Chapter 27 - FIRASAT BURUK

Zee berhenti berjalan dengan pedangnya dalam posisi siap. Mereka saling menatap dengan mengancam.

Melihat perang dingin ini, tanpa salah satu dari mereka memulai gerakan apa pun, dan setelah menilai suasana hati Zee bahwa dia tidak akan menyerang dan Yoda, Senja menghela nafas lega.

Tapi, karena Senja masih merasa tidak puas ditambah perasaan karena telah dilindungi. Senja berkata dengan suara keras. "Apa kau marah? Tetaplah marah karena aku tidak peduli dengan orang sepertimu!"

Yoda menoleh ke arahnya dengan kaku dan berkata dengan ekspresi tertekan. "Hentikan."

Rasanya Yoda ingin berlutut dan memohon pada Senja. Apakah dia tidak melihat situasinya sekarang? Tidak bisakah gadis ini berhenti memprovokasi mereka?

Namun sepertinya Senja tidak melihat ekspressi wajah Yoda yang tertekan atau memang dia hanya mengabaikannya saja, "Aku ingat sekarang!" Senja berseru meambahkan. "Kau adalah orang yang menendangku di tenda itu bukan?!"

Zee menyeringai. "Ya, itu aku. Haruskah aku menendangmu lagi, jadi kau tidak akan pernah lupa? "

"Tidak perlu" Senja menggelengkan kepalanya. "Aku selalu mengingat seseorang yang berutang kepadaku dan aku akan selalu mendapatkan bayarannya kembali…"

Yoda merasa seperti sudah gila.

"Hentikan! Aku tidak bisa bertengkar dengannya," dia berbisik melalui gigi yang terkatup rapat dan hanya bisa didengar oleh Senja.

Senja melirik ke arah Yoda dan mengucapkan dengan lantang potongan kalimat terakhirnya. "… berikut dengan bunganya."

Melihat Zee akan mengamuk, Rian dan Adi melangkah maju untuk membujuknya sementara Yoda masih dalam posisi siap, bersiap untuk hasil yang terburuk.

Tapi hal terburuk tidak datang dari kemarahan Zee.

Di kejauhan, tiba-tiba terdengar suara dentuman drum yang membuat semua orang was-was. Kelompok tiga orang itu tidak mau repot-repot melirik Senja sebelum mereka bergegas ke arah gerbang utama.

"Apa yang terjadi? Suara apa itu? "

Ekspresi Yoda menjadi pucat. "Kita sedang diserang"

Oke. Ini yang terburuk.

Senja tidak pernah berpikir bahwa suatu hari dia akan mengalami hal semacam ini. Betapa bodohnya dia ketika dengan naif dia mengira situasi ini cukup menyenangkan pada saat dia menyaksikannya di film atau membacanya.

"Kita harus kembali"

"Tapi…" Aku harus mencari benda itu…

"Saat ini gudang persenjataan akan sangat ramai. Kau tidak akan menemukan apa pun di sana "

Yoda memberi isyarat pada Senja untuk mengikutinya. Sonja kemudian berjalan berdampingan dengan Yoda.

***

Orang-orang bergegas keluar dari tenda mereka, mengenakan baju besi dengan pedang di tangan.

Suasana menjadi sangat mencekam. Senja bisa merasakan intensitas kegugupan, kecemasan, ketakutan, keengganan, kepanikan dari semua prajurit disana... perasaan itu terlalu kuat untuk ia tanggung.

Senja lalu berjongkok sambil memegangi dadanya, dia memejamkan mata. Keringat dingin mulai menetes dari keningnya.

"Apa yang terjadi?" Yoda berhenti berlari dan mengecek Senja. Dia melihatnya memegangi dadanya dengan ekspresi wajah kesakitan. "Apakah kau sakit?"

Sial! Wanita tua itu !! Bantuan apa? Perasaan se- intense ini hampir membunuhku!

Dengan susah payah Senja mencoba memusatkan perhatiannya pada dirinya sendiri, mencoba mematikan perasaannya pada gangguan di luar sana.

Yoda menjadi lebih cemas karena Senja tidak memberikan respon. Setelah beberapa lama, barulah gadis itu menggelengkan kepalanya dan mencoba berdiri tegak dengan canggung.

"Apakah kau baik-baik saja? Apa yang terjadi?" Yoda mengulangi pertanyaannya.

"Aku baik-baik saja" Senja berkata dengan lemah.

"Apa yang ingin kau ambil dari gudang senjata? Aku akan mencoba untuk mendapatkannya."

Senja menggeleng, karena dia juga tidak tahu benda apa itu.

Yoda tidak sabar melihat reaksi Senja, "Oke, untuk saat ini kau harus menjauh dari gerbang utama. Sembunyikan dirimu dengan baik. Aku harus pergi untuk membantu prajurit lainnya," ucapnya dengan tergesa-gesa saat melihat panah api melesat di langit.

Sebuah firasat buruk dapat mereka rasakan.