Chereads / FULLHENTAI 2 / Chapter 19 - Season 2 Chapter 7 (Teman lama)

Chapter 19 - Season 2 Chapter 7 (Teman lama)

Chapter 07

.

(Teman lama)

.

.

Sakura Pov.

Seperti biasa aku mulai pagi hariku, di meja makan menikmati sarapanku dengan roti selai stroberi dan segelas susu. Aku Sakura Haruno usia 30 tahun, status single memiliki putri yang cantik, rajin dan sifat yang terlalu dewasa padahal usianya baru 12 tahun.

"Mama?"

"Mm?" jawabku.

"Selesai makan mama, langsung mandi!"

"Mmh!!"

Aku hampir tersedak karena perintah putri cantikku, yang mulai memberikan perintah mutlak andalannya.

"Huuh.. Iya Mama, mengerti."

Memang aku seorang ibu, tapi posisiku seakan terbalik, putriku seakan menjadi ibuku. Heehh.. Siapa yang dia tiru kenapa dewasa sekali sifatnya.

Terkadang aku berpikir, masa mudaku telah hilang karena kebodohan masa laluku. Tapi, aku telah melupakannya dan menerima takdirku sebagai orangtua tunggal, walaupun aku bisa menikmati masa mudaku akhirnya juga sama akan menjadi orangtuakan?

Ting... Nung... Ting.. Nung..

Aku beranjak dari duduk meninggalkan meja, makan. Saat aku melewati, putriku yang sudah didepan televisi. Menonton acara yang dia sukai, dia menatapku intens. Ya, mungkin karena aku belum mandi, masih mengenakan piyama merah muda bermotiv bunga sakura. Rambut sedikit berantakkan yang kini aku coba rapikan.

Clekh.

Saat aku membuka pintu. Sasori langsung drop melihatku.

"Eh, Sasori kau kenapa?"

"Sakura, apa kau belum mandi?" tanya Sasori. Dia sesaat menghela nafas dan menatapku.

"Belum. Aku sedang malas mandi pagi dingin," jawabku sembari mengaruk pipi kananku dengan jari telunjuk tangan kanan.

"Tapi, kau tetap cantik walau belum mandi," ucapnya, sambil menunjukkan seringai aneh.

"Aduuh, aku sangat terpesona dengan dustamu, Sasori. Cepat masuk dan sarapan lah, ok!"

Cupss..

Aku hanya bisa meraba pipi kiriku, saat Sasori mencium pipiku ini. sebelum dia melewatiku.

"Uhh.. Dasar," gumamku diiringi senyuman.

Aku menutup pintu lantas menuju keruangtamu. Sesekali aku melihat cincin di jari manis, tangan kiriku. Aku jadi teringat waktu itu kepanikannya saat aku sedang ngidam kalau

di ingat-ingat kasihan juga. Saat itu malam hari aku ingin sekali pizza padahal sudah jam 3 pagi aku menghubungi Sasori meminta tolong padanya untuk membelikan pizza sampai dia harus mengelilingi kota, untuk membeli pizza. Huhh... Walaupun sudah lama berlalu aku tetap ingat kejadian itu.

"Sarada, apa kau tidak rindu dengan pamanmu ini? Paman minta cium pipi kiri."

"Hah! Paman apa kau sudah gila permintaan macam apa itu?!" ucap putriku. Dan melempar boneka beruang ke wajah, Sasori. Aku hanya bisa mengelengkan kepalaku.

"Ya.. Ampun.."

"Kalau kau mau cium pipi, paman nanti paman teraktir pizza bagaimana?" ucap Sasori.

"Pizza?" jawab Putriku.

Aku melihat ekspresinya berubah senang walau terlihat ditutup-tutupi.

Andai Sasuke ada disini dan dia diposisi Sasori sekarang. Pasti keluarga ini akan sempurna, aku terkadang ingin memberitahu putriku kalau Sasuke adalah ayahnya.

Tapi, aku takut putriku akan membenci Sasuke dan akan menjadi beban baru untuknya.

Kami-Sama, semoga kau merubah tadirku ini lebih baik. Jujur saja aku ingin Sasuke ada dalam keluarga ini dan putriku memanggilnya... Papa.

"Sakura, kau sedang melamun apa cepatlah mandi," ucap Sasori yang kini sedang memeluk putriku walau putriku risih dengan perbuatan Sasori.

"Paman! Lepas sesak"

"Iya, iya," jawabku dan melangkah menuju kamarku.

Aku memasuki kamar, aku melihat cermin di meja riasku.

"Huuh.. Aku kacau sekali seperti penyihir," gumamku.

Saat dikamar mandi, aku hanya melamun. Air dari shower membasahi tubuhku. Aku terus berpikir walau kehidupanku ini cukup indah tapi hati ini merindukan sosok yang aku cinta agar dia disisiku.

Aku mulai terisak pelan merasakan dada ini seakan sesak, aku ingin sekali disisinya tapi, aku harus merelakan keinginanku dan egoku ini, jika aku menuruti egoku pasti semua ini akan menjadi rumit aku harus menunggu saat itu tiba, Sasuke ada dikeluarga ini. Aku mulai memejamkan mata sambil melepas cincin di jari manisku.

Ting.

Tanpa sadar aku menjatuhkannya, aku melihat cincin itu jatuh.

"Kenapa aku melepasnya?"

Aku mengambil cincin yang terjatuh di lantai yang basah karena air.

Aku mengenakan cincin yang diberikan Sasori.

Selesainya aku mandi, aku kelemari pakaian untuk memilih apa yang harus aku pakai hari ini. Kaos polo berwarna putih ada gambar panda yang lucu di bagian depan, celana pendek jeans biru pertengahan paha. Walau pakaian ini terlalu simple kelihatan sedikit tomboi namun aku menyukainya karena ini musim panas lebih praktis begini walau aku sudah berumur.

Aku mulai membuka pintu kamarku, saat aku melihat keruangtamu. Ekspresi putriku dan Sasori terlihat aneh.

"Astaga," ucap Sasori diiringi helaan nafas putriku.

"Paman, berhentilah menganga bodoh seperti itu!" protes putriku.

Aku hanya menahan tawa saat putriku menutup mulut Sasori dengan wajah boneka beruangnya.

Aku dan Sasori bekerja saat sore hari, aku bekerja di mini market sedangkan Sasori di kafe kecil milik temanya. Mereka bergantian berjaga Sasori mengambil shif sore, jam kerjanya juga sama denganku jam 4 sore.

Sasori memesan pizza yang telah dia janjikan. Kami bertiga menghabiskan waktu bersama, bermain monopoli dan tebak-tebakan sampai membuat lelucon, tapi putriku tidak pernah membuat lelucon hanya selalu menghela nafas setiap mendengar lelucon, Sasori yang selalu garing seakan membuat suara jangkrik.

Tak terasa hari mulai sore, aku mulai bersiap untuk berangkat kerja. Sasori pamit, dia juga akan bersiap berangkat kerja.

"Mama..."

Aku memeluk putriku sebelum, aku pergi untuk bekerja. Setiap aku di dekat pintu keluar rumah, aku selalu melakukan ini.

"Kau jaga rumah ya sayang. Nanti paman Sai akan menjagamu, mama pergi dulu ya?"

"Mm.. Iya."

Pintu tertutup rapat, aku berbalik bersiap untuk pergi. Langkahku terhenti di saat aku melihat seseorang diluar pintu pagar rumahku. Aku yakin dia adalah temanku yang paling dekat denganku dulu. Dia berdiri di sebelah Sai yang kini berdiri disebelah sosok yang lama tak pernah aku lihat.

"Nona, Haruno sepertinya, Nona Ino Yamanaka mencari anda."

"Ino?!"

"Hmm, lama tak jumpa. hei, jidat aku merindukanmu."

Aku membuka pintu pagarku lalu memeluknya erat. Aku hanya bisa memeluknya. Entah kenapa aku sangat bahagia saat Ino ada dihadapaku sekarang.

"Maafkan aku ya," bisiknya dan  membalas pelukanku.

"Aku sudah melupakan semuanya," jawabku lirih.

Sakura Pov End.

NEXT

Chapter 08

(Pelukan)