Chapter 7 - TIDAK BISA KEMBALI

"Oh, ok. Aku rasa aku dapat melakukan itu." Biar bagaimanapun juga rencana ini tidak membutuhkan Senja untuk memikirkan rencana yang rumit dan sulit bukan? Ini hanyalah sebuah pengiriman yang mudah.

"Bagus. Bagus." Wanita tua itu mengangguk- angguk dengan khidmat, tapi matanya sedikit memicing begitu melihat warna rambut Senja. "Warna rambutmu terlalu mencolok."

Uhuk… uhuk… "Kalau nenek pikir warna rambut ini terlalu mencolok, aku bisa memakai topi. Aku rasa dengan begitu tidak akan jadi masalah." Apa maksud nenek dengan terlalu mencolok? Beberapa orang juga mewarnai rambut mereka dengan warna ini juga bukan?

Senja selalu memiliki perasaan yang sensitive apalagi dengan orang- orang disekitar dirinya. Oleh karena itu, dia dapat memanipulasi dengan mudah orang- orang yang memiliki masalah kepercayaan diri yang cenderung rendah. Kenyataannya, Senja itu cukup bertalenta dalam memanipulasi orang lain.

Dan saat ini dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh wanita tua ini. Mata wanita tua ini tidak fokus, seolah dia sedang tidak tenang akan sesuatu.

Tepat pada saat itu, ponsel Senja mengirimkan notifikasi pesan yang masuk. Senja kemudian tersenyum samar pada wanita tua itu dan mulai membuka pesannya. Pesan tersebut dari Sian.

Sian: [Dimana kamu?]

Senja baru akan membalas pesan kakaknya tersebut ketika tiba- tiba wanita tua itu memengang tangan kiri Senja dengan sangat erat dan meletakkan sesuatu yang kecil dan keras ke dalam tangannya. Seperti sebuah batu.

"Berikan ini pada Yun." Nenek itu berkata dengan mata yang dipenuhi oleh tekad.

"Yun? Dimana aku bisa menemukannya? Apakah dia laki- laki atau perempuan? Nenek punya petunjuk lain?"

"Aku bisa mengirimkanmu 'kesana'. Dan dia adalah pria." Nenek berkata dengan dingin.

Mohon maaf, tapi aku adalah manusia bukan barang jadi bagaimana bisa nenek berkata akan 'mengirimku'?

Tapi, Senja tidak mengatakan pemikirannya ini.

"Oh…" tapi, nek. Kalau kamu bisa mengirimkanku kesana, lalu kenapa kamu tidak memberikannya langsung pada dia?

Wanita tua itu menggenggam tangan Senja dengan kuat.

"Aku akan mengirimmu sekarang."

"Sekarang? Tunggu…" Senja menjadi bingung dengan tingkah laku wanita tua ini, kemudian Senja dengan cepat mengirimkan balasan pada Sian.

Senja: [Dirumah. Ada nenek disini. Dia bertingkah laku aneh.]

"Tidak Senja, aku tidak bisa menunggu…" wanita tua itu mendesah dengan berat, seperti seseorang yang tengah putus asa.

"Kalau begitu biarkan aku mengganti pakaianku…" Senja mencoba untuk mengulur waktu untuk dirinya.

Senja tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia merasa was- was dengan tingkah laku wanita tua tersebut. Kenapa dia terlihat sangat- terburu- buru seperti ini di tengah malam? Ini membuat Senja menjadi curiga. Apakah ini jebakan?

"Senja, dengarkan aku dan dengarkan dengan baik. " Nenek tua itu kemudian menggenggam tangan Senja yang lainnya seraya menekan setiap kata yang dia ucapkan dengan perlahan. "Temukan Yun dengan cara apapun atau kamu tidak akan bisa kembali. Dia adalah satu- satunya orang yang dapat membawamu kembali. Ketika kamu menemukan dia, katakan padanya; Riana mengirimku kesini untuk memberikan ini untukmu. Dan berikan bandul kalung ini padanya. Dia akan mengenali benda ini di saat dia melihatnya." Nenek menekan tangan kiri Senja dimana dia meletakkan bandul kalung tersebut.

"Aku harus bertemu dengan dia untuk terakhir kalinya." Nenek tua itu berkata dengan mengiba, hampir seperti memohon. Ada rasa tidak sabar di dalam sorot mata tuanya.

Senja kemudian melihat tangan kirinya dan kemudian menatap dengan dalam ke dalam mata nenek tua tersebut. Mata hitamnya seperti sebuah kolam yang dalam dan penuh dengan kesedihan dan kerinduan.

"…Nek, apa maksudmu kalau aku tidak bisa kembali sendiri dan membutuhkan Yun untuk kembali lagi?" Senja mencoba untuk menarik tangannya tapi anehnya, cengkeraman nenek tersebut sangatlah kuat, Senja bahkan tidak bisa melepaskan diri dari tangan keriput kecilnya.