"

Aon menyerahkan makan malam.

Shion hanya mengangguk lalu makan.

"Shion, jangan sedih'

Sapa Aon ketika shion sudah selesai makan.

"Aku tidak akan pergi'

Ucap Aon membuat shion menatap balik dirinya.

"Apa itu, bukankah ini baik untukmu"

Ucap shion wajahnya tetap datar tetapi menyimpan kesedihan mendalam.

"Tidak bagaimana bisa aku meninggalkan kakak dan pacar sepertimu'

Aon bangkit lalu mengambil piring shion.

Aon pergi untuk mencuci piring. Shion terdiam dan mengejarnya.

"Oi, baik baiklah"

Gertak Aon ketika shion tiba tiba memeluk dirinya.

'terima kasih Aon Chan"

Shion memeluk erat diri adiknya itu.

"Bodoh, bukan untukmu '

Ketus Aon meletakkan piring bekas lalu berbalas mengelus rambut pirang shion.

"Aon Chan, bolehkah aku menyentuhmu?"

Aon tertegun mendengar shion mengucapkan itu. Langsung memerah seperti Cherry.

"Ter-terserah kau lah, shion!'

Gerutu Aon ketika melihat shion bertingkah lembut.

"Baik, Aon ayo kita melakukannya"

Ucap shion menarik tangan Aon ke kamarnya.

"Selamanya...'