Sinopsis:
Pertarungan terakhir..?
Sudah beberapa hari sejak Aon menghindar dari shion.
Dan suna semakin lengket dan mendapat status tinggi pada orang tua angkatku.
Shion berusaha natural, tidak terlalu cemas akan semua masalah ini.
Shion dengan otaknya berusaha untuk membuat Aon berbaikan dengannya. Dengan begitu dapat menyelesaikan satu masalah.
Tetapi masalahnya suna selalu menempel setiap siang ketika dia kesini hingga menginap. Benar benar sangat bagus penyamarannya.
"Suna, aku ke toilet dulu'
Ucap shion ketika ingin ke toilet. Suna melepaskan kurungannya lalu menunggu duduk di depan toilet.
Shion hanya dapat menatap aneh pada sosok yang mengikutinya seperti anjing.
"Aon'
Shion kaget mendapati Aon masuk ke WC sesudahnya Sanga untung shion datang duluan sehingga tidak dilihat .
Shion segera membereskan hartanya lalu segera menutup pintu.
Shion menunggu di depan dengan kain yang sudah disiapkan.Tidak boleh terdengar!
"Shi-shion..?"
Aon kaget mendapati sang kakak tiba tiba ada didepan pintu.
"Pergilah, aku tidak mau berbicara denganmu !'
Ketus Aon tidak peduli. Tetapi shion menangkap mulutnya lalu merekamnya dengan kain.
"Diam lah"
Seru shion pelan. Wajahnya begitu serius..
'um..shion kau mau aku mati!'
Keluh Aon ketika shion melepaskan penutup mulutnya.
Shion mengambil adik kecil milik Aon yang lesu. Dan mengocok nya sambil menutup mulut Aon.
"Ugh..ufh..haa"
Aon mendesah ketika hasil kocokan shion memuncak.
"Agh. Bodoh..apaan sih?'
Keluh Aon yang lemah. Shion hanya menatap serius .
"Aon, kau tau suna itu harus kita singkirkan'
Ucap shion serius. Aon masih lelah dan bertanya juga.
"Apa maksudmu!'
Tegas Aon yang bingung terhadap shion. Suaranya lumayan keras membuat shion cemas.
"Diam lah, atau aku akan lakukan "
Ancam shion memegang adik kecil Aon lagi.
"Ah..baiklah"
Aon menyerah dan mendengarkan semua sampai akhir dengan tangan shion mendekap erat juniornya.
Aon segera mendesah lega ketika shion melepaskan adik kecilnya.
Ugh..shion curang sekali..!
"Shion, mesum!'
Keluh Aon memerah lagi, kemarahannya berhenti langsung karena itu.
Shion hanya tersenyum tipis. Rasanya lebih menyedihkan dari biasa.
"Shion, aku akan mendukungmu"
Tegas Aon dalam hati. Tidak dibiarkannya shion dalam masalah.
Sementara shion segera keluar dengan wajah kalem.
'lama sekali sayang"
Ucap suna dengan sifat manjanya.
"Diam lah, jangan menungguku'
Ucap shion berusaha natural.
Suna hanya memeluk shion manja ketika ibu melintas di depan.
"Wah langgeng!"
Ucap ibu melihat bangga kami sebagai pasangan.
Shion hanya menatap datar,harus kuselesaikan secepat mungkin!.
"Shion, ayah mau bicara!'
Ucap ibu menatap serius kakak sulung itu. Shion segera berdiri lalu pergi menghadap ayah.
Deg Deg
Suasana hening melanda , dihadapan ayah terdapat banyak botol minuman . Ayah lebih berbahaya dari ibu. Shion harus super berhati hati.
Ayah mengangkat salah satu minuman lalu meneguknya cepat.
"Shion'
"....."
Shion menatap diam.
"Ibu sudah beritahu, bahwa kalian akan menikah!'
Shion tetap tegang.
"Suna, gadis yang baik dan mempunyai banyak keuntungan untuk keluarga kita'
Ayah mengakhiri dengan bersiap dengan minuman dingin di tangannya.
Glek
Byurr..
"Kau tidak akan menolaknyakan?
"..."
Shion hanya menatap lantai datar. Air yang ditumpahkan oleh sang ayah mulai membanjiri pakaian nya.
"Tapi ayah, shion .-
Shion berusaha membela dengan menjawab keras.
"Kau sulung, sudah saatnya menikah !, Lagipula untuk siapa ayah seperti ini hah!?'
Bentak ayah mulai mencabuti rambut pirang shion.
"Kau anak angkat jangan bicara seolah anak kami!'
Ketus ayah mengangkat rambut itu hingga shion harus berdiri menanggapinya.
"Ka-kalau begitu kenapa kalian..mengangkat ku sebagai anak kalian..?'
Ucap shion pelan. Terdengar kesedihan mendalam.
"Hah,! Butuh alasan ya. Rencananya sih buat pembantu baru gitu, yah intinya untuk keuntungan?'
Ucap ayah melemahkan hukumannya. Ayah melepaskan rambut shion perlahan.
"Ayah shion tidak mau menikah, suna itu jahat!'
Teriak shion wajahnya berubah sedikit. Berkerut marah. Walaupun begini shion tidak ingin orang tua angkatnya mengalami masalah.
Plak
Ayah menampar shion keras. Hingga shion terpaksa jatuh tersungkur memegang bekas luka tampar .
"Dasar anak tidak tau diuntung!'
Keluh ayah bergegas ke WC berniat mencuci tangan sehabis menampar.
Shion berdiri, wajahnya datar dan super dingin. Kurasa cukuplah...?
Shion berhenti, kekuatannya sangat kurang untuk menghadapi ini. Mereka orang yang lebih tua. Jika membantah itu artinya durhaka.
Tetapi apakah selalu betul begitu..?
"Sayang, darimana sih?'
Suna mendekat ketika shion berjalan lesu pada dapur.
Suna menatap bekas tampar di pipi tampan shion. Dan tersenyum sinis.
"Kau kira bisa memutuskan aku begitu saja?'
Suna mencibir. Tetapi shion tidak menanggapi berlalu saja.
"..."shion menatap kosong pada lantai dan berjalan ke kamar. Suna hanya menatap sinis sesekali tersenyum seperti memainkan sesuatu.