Chereads / FULLHENTAI 2 / Chapter 21 - Season 2 Chapter 9 (Drama Sang Pangeran)

Chapter 21 - Season 2 Chapter 9 (Drama Sang Pangeran)

Chapter 09

.

(Drama Sang Pangeran)

.

.

Sasuke Uchiha, kini memeluk putrinya, yang hanya bisa terdiam saat dipeluk walaupun hanya satu tangan kanan saja.

"Maaf, pelukanmu terlalu erat."

Sarada Uchiha, gadis usia 12 tahun itu seakan tak nyaman dengan perlakuan, Sasuke.

Sasuke melongarkan pelukannya.

"Maaf, aku terbawa suasana jika didekat anak kecil."

Pelayan yang bernama, Sai Shimura yang sering dipanggil paman oleh Sarada, ia hanya tersenyum.

"Sara, apa kau senang sudah bertemu, teman paman?"

Sarada menoleh kearah Sai, saat Sasuke berhenti untuk memeluk, Sarada.

" Iya paman," jawab Sarada, diiringi senyuman. Sasuke terus tak henti-hentinya menatap wajah, Sarada yang terlihat menunjukkan rasa senangnya.

"Hnn, ayo kita makan malam," gumam Sasuke. Sarada dan Sai menoleh memperhatikan Sasuke bersamaan.

"Tuan, ma-maksudku baiklah." jawab Sai yang terdengar sangat canggung. Sarada mengerutkan keningnya, dia membenarkan posisi kacamata berbingkai hitam miliknya.

Mereka bertiga pun akhirnya memutuskan untuk makan malam. Hidangan tertata rapi di meja makan yang terlihat cukup panjang berbahan kayu jati yang dicat senada dengan warna kayu pada umumnya.

Daging steak yang terlihat sangat menggoda mata, aroma yang memanjakan indra penciuman karena aromanya yang sangat harum, membuat seseorang akan membayangkan betapa nikmat, enaknya hidangan steak ini.

Sai membimbing Sarada mengunakan garpu dan pisau yang biasanya untuk memotong daging steak. Sasuke hanya tersenyum, melihat kedekatan putrinya dan Sai yang memang sudah menjadi orang kepercayaan, Sasuke.

Mereka bertiga hanya diam tanpa bicara, menimati hindangan yang sangat nikmat. Sasuke menghirup aroma anggur. Sesekali mengoyangkan gelas yang berisi sedikit anggur berwarna merah yang aromanya bisa memanjakan, indra penciuman seseorang.

Sarada sekilas melihat apa saja yang dilakukan, Sasuke. Sasuke hanya membalas senyum saat diperhatikan Sarada. Selesainya mereka bertiga menimati makan malam, Sasuke mengajak Sarada untuk melihat-lihat kediaman Uchiha yang terlihat megah selayaknya istana.

Jika orang bodoh memasuki kediaman Uchiha ini mungkin akan menganga lebar sampai lupa akan menutup rapat mulutnya.

Sai Shimura mengikuti Sarada, berjalan dibelakang Sarada. Sarada menghentikan langkahnya menunggu Sai anggar berjalan disampingnya.

"Paman, kenapa kau lambat sekali?" tanya Sarada dan berdengus pelan. Menunjukan rasa kesalnya karena Sai terlihat sengaja memperlambat langkahnya.

"Apa Sara, malu?" tanya Sai.

"Tidak," jawab singkat Sarada yang terdengar kesal.

"Sai, kau harus menjemput seseorang."

Sarada dan Sai langsung terdiam yang tadinya mengikuti, Sasuke dari belakang. Sarada terus menatap Sasuke, dari belakang. Punggung yang terlihat kokoh itu terus menjadi objek pandangan Sarada.

Dia mulai berpikir Sosok yang dia lihat sekarang

benar-benar berbeda, dengan orang pada umumnya. Itu yang sekilas dipikirkan, Sarada.

"Baik Tuan," jawab Sai kembali menunjukkan rasa hormatnya.

"Sara, paman pergi dulu, kau tau kan paman akan kemana?"

"Iya, aku mengerti hati-hati, paman," ucap Sarada.

Sai pun pamit pergi. Sarada dan Sasuke hanya diam tanpa bicara. Mereka bedua hanya bisa diam tanpa berucap satu kata pun. Kolam yang sangat luas disebelah mereka bedua menambah suasana bertambah hening. Sarada melihat kearah kolam.

"Kolamnya luas sekali kira-kira ukuran totalnya berapa?" gumam Sarada terdengar canggung.

"Panjang 50 meter lebar 25 meter," jawab gumam Sasuke.

"Huuh.. Ternyata lebih dari perkiraanku," gumam Sarada.

Sasuke menuju tempat duduk yang tersedia di dekat kolam renang.

"Kemarilah, sampai kapan kau mau berdiri?" ucap Sasuke. Sarada mulai melangkah maju, kearah Sasuke, duduk. Sarada duduk disebelah Sasuke yang kini tersenyum sambil memperhatikan Sarada.

"Apa kau bosan?" tanya Sasuke, dengan nada suara yang terdengar sangat ramah walaupun masih terkesan canggung.

"Iya, aku bosan. Karena rumah yang luas ini sangat sepi padahal pelayan cukup banyak," jawab Sarada, sambil menyamankan posisi duduk.

"Kau benar rumahku ini sangat sepi," gumam Sasuke.

"Apa aku boleh memanggilmu, Sara? Seperti Sai memanggilmu?"

"Iya, boleh. Tapi, apa boleh aku memanggil, ekhm.. Tuan Sasuke Uchiha menjadi, paman?" tanya Sarada.

"Boleh, khusus untukmu."

"Terima kasih. Aku dari tadi terus berpikir apa paman Sai benar bekerja disini?"

"Iya, dia orang kepercayaanku."

"Berarti, peralatan dapur dan mobil semua dari, tuan ekhm maksudku, paman kan?"

Sasuke hanya tersenyum penuh arti dan membelai surai halus berwana hitam milik Sarada.

"Kau pintar," kata Sasuke.

"Huuh.. Ternyata benar tebakanku," gumam Sarada.

"Paman, apa benar Mamaku, memenangkan lotre?" tanya Sarada, diikuti tatapan yang memojokkan Sasuke.

"Iya, Mamamu memenangkan lotre."

"Apa iya? Aneh, aku masih berpikir ada yang menganjal."

"Kau terlalu banyak berpikir hal yang rumit."

"Sudahlah aku jadi pusing" gumam Sarada, sambil melirik Sasuke karena terus membelai surai hitam Sarada.

"Paman, apa kau sangat suka anak kecil?"

"Iya, aku suka," jawab Sasuke.

"Huuh.." Dengus kesal Sarada.

Sasuke dan Sarada hanya diam terus melihat kearah kolam renang. Sarada mulai menyandarkan kepala, ke lengan kanan, Sasuke. Sasuke hanya tersenyum melihat wajah polos putrinya, saat tertidur. Pelayan laki-laki menghampiri mereka berdua.

"Tuan Uchiha, apa perlu saya membawa, nona kecil ini ke kamar yang sudah disediakan?"

"Bawa saja ke kamarku."

"Baik," jawab pelayan, dia menggendong sarada yang terlelap.

Sasuke melihat layar handphonenya. Waktu menunjukkan hampir tengah malam.

Pesan masuk tiba-tiba membuat Sasuke tersenyum karena dipesan itu tertulis. Sakura akan datang kesana.

"Rencanaku berhasil," gumam Sasuke, beranjak dari duduknya.

Sasuke menuju kamar miliknya, terlihat ditempat tidur berseprai putih. Sarada telah terlelap mungkin telah ada di alam mimpi.

Sasuke melepas dasinya, lalu melepas membuka 2 kacing baju atasnya. Dia pun mendekat ke arah putrinya yang sedang terlelap.

Dia mulai melepas sepatu saat duduk ditepi ranjang setelah itu, dia merangkul putri yang sebenarnya, sangat Sasuke rindukan.

"Sarada, sebelum kau tau dan membenciku. Aku akan membuatmu menyukaiku. Walau kau memanggil ayahmu dengan sebutan paman," gumam Sasuke, memeluk putrinya dalam tidurnya.

.

.

.

.

NEXT

Chapter 10

(Keluarga)