"Tidak." Sebuah suara tegas menahan Yoda di tempat. "Tetap bersamanya"
"Letnan Utara," ucap Yoda terkejut.
Di belakang mereka Utara berjalan menghampiri dengan baju besi putih menyelimuti tubuhnya. Sikap santai dari sebelumnya telah lenyap tergantikan dengan sosok seorang Letnan yang berwibawa, yang siap untuk membunuh musuhnya.
Senja berpikir bahwa Utara terlihat jauh lebih tampan dengan baju besi itu. Kepercayaan diri yang terpancar darinya memberikan pengaruh yang sedikit menenangkan bagi Senja.
"Dia adalah tanggung jawabmu. Jika situasi menjadi buruk, larilah bersamanya ke benteng utama. Dia harus aman, tidak peduli apapun yang terjadi." Utara memberikan perintahnya pada Yoda dengan nada yang sangat tegas.
Yoda tertegun sejenak tetapi, pada detik berikutnya dia berlutut dengan khidmat dalam menerima perintah.
"Saya akan mengikuti perintah." Yoda memberi hormat dengan patuh.
Senja menatap mereka dengan tatapan kosong. Hatinya masih tidak bisa menerima apa yang dia saksikan.
Baru di detik ini Senja benar-benar menyadari bahwa semua yang terjadi adalah nyata. Dia telah melakukan perjalanan kembali ke masa lalu. Siapa yang akan berlutut dalam menerima perintah di dunia modern?!!
Senja mengalihkan tatapannya dari Yoda yang sedang berlutut ke pada Letnan di hadapannya.
"Apakah kau masih berpikir kalau aku mungkin gadis itu?"
Utara melengkungkan bibirnya menjadi senyuman indah. "Tidak ada salahnya, kan? Apalagi karena kau kehilangan ingatan masa lalumu, semuanya mungkin "
"Baiklah." Karena Utara mengatakan seperti itu, Senja tidak punya kata-kata untuk membantah.
Dan memang tidak ada salahnya juga, bahkan hal ini akan menguntungkan Senja jika dia bisa berpura- pura menjadi gadis yang Utara maksud itu, setidaknya Senja akan memiliki tempat berlindung.
***
Senja dan Yoda pindah ke benteng bagian untuk menghindari kekacauan di gerbang utama. Berdasarkan perasaan dari para prajurit yang Senja rasakan disekitarnya, dia tahu bahwa hanya masalah waktu sebelum musuh dapat menerobos pertahanan mereka.
"Aku harus pergi ke gudang persenjataan!" Senja meraih ujung jubah Yoda dan berteriak di antara hiruk pikuk di sekelilingnya agar Yoda bisa mendengarnya.
"Tidak. kau tidak bisa pergi ke sana! Itu terlalu berbahaya!"
Senja menggelengkan kepalanya. "Aku harus pergi!" ucapnya dengan suara tegas, lalu tanpa menunggu persetujuan Yoda dia pergi ke arah yang berbeda.
Yoda mendecakkan lidahnya dengan kesal dan mengikutinya.
***
Tempat gudang senjata berada di tengah benteng. Pada saat mereka sampai di sana, pasukan Zodasian telah menerobos pertahanan mereka, dan sudah mengamuk tidak terlalu jauh dari tempat mereka berada, tanpa perlawanan berarti dari pihak mereka.
Cepat atau lambat pertempuran ini memang tidak dapat dihindari, jika mereka mengulur waktu, pada saat serangan dari Zodasian datang, pasukan mereka sendiri akan menjadi terlalu lemah, karena mereka telah terlalu lama di isolasi di benteng mereka sendiri, bukan hanya itu saja, kondisi mental mereka tidak akan begitu baik bahkan untuk melawan.
Jadi, lebih cepat pertempuran ini terjadi jauh lebih baik.
Itu seperti memilih antara hal buruk atau hal terburuk.
Meskipun Letnan Utara dan Kapten Hua telah memprediksikan hal ini dan tentu saja mereka memiliki rencana cadangan, tetapi fakta bahwa kekuatan musuh terlalu kuat masih membuat mereka terlalu kesulitan untuk melaksanakan rencana mereka.
Mereka masih menunggu bantuan datang.
"Berapa lama lagi bala bantuan akan datang ?!" Letnan Utara mengayunkan pedang panjangnya dan membunuh dua orang.
"Seharusnya tidak lebih dari satu jam." Kepala prajurit di samping Utara menjawab.
"Tidak akan berhasil, kita tidak bertahan selama itu." Kapten Hua menggerutu, terlihat frustasi.
"Anru! Katakan ke garis depan untuk mundur!" Letnan Utara memberi perintah kepada kepala prajurit. "Kita tidak bisa berdiam diri disini dan menunggu, kita harus bergerak."
Anru menangkupkan tangannya memberi hormat dan menghilang diantara kerumunan.