Chapter 13
.
(Tatapan Masa Lalu)
.
Sasuke meraih tangan Sakura, saat Sasuke dapat meraih 'cincin', langsung ia tarik dan melempar jauh 'cincin' itu entah kemana.
"Sasuke! Apa yang kau lakukan ?!"
"Diam." sahut Sasuke, diiringin tatapan mata yang tajam.
Sakura hanya membulatkan mata karena tatapan yang Sasuke tunjukkan, adalah tatapan 13 tahun yang lalu.
"Sas-." gumam Sakura, dia mulai tertunduk mencoba menenangkan dirinya. Sasuke terus menatap Sakura saat sedang tertunduk.
"Angkat wajahmu lihat aku." Sakura tertap tertunduk, dia mengigit pelan bibir bawahnya.
"Cepat lihat aku!!"
"Jangan lagi hiks," ucap parau Sakura. Sasuke memalingkan wajah, dia mulai beranjak pergi meninggalkan Sakura yang masih tertunduk.
'Aku tidak ingin masa laluku terulang. Aku tidak ingin dia seperti dulu lagi,' kata batin Sakura diikuti airmatanya yang mulai membasahi pipi.
"Sasuke."
Suara Sakura membuat Sasuke, menghentikan langkahnya, Sasuke menatap Sakura. Terlihat onyx hitam itu seakan dipenuhi rasa benci. Sakura melihat onyx hitam kelam menatap tajam membuatnya, hanya bisa menangis dan menyebut nama Sasuke sangat pelan.
"Hnn?" jawab Sasuke.
"Aa, aku akan jelaskan-,"
Sakura mulai melangkah maju mendekat kearah Sasuke.
"Hiks.. Aku akan jelaskan soal cincin itu. Jangan marah, aku mohon."
Sasuke hanya diam memperhatikan Sakura yang semakin mendekat ke arahnya.
"Hiks.. Cincin tadi pemberian temanku, dia Sasori. Padahal aku sering menolaknya tapi, dia terus mengungkapkan perasaannya padaku, hiks.. Sasori memberikan cincin itu sebagai ikatan pertemanan."
"Kenapa kau, terima? Apa kau menyukainya?" kata Sasuke.
Sakura mulai berpikir dan bertanya pada dirinya sendiri. Sepoi-sepoi angin yang berhembus menerpa pelan tubuh mereka berdua diikuti suasana yang hening. Pohon yang ada di taman itu seperti menjadi saksi kejadian, yang sedang keduanya alami.
"Kau, dari dulu tetap bodoh dan bimbang. Aku tau kau pintar, Sakura, tapi sifat tak menentumu masih sama seperti dulu."
Sakura hanya menutup rapat mulutnya, dia menatap wajah Sasuke, ekspresi sangat marah jelas terlihat dari raut wajah yang Sasuke tunjukkan.
"Maaf.."
"Hnn.. Tidak ada kata maaf," sahut Sasuke.
'Kau masih saja bodoh,' kata batin Sasuke.
Sakura langsung membulatkan mata, menatap kosong kearah Sasuke. Sakura sadar apa yang dikatakan Sasuke itu semua benar. Terkadang Sakura memiliki kembimbangan dalam menentukan sesuatu, sifat yang sudah diketahui sejak lama oleh Sasuke.
Jarak mereka berdua berhadapan hanyalah tiga meter tapi, Sakura merasa jarak mereka mulai menjauh. Bulir airmata terus menetes jatuh ke tanah melewati kedua pipinya. Sasuke mulai melangkah maju, tangan kanan merangkul tubuh Sakura sampai memeluknya.
Sasuke membimbing Sakura agar, ia menempelkan pipi ke dada Sasuke.
"Aku tidak akan memaafkanmu, kalau kau belum bisa merubah sifatmu itu, Sakura."
Sakura mulai memejamkan mata, mendengar suara detak jatung Sasuke.
"Maaf karena kebodohanku."
Sakura mulai memeluk Sasuke, Sasuke hanya diam tapi, tangannya mulai membelai surai merah muda milik Sakura.
Sementara Sai dan Sarada yang sedang menikmati es krim cokelat. Duduk bersantai di bangku panjang berwarna cokelat, mereka berdua terlihat senang. Banyak pengunjung yang ada di taman bermain itu pemandangan, wahana yang tersedia seakan memanjakan mata. Dan anak-anak yang bersama kedua orangtuanya menjadi pelengkapnya.
"Sara?"
"Iya, paman?"
"Kenapa kau melamun? Apa semua wahana disini tidak menarik?"
"Semua menarik, hanya saja seperti ada yang kurang paman," jawab Sarada.
Kedua onyxnya menatap kearah kedua orangtua dan anaknya.
Sai hanya tersenyum saat melihat arah tujuan yang Sarada, lihat.
"Apa kau ingin seperti dia?"
"Iya, sedikit."
Sai mulai beranjak dari duduknya lalu ia membuang cup es krim ketempat sampah. Sarada pun melakukan hal yang sama.
"Paman, juga ingin seperti anak kecil itu."
"Maksud paman apa?"
"Paman, dulu saat masih kecil, selalu iri jika ada teman paman ke taman bermain bersama kedua orangtuanya,"
"Kenapa?"
Sai mulai tersenyum.
"Karena paman, tidak memiliki orangtua seperti yanglainya, paman hanya anak dari panti asuhan. Paman cukup bersyukur karena ada yang merubah hidup paman."
"Mm, siapa orang itu?" tanya Sarada semakin penasaran.
"Dia orang tua angkat paman."
Sarada terus memperhatikan Sai, mendengar semua yang Sai katakan.
"Sara, paman boleh bertanya sesuatu?"
"Boleh," jawab Sarada.
hampir satu menit mereka berdua terdiam lalu, Sai menghela nafas.
"Maaf, kalau paman ikut campur. Paman hanya ingin bertanya, apa Sara, tidak ingin memaafkan, ayah Sara?"
Sarada mulai berpikir lalu dia menatap tegas ke arah Sai.
"Tidak!"
"Sara, semua orang berhak, mendapatkan kesempatan kedua," gumam Sai, diiringi senyumnya.
"Kalau paman, bisa bertemu kedua orangtua paman. Pasti memaafkan mereka walaupun paman dulunya dilantarkan. Mungkin saja mereka punya alasan pribadi," gumam Sai panjang lebar.
Sarada melihat keatas menatap langit biru, mulai mencerna kata-kata Sai. Sarada dan Sai hanya diam tanpa bicara, suara kemaraianlah yang mengantikan keheningan mereka berdua.
"Mungkin aku akan belajar memaafkannya" gumam Sarada.
Sai mulai tersenyum puas.
'Anak pintar,' kata batin Sai.
Sakura berbaring di ranjang. Dia menatap langit-langit kamar, senyum yang manis di bibir tipis merah mudanya terus menyebut nama Sasuke.
'Aku semakin mencintainya,' kata batin Sakura. Sakura menutup wajahnya sendiri dengan bantal.
'Sadar bodoh, kau terlalu tua, untuk berpikir seperti ini,' kata batin Sakura lagi.
Tok.. Tok... Tok.
Sakura mulai beranjak dari ranjangnya dan mulai melangkah maju, menuju pintu.
Clekh..
Saat Sakura membuka pintu, Sasuke berdiri dihadapanya. Sasuke meraih pergelangan tangan Sakura. Sasuke merebahkan tubuh Sakura ke tempat tidur.
"Sasuke, apa yang-." Sakura hanya biasa diam. Saat Sasuke menciumnya.
Sasuke berbisik, "Sakura, puaskan aku."
"Sa, Sasuke!"
.
.
.
.
Note : Cumi (cuma mimpi hehe..)
Sakura terbangun dari tidurnya saat dia, bersandar dibahu kanan Sasuke.
"Hnn? Apa kau mimpi buruk?" Sakura menatap wajah Sasuke, dengan rona merah di pipi Sakura.
"Ti-tidak.."
"Hari mulai siang, ayo kita masuk kedalam," ucap Sasuke beranjak dari duduknya.
Sakura hanya menyentuh kedua pipinya sendiri yang memerah.
'Kenapa aku, memimpikan yang seperti itu?!' kata bati Sakura.
"Sakura?"
"I-iya."
Sasuke mulai tersenyum, ia mengetuk kening Sakura. Sakura hanya mengelus keningnya sendiri lalu dia tersenyum. Sebenarnya Sasuke, sempat mendengar Sakura mengigau memangil namanya dengan nada suara sedikit erotis
NEXT
Chapter 14
(Pulang)
Maaf yang terakhirnya senpai mulai gaje :v penyegar suasana :v Asek :v