Chapter 09
.
(Perubahan)
.
.
Sakura Pov.
.
Aku kembali ke sekolah lagi begitu juga dengan si brengsek Sasuke.
Untunglah aku bisa bersekolah lagi, dan untungnya bibi Tsunade tidak tahu hal ini. Karena aku sempat di keluarkan dari sekolah.
Mungkin kali ini aku harus berpikir bahwa diriku ini tidak jenius.
Aku terlalu mudah hanyut olehnya, dia datang dan pergi semaunya. Yang aku bicarakan ini adalah si brengsek! Sasuke Uchiha, tapi entah kenapa aku merasa ada yang aneh pada diriku? Rasa debaran merindukan sesuatu entah apa ini? Aku juga tidak mengerti?
.
.
Aku melihat langit biru di atap sekolah, teramat menenangkan hatiku.
Debar ini tak pernah tenang seakan seperti ombak besar yang terus menerpa karang.
Aku melihatnya dari balik terali besi di atap sekolah, Sasuke bersama Ino seakan sangat mesra...
Entah kenapa aku berpikir seperti ini terlihat mereka berdua biasa saja tapi aku berpikir mereka berdua mesra sebenarnya aku ini kenapa?
Aku pejamkan mata ini dan aku mulai mengatur nafasku ini. Dan mencoba menenangkan diriku. Pikiranku seakan tidak ingin berhenti untuk memikirkannya, aku seperti seseorang yang sangat jalang ya? Mungkin kata jalang tepat untukku sebab aku seakan ingin dia agar berada di dekatku.
"Sakura?"
Aku menoleh kearah asal suara dan di dekat pintu keluar dari atap sekolah sosok Naruto yang aku kenal sedang menatapku dari jauh.
"Naruto?" gumanku.
Naruto pun mendekat.
"Ternyata kau di sini?" tanyanya padaku. Aku hanya membalas dengan senyum hambar.
Aku berjalan menuju tempat duduk yang cukup panjang terbuat dari kayu yang di cat berwarna cokelat. Aku duduk di sana, Naruto mendekat dan ikut duduk tepat disebelahku. Dia bersandar sambil mendongak ke atas melihat langit biru atau awan putih hanya dia yang tahu.
"Kau kelihatan sedih? Apa kau masih memikirkan ke jadian itu?" tanyanya. Dia tetap melihat ke atas.
Aku mengeleng pelan malas untuk menjawab pertanyaannya dan bagimana aku harus menjawab?
.
.
"Aku tidak habis pikir teme, sampai sejauh itu," gumamnya.
"Jangan terlalu dipikirkan, aku sudah melupakan semuanya," ucapku kepadanya.
"Hah! Kau bilang apa? Sakura kenapa kau bisa pasrah seperti ini?" tanyanya.
"Semua sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur dan tak akan bisa menjadi nasi lagi. Jika ini adalah takdir maka aku akan terima takdirku ini," balasku.
Naruto hanya bisa mengaruk kepala seakan binggung juga frustasi setelah mendengar ucapanku tadi.
Aku berdiri dari tempat duduk dan mulai melangkah untuk pergi tapi langkah ini terhenti karena pergelangan tanganku di genggam erat olehnya.
"Sakura, aku akan menjagamu," ucapnya.
Aku hanya bisa menatapnya dan berkata terima kasih.
"Naruto, sampai kapan kau akan menahanku di sini?"
Dia melepas genggamnnya.
"Maaf.."
Naruto membiarkan aku pergi. Aku membuka pintu keluar dari atap sekolah dan berpikir disetiap langkahku.
Langkah ini terasa berat walaupun terlihat biasa saat melangkah tapi rasanya teramat berat. Malas untuk melangkah dan aku seakan lelah dengan semuanya.
Begitu banyak murid yang aku lewati tapi semua terasa sepi mereka seperti tak ada walaupun kenyataannya mereka ada disetiap aku melewati area koridor sekolah.
"Sakura?"
Guru Iruka menyapaku membuatku sadar dari lamunanku. Guru Iruka pun mengajakku ke ruang kepala sekolah saat aku sampai di sana yang ada hanya, Kakashi kepala sekolah yang mendekat ke arahku.
"Anggap ini kesempatan keduamu," ucap Kakashi.
Aku membalas dengan anggukkan.
"Sakura, selain aku dan kepala sekolah, Sasuke yang meminta agar kau tidak di keluarkan dari sekolah.
"Guru Irukan membuatku sedikit terkejut. Aku membungkukkan badan dan pamit untuk kembali ke kelasku. Aku bingung dengan diriku kenapa aku merasa senang mendengar bahwa Sasuke yang membantuku?
Sadarlah Sakura, bahwa kenyataannya Sasuke itu orang yang brengsek seharusnya kau marah bukanya senang tidak jelas seperti ini.
Di setiap jalanku di area koridor sekolah semua yang ada di koridor menatapku iba apakah mereka kasihan padaku? Aku sekilas berpikir seperti itu.
.
Sakura Pov End.
.
Sasuke Pov.
.
.
.
"Apa maksudmu kita putus?" protes Ino, ditujukkan padaku. Aku tidak peduli dia suka atau tidak karena aku lebih tertarik kepada Sakura Haruno saat ini.
"Sasuke! Aku tidak mau kalau kita putus jangan bilang kalau kau sekarang menyukai Sakura si jidat lebar itu!" ucapnya dengan nada suara yang sangat nyaring membuat telingaku seakan tuli.
"Hnn!" jawabku.
"Apa maksudnya itu jawablah yang benar!" protesnya.
Aku tanpa basa-basi langsung menampar pipi kirinya.
Plak.
"Cerewet," ucapku bersamaan dengan suara tamparanku.
Dia menangis terisak tak terima. Aku pergi meninggalkannya dibelakang sekolah.
"Dasar hina," gumamku sambil berjalan pergi meninggalkanya.
Aku pun membuka pintu masuk sekolah dan melewati koridor, semua melihat ke arah lain enggan melihatku.
Pandanganku tertuju di satu titik sosok yang mulai menganggu pikiranku. Dia terlihat sangat kacau mungkin masih memikirkan apa yang telah aku lakukan padanya.
Brukk!! dia menubrukku ternyata dia melamun dasar payah.
"Sasuke?!" ucapnya.
Aku mengajaknya pergi dengan paksa tak mempedulikkan pandangan murid disekitar koridor juga berontaknya sesekali aku menatapnya penuh benci agar dia diam.
"Lepas!" berontaknya ketika aku membawanya ke ruangan kosong dekat lorong sekolah yang memang selalu sepi.
Bruukh!!
"Diam!" bentakku dan menghempaskanya di tembok, dalam ruangan tepat disebelah pintu.
"Aku sudah lelah dengan semua ini biarkan aku tenang!" protesnya.
Aku hanya menatapnya kesal.
"Hnn, bukannya kau menikmati yang aku lakukan padamu?"
Dia hanya diam tak menjawab yang dia lakukan hanya meremas ujung roknya sambil melihat ke arah kiri.
"Apa kau memikirkan apa yang aku lakukan padamu?" tanyaku padanya.
Sakura mencoba menamparku tapi usahanya sia-sia tangan kanannya dapatku tahan lalu aku mencium bibirnya dan melakukan hal yang biasa aku lakukan... Desahnya terus meluncur seakan menginginkan lebih, tatapannya menjadi sayup diiringi rona merah di kedua pipinya.
"Ayo kita mulai lagi," bisik ku lalu melumat bibirnya.
.
Sasuke Pov End.
.
BERSAMBUNG
Chapter 10
(Kau adalah milikku)