"Menyerah saja Zhou, kamu tidak akan bisa berbicara mengenai hal yang masuk akal dengannya." Sian mengibaskan tangannya dengan putus asa.
"Senja, apakah kamu sudah di dalam?" tanya Lee.
"Hampir, berikan aku waktu dua menit lagi."
"Saat kamu ada di dalam, segera ambil obat langka itu dan lanjutkan ke rencana berikutnya."
"Oke, baiklah."
Ketiga saudara itu menjawab bersamaan.
Tidak butuh waktu lama bagi Senja untuk masuk ke dalam dan mengambil obat langka tersebut. Dia memasukkan obat langka itu kedalam sebuah tabung kecil yang sudah dia persiapkan sebelum meletakkannya ke dalam kantung depan bajunya.
"Aku mendapatkan obat 'sialan' ini." Senja memberitahukan kepada kakak- kakaknya.
"Apakah tidak kamu pikir kalau nama samaran ini terdengar sangat kasar? Tidak bisakah kamu memikirkan nama lain yang lebih sopan?" Sian complain seraya mendesis untuk menhindari menarik perhatian yang tidak penting.
Namun, yang membuatnya aneh adalah; tidak ada kata- kata sanggahan dari Senja. Setelah menunggu beberapa waktu lamanya, alis Sian berkerut.
"Senja?" Dia memanggil dengan khawatir. "Senja, apa kamu disana?"
Hening.
Hal yang tidak terduga seperti ini membuat mereka menjadi waspada.
"Seseorang datang kesini." Senja berbisik setelah beberapa saat.
"Aku akan segera kesana." Sian tidak menunggu walau sedeti sebelum dia berdiri dan segera berlari menuju tempat Senja berada.
"Tunggu, sepertinya aku bisa mengatasi ini…"
Sian tiba- tiba berhenti berlari untuk beberapa detik, sebelum akhirnya dia lari bahkan lebih cepat.
"Senja, apapun yang kamu pikir akan kamu lakukan sekarang, hentikan! Aku dalam perjalanan menuju tempatmu!" Sian mengetahui adik perempuannya ini dengan sangat baik. Senja hanya akan merusak semua rencana mereka dengan idenya.
"Lee, aku ambil elevator kedua!"
Sian berdiri di barisan sambil menunggu sinyal dan instruksi dari Lee. Karena Senja berada di lantai delapan belas dan dia berada di lantai satu, mengambil tangga sebagai alternative hanya akan membuang- buang waktu dan akan membuatnya kelelahan.
"Dimengerti. Segalanya telah terkendali. Kamu bisa pergi sekarang."
Seraya Lee mengatakan hal tersebut, pintu dari elevator terbuka dan Sian masuk ke dalam bersamaan dengan tiga orang lainnya. Dia menunggu dengan sabar untuk orang lainnya menekan tombol- tombol ke lantai yang mereka ingin tuju.
Setelah yakin kalau lantai tertinggi yang mereka akan tuju adalah lantai lima belas, Sian segera menekan tombol lantai delapan belas.
Kemudian, setelah seluruh orang sudah keluar di lantai lima belas, Sian membuka jaket dan celana panjangnya dan di balik itu, dia ternyata telah mengenakan baju perawat.
Sian kemudian mengenakan masker, menggulung jaketnya dan celana, meletakkannya di dalam plastic hitam dan membuangnya ketika dia keluar dari elevator.
Sementara itu, ketika Senja menyadari kalau seseorang data, dia bersembunyi di belakang lemari terdekat. Menutup matanya untuk merasakan pergerakan dari tamu tak di undang tersebut.
Tidak perlu otak yang jenius untuk memperkirakan situasi ini, karena siapapun yang datang sudah pasti bukan orang sembarangan karena tempat ini adalah tempat dimana 'obat langka' tersebut disimpan.
Ada kemungkinan orang ini seperti Senja, seorang pencuri atau dia adalah penjaga. Tapi, sangat tidak mungkin bagi penjaga untuk datang kemari. Tapi juga, kalau dia adalah seorang pencuri, urusannya bisa runyam.
Senja mengenakan masker dan memakai hoodie- nya. Dia ingin mencoba untuk menggunakan tekhnik hipnotis yang telah dia pelajari dalam dua tahun terakhir ini dan mengimplementasikan apa yang telah di ajari oleh pacar barunya.
Saat dia merasa tamu tidak di undang ini bergerak mendekat, Senja mempersiapkan dirinya sendiri dan akan mencoba apa yang telah dia pelajari.
"Senja, jangan lakukan apapun!" Lee berkata dengan tegas melalui alat komunikasi mereka.
Tapi, Senja melepaskan alat komunikasinya dan tersenyum dengan licik.
Diam? Mana mungkin…