Chapter 06
.
(Teman Akan Tetap Menjadi Teman)
.
.
Wanita bersurai merah muda itu terus melihat kearah mobil berwarna hitam itu yang semakin menjauh dari pandangannya sampai tak terlihat lagi. Sedangkan perlahan sosok pria yang bersurai merah menghampirinya.
"Sakura."
Wanita bersurai merah muda itu menoleh kearah asal suara dan senyum yang terkesan ramah yang ditunjukan pria bersurai merah itu membuat wanita bersurai merah muda itu ikut tersenyum.
Mereka berdua berdiri berhadapan saling menunjukkan senyum penuh arti. Di dekat pintu pagar rumah yang masih tertutup rapat.
Sakura Pov.
"Sakura, Aa, aku minta maaf soal waktu itu."
"Aku sudah melupakannya."
Walau kau tak meminta maaf, aku pasti memaafkanmu, Sasori. Dia terlihat sangat sedih dibalik senyumnya yang ramah bagaimanapun juga sedikit, banyak aku tahu sifat yang dihadapanku sekarang.
"Heeh, Sakura soal waktu itu, aku berlebihan tapi saat aku bilang.... Aku mencintaimu itu jujur. Kita sudah lama saling mengenal aku harap kau bisa memikirkan permintaanku dulu."
"Aku sudah memutuskan apa yang harus aku pilih sekarang," ucapku.
"Hah? Kau sudah memutuskan?" tanyanya. Dia menatap penuh arti dan terlihat ekspresi penasaran.
Aku mulai melangkah maju.
"Ayo kita ke taman," ucapku.
Tapi, Sasori hanya diam tak menjawab. Dia mulai mengikuti langkahku hingga kami berdua berjalan bersebelahan.
Kami berdua hanya diam tanpa bicara terdengar langkah kamilah yang mengantikan percakapan yang harusnya kami berdua lakukan.
"Apa kau menungguku dari tadi?"
"Iya, aku menunggumu pulang,"
jawabnya. Dia memperhatikanku.
Itulah kebiasaannya sejak dulu walau, aku selalu tak pernah bertanya apa yang dia perhatikan dari diriku ini?
Aku dan Sasori sering berjalan bersama menuju taman, yang berjarak 50 meter dari rumahku. Aku tak akan pernah lupa apa yang kami biasa lakukan sampai sekarang.
"Sakura, apa Sarada sudah tau soal, Sasuke?"
"Belum," jawabku.
"Hah? Apa kau tidak memberitahunya kalau Sasuke itu ayahnya?" tanya Sasori dengan nada yang terdengar tegas. Aku melangkah tenang sesekali memejamkan mata.
"Apa kau lupa? Kalau Putriku itu sangat membenci sosok seorang ayah. Karena sosok ayah yang seharusnya ada untuknya tidak pernah ada untuknya ataupun untukku," jawabku.
"Bagaimana jika, Sarada suatu saat tau bahwa Sasuke, yang dia idola 'kan adalah sosok ayah yang dia benci?"
"Kalau itu akan terjadi, aku akan menjelaskan semuanya" jawabku.
Langkah kami berdua terhenti, menuju tempat duduk yang cukup panjang dekat mesin minuman. Kami berdua memilih minuman yang kami suka. Aku memilih kopi instan dingin sedangkan Sasori minuman cola dingin.
Tekhh..
Sasori membuka pengait, penutup kaleng cola, ia meminum cola nya perlahan sedangkan aku menikmati kopi instan dingin yang aku suka.
"Kita ini aneh ya? Suka meminum, minuman dingin saat tengah malam," gumamku.
"Aku kira hanya aku yang berpikir seperti itu ternyata kau juga."
"Sasori, aku ingin jujur kalau, aku ini masih memiliki perasaan yang sama kepada Sasuke."
"Aku heran kenapa kau tetap mencintainya?" tanyanya. Dia menenggak cola yang dia pegang.
"Aku juga tidak tau tapi, perasaanku juga rasa sayangku padanya tak berubah walau dulunya dia sangat jahat padaku. tapi, itu masa lalu.... Dan sekarang berbeda, kini, Sasuke sangat baik sampai aku tak percaya dengan apa yang aku lihat," ucapku.
Aku menikmati kopi.
Aku melirik kesebelah kanan, Sasori merogoh saku celanan. Aku membulatkan mata karena saat ini dia membuka kotak kecil berwarna merah dan terlihat sepasang cincin emas walaupun biasa saja tapi, mampu membuatku berdebar.
"Sakura, apa kau mau menerima pemberianku ini?"
Dia menatapku diiringi senyum yang terlihat tulus. Apa yang harus aku katakan sekarang? Jika aku menolak Sasori, akan sedih karenaku?
"Anggap saja ini ikatan persahabatan," ucapnya.
Dia meraih tanganku.
"Iya, tapi ini berlebihan Sasori."
"Kalau kau memakainya, aku akan berhenti untuk memilikimu," ucapnya terdengar sendu.
"Jangan bicara dengan nada bicara seperti itu, kau membuatku sedih bodoh."
Aku hanya diam membiarkan Sasori mengenakan cincinnya ke jemariku. Dan ada ukiran huruf. S dibagian cincin emas ini.
"Aku juga memakai cincin dengan ukiran. S coba lihat," ucapnya. Menunjukkan cincin yang baru dia pakai di jemarinya.
"Kau bodoh kenapa tidak mencari wanita yang lebih baik dariku!" ucapku tegas.
"Aku kan sudah bilang aku ini mencintaimu, Sakura walaupun kau lebih memilih Sasuke. Ternyata ucapan bodoh itu benar, cinta tak harus memiliki."
"Hikss... Bodoh," jawabku.
Entah kenapa aku menjadi sedih dan mulai menangis. Aku ini jahat sekali padahal, Sasori selalu membantuku juga baik padaku selama ini. Tapi, aku tidak pernah membalas sedikitpun kebaikkannya.
"Sakura, apa aku boleh memelukmu?"
Aku hanya diam tak menjawab suasana menjadi hening. Angin yang berhembus membuat suasan malam yang menjelang pagi ini menjadi terasa dingin.
"Sasori, ma-maafkan aku.. Hiks.. Maaf."
Srrkk..
Aku hanya terdiam pasrah saat dia memelukku. "Sakura, walaupun aku tidak bisa memilikimu juga cintamu paling tidak aku bisa melihatmu setiap hariku."
"Hikss.. Maafkan aku," ucapku dan membalas pelukannya.
Apa yang aku lakukan ini salah? Aku merasa amat bersalah pada Sasori. Aku selalu menganggapnya sebagai teman, aku tak ingin berpura-pura mencintainya karena yang aku cinta hanya satu orang.
Kami berdua berhenti saling membalas pelukan.
Dia menatapku intens dan mulai mendekatkan wajahnya, aku seakan membeku tak bisa menolak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Dia mencium keningku cukup lama. Aku mulai memejamkan mataku. Sasori kau memang baik, suatu saat nanti wanita yang menjadi pasangan hidupmu pasti akan sangat beruntung.
"Ayo kita pulang," gumamku.
"Iya, ayo."
Aku dan Sasori memutuskan untuk pulang. Dia mengantarku sampai didepan rumahku. Kami berpisah dengan saling membalas senyum ketika aku memasuki rumah. Aku memperhatikan cincin yang dia berikan.
"Maaf ya, Sasori.. Maafkan aku," gumamku.
Sakura Pov End.
NEXT
Chapter 07
(Teman lama)