Chereads / Istriku Yang Lain / Chapter 5 - Di Balik Jendela

Chapter 5 - Di Balik Jendela

Ternyata suara itu berasal dari koper yang merosot jatuh karena David tidak begitu tegak menyandarkan koper itu ke dinding rumah itu.

Serentak mereka terlihat lega mengetahui suara yang mengejutkan itu cuma berasal dari koper tak berdosa. Rasa tegang dan panik berangsur mereda meski akhirnya mereka terlihat sama-sama saling bingung untuk menentukan apa yang harus mereka lakukan setelah itu.

"Trus kita ngapain?"

"Beres-beres dong..." Jawab David singkat.

"Kita beresin ruangan ini dulu ya, setelah itu kita beresin baru benahin ruangan yang lainnya." Tawar Dewi.

"Bareng-bareng?" Tanya David dengan tegang. Dewi tertegun.

"Papa takut juga, kan?"

David tersentak lagi kali ini ia berusaha meneguhkan keyakinannya.

"Takut apa sih papa kan cuma nanya kita mau beres barang-barang atau enggak..."

"Beneran cuman nanya..." Dewi balik meyakinkan.

David hempaskan nafas kesalnya akhirnya dia segera membereskan ruangan itu dengan sigap membuat Dewi merasa tak enak hati sehingga ia pun ikut bebenah walau setiap langkah dan apa yang akan ia lakukan selalu tampak hati-hati. Sementara itu si kecil Lisa ikut heboh mengecek barang-barang yang ada di lemari tua, Bufet mungil sampai akhirnya ia menemukan sebuah figura usang dengan foto yang sudah berjamur di bagian wajahnya sehingga ia tak bisa memastikan seperti apa wajah dalam figura tersebut hanya saja rambutnya panjang terurai membuat Lisa yakin kalau seseorang yang ada di dalam foto itu pasti cantik

"Foto siapa ya ini? Rambutnya bagus. Kalau aku besar nanti, rambutku mau dipanjangin kayak gitu juga, ah"'

Saat itu Lisa tak menyadari bahwa apa yang ia lakukan di pojokan ruangan itu mengundang penasaran sosok lain yang sedang mengintip nya dari seberang kaca jendela yang buram dan sebagiannya tertutup oleh rinai gorden jendela. Rambut panjang si pengitip itu terurai mengembang seakan bereaksi oleh hempasan angin di luar rumah yang masih bercampur dengan rintikan air hujan.

Perlahan Lisa berbalik membuka gorden itu sehingga sisa sinar matahari sore menyeruak masuk ke dalam ruangan. Sreeeekkk.... !

"Nah kalo gini jadi terang. kita bersihin enak kan..." Ucap lisa.

Jreng!

Refleks dewi dan David mengintip keluar jendela tepat di bekas sosok yang mengintipnya tadi namun sosok itu sudah pergi entah kemana tidak ada apapun di sana. Dengan sigap Dewi langsung menutup kembali gorden itu. Lalu sedikit menghardik Lisa.

"Lisa, sebentar lagi maghrib nggak perlu buka gorden. Lagian kan udah nyalain lampu."

"Tapi kalo dibuka kan bisa lebih terang lagi, ma..."

"Kalo dibilangin nyaut aja..."

Lisa cemberut. Tiba-tiba dari mengambil figura yang ada di tangan Lisa.

"Apa ini Lisa? Kamu jangan asal ngambil barang di sini deh, semua barang di sini itu kotor masih berdebu dan belum dibersihin. Kalau kamu kena kuman gimana? Kamu bisa sakit. Apalagi ini rumah tua. Pasti banyak virus dan kuman, ngerti!"Ucapnya sambil merebut figura usang itu dan kemudian menariknya ke tong sampah di pojok ruangan.

"Aduhhh... udah dong jangan ribut terus kapan kita keluar beresnya kalau kalian masih ribut aja. Masih banyak yang harus kita beresin."

"Kalaupun kita kelarin hari ini nggak akan bisa. Mendingan gini deh besok kita cari orang yang bisa bantu-bantu beres-beres di rumah ini emang nggak sanggup beresin semuanya sendirian. Apalagi kan besok Papa udah mulai ngantor."

"Nyari di mana, ma...?"

"Ya keluar dong, Pa. Katanya Papa mau cari kenalan baru di sini, tanya tanya lah sama mereka siapa tahu aja ada yang bisa bantuin. "

"Ya udah kita lanjutin lagi beberes nya... Besok nanti papa usahain cari orang yang bisa bantu bantu kita beberes. Ayuk... Lisa bantuin beresin barang-barang Lisa sendiri ya... taruh di situ dulu deh dikit sofa.

"Iya, pah..."

Lalu semuanya larut dalam kesibukan masing-masing. Jam dinding usang masih terus berputar melewati menit ke menit seperti jejak-jejak matahari yang terus membenamkan dirinya di ufuk Barat. Menawarkan ruang dunia yang kini menjadi semakin gelap dan sunyi. Suara jangkrik dari sudut-sudut entah mana berbunyi saling bersahutan nyanyian mereka disambut oleh sahutan burung hantu dari kejauhan. Eksotisme itu Kian lengkap dengan alunan gesekan dedaunan di pohon-pohon besar sekitaran rumah tua itu.

David tengah menidurkan Lisa di kamarnya yang tepat berada di samping kamar utama itu. Di sebelah mereka Dewi duduk gelisah melihat David mulai terkantuk-kantuk. "Papa ngantuk ya? Mau tidur di sini?"

David terhenyak, "Aduh, maaf. Papa kecapean banget sampai hampir ketiduran disini. Mama udah ngantuk juga, ya?"

"Iya."

"Mau mau pindah ke kamar kita atau numpang tidur di sini?'

Dewi menoleh, tawaran itu seakan sesuatu yang menyenangkan sekaligus melegakan hatinya. "I...iya, pa. Nggak tega juga ninggalin Lisa tidur sendirian. Ya walaupun dia sebenernya udah berani tidur sendiri sih."

David bergumam dalam hati, "Sebenarnya aku pun belum berani tidur sendirian gara-gara mimpi tadi siang. Aaah... Bodoh aku kok jadi pengecut gini sih..."

Akhirnya mereka bertiga tidur di satu ruangan itu ruang kamar Lisa detak jantung mereka berpacu kembali dengan detikan waktu yang membawa malam hingga ke puncaknya kamu bisa nafas lelah dan dengkur halus dari keluarga bahagia itu telah melenyapkan kesadaran masing-masing sampai-sampai mereka benar-benar tak menyadari ketika dengan perlahan gorden di ruangan itu bergerak terbuka.

Sreeeekkk!

Jrengg...!

Memang tak ada sosok apapun disana. tapi gelapnya malam dan gerakan dedauan pohon tampak begitu jelas.

Begitu pula saat matahari muncul di ufuk timur. Sebagian sinarnya yang menembus rindang dedauan di tepian kamar itu ibarat sinar laser yang menembak menusuk wajah David dan Dewi yang masih terlelap dalam satu selimut bersama dengan Lisa yang terbangun duluan.

Dia menguap dan memaksakan tubuhnya bangun sambil menggerutu mendekati jendela.

"Iiih... kemaren aja aku dimarahin waktu buka jendela. Ini jendela malah dibuka selebar ini. kan aku bobonya jadi silau... jadi kebangun deh."

Tangan mungilnya hendak meraih daun gorden untuk menutupi kamarnya dari sorotan matahari pagi. Tapi Lisa tertahan saat dari buramnya kaca jendela ia melihat sosok perempuan tersenyum menatapnya dari halaman rumah sambil melambai kepadanya. seolah memintanya keluar.

"Tante yang kemarin? Kebetulan ..." Lisa tersenyum dan membalas tatapannya. Dia kemudian bergegas lari keluar kamar.

Jrenggg!

Derit pintu rumah tua yang dibuka Lisa membangunkan Dewi yang tersentak kaget menyadari anaknya meninggalkan rumah. kepanikan memberontak rasa kantuk dan letih yang Dewi rasakan. Ia reflek terbangun dan mengejar Lisa seraya memanggil manggil namanya.

"Lisa! Lisaaa...! Kamu mau kemana?" Tapi gadis kecil itu terus saja berlarian keluar rumah.

Dewi tak ambil diam, dia pun ikut mengejar. Namun sesampai di halaman rumah ia tak menemukan Lisa dimanapun.

Jantung dan syaraf otaknya menegang dengan histeris ia panggil panggil Lisa seraya berlarian kesana kemari mengecek rerimbunan rumput dan pepohonan besar di sekitar situ. Bagaimanapun ia perlu kuatir kalau kalau anaknya hilang di tempat baru yang masih begitu asing.

"Lisa! Kamu dimana Lisa! Jangan bikin mama panik...!"

Nggak ada jawaban... ! membuat Dewi kian histeris.

"Lisaaa! Lisaaa"

Dewi mulai menangis karena ia tak kunjung menemukannya. Sampai ia tak sadar ada gerakan yang mendekatinya perlahan dari arah belakang....

To be Continued....