Chapter 02
.
(Awal Pertemuan)
.
Malam semakin larut, wanita bersurai merah muda panjang sebahu itu mulai menutup mini market. Tempatnya bekerja, senyum dia bentuk walau terlihat lelah.
"Huammm.. Ngantuk sekali."
"Sakura maaf aku telat," ucap laki-laki berambut merah yang kini sedang duduk di atas motor sport berwarna merah.
"Kau tidak terlambat Sasori, aku baru saja menutup mini market," jawab Sakura.
"Kau kelihatan kelelahan apa tadi barang datang?" tanya Sasori.
"Iya, lumayan barang yang datang banyak sekali.. Aku harus menata semua ditempat
masing-masing menganti yang lama," jawab Sakura panjang lebar sambil melangkah mendekat ke arah Sasori.
.
Sakura Pov.
.
Aku berkerja di mini market yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalku yah.. Aku bekerja dari sore hari sampai jam 2 pagi, melelahkan memang tapi mau bagaimana lagi.
Aku harus menjalani hidupku apa lagi kebutuhan semakin banyak dan aku harus menabung untuk kedepanya juga biaya sekolah Sarada..
Tapi, susah sekali mengatur uang apa lagi, aku sendiri yang bekerja semua hampir tidak cukup selama seminggu, ini pun aku tidak bisa menabung se'yen pun.
"Sakura, cepat naik sampai kapan kau mau melamun?" tanya Sasori membuatku tersadar dari lamunanku dan tersenyum, mulai naik keatas motonya.
Sepanjang perjalanan hanya ada kesunyian malam, mobil yang melintas pun hanya ada berberapa. Angin terasa cukup dingin malam ini.
"Sasori, kenapa kita lewat sini?" tanyaku.
"Kita ke taman sebentar santai, saja, Sarada sudah tidur," jawabnya.
Aku hanya tersenyum mendengar ucapannya.
Sesampainya kami berdua di taman yang jaraknya 50 meter dari tempat tinggalku. Kami bedua hanya duduk santai ditempat duduk cukup panjang berbahan kayu yang dicat putih. Di dekatnya ada mesin minuman berwarna merah tua. Cola dan Kopi dingin instan yang sesekali kami berdua nikmati disini.
"Sakura, apa kau sudah memikirkan permintaanku waktu itu?" tanyanya.
Aku melihat keatas lalu menghela nafas pelah.
"Aku sudah memikirkannya Sasori. Aku pikir mungkin aku harus menolak permintaanmu." jawabku.
"Apa kau masih mencintai si brengsek itu? Yang merusak masa depanmu?" tanyanya. Aku hanya diam sambil memejamkan mata. Entah kenapa perasaanku ini sangat tidak terima dengan ucapan Sasori, walau hanya dia yang dekat denganku. Menghina dan marah pada Sasuke, itu hanya boleh diriku bukan orang lain sekali pun itu Sasori.
"Cukup. Jangan bawa-bawa dia dalam pembicaraan ini, aku malas mengingat masa laluku," ucapku tegas.
"Sakura! Lupakan Sasuke! Dia itu brengsek! Percuma kau terus mencintai, si brengsek itu,"
ucapan Sasori cukup kasar dan terus membicarakan masa lalu Sasuke.
"Cukup... Sasori," jawabku pelan sambil menunduk.
Menatap kedua tangan yang mengenggam kopi instan yang tak lagi dingin yang tadi pertama aku ambil di mesin minuman.
"Sakura aku mencintaimu!" ucapnya tegas.
"Cukup."
"Aku dan si brengsek Sasuke itu lebih baik, diriku inikan yang serius mencintaimu selama ini."
Plaakkk...
"Jangan panggil Sasuke brengsek! Itu bukan hakmu. Cukup aku yang selalu berpikir seperti itu! Juga menghujatnya setiap malam."
Aku terdiam menatap Sasori, apa yang aku lakukan barusan? kenapa aku menamparnya?
"Ternyata yang aku pikirkan selama ini benar. Kau masih mencintanya padahal dia telah melakukan hal hina padamu."
Sasori menatapku tegas, aku membalas tatapnya lalu melihat kearah lain.
"Maaf," ucapku dan beranjak dari duduk, mulai menjauh pergi darinya.
"Sakura?!"
Aku tak mempedulikan teriakanya, memanggil namaku, aku berlari menjauhinya keluar dari taman yang sepi ini. Aku tahu, Sasori kau mencintaiku, kau orang yang baik dan selalu ada untukku tapi perasaan tak akan bisa berubah meskipun waktu terus berlalu. Karena aku sangat mencintai Sasuke juga membencinya.
Tinnn!!!!!!
Kitttt!!!
.....
Aku hanya diam dengan tubuh ini terus gemetar. Cahaya lampu mobil menyilaukan pandanganku, airmata ini serasa membasahi pipiku.
"Nona, kau tidak apa-apa?" tanya seseorang yang keluar dari mobil yang tepat dihadapanku.
"Hey?! Nona kau tak apa-apa?!"
Bibir ini seakan gemetar susah untuk bicara. Aku berpikir jika tadi aku tertabrak mobil bagaimana Sarada nantinya?
"Aa, aku tidak apa-apa, maaf aku tadi ceroboh," jawabku.
Pikiran ini seakan kosong hanya memikirkan bagaimana jika tadi aku sampai tertabrak?
"Hnn.. Apa dia baik-baik saja?"
"Iya tuan muda Sasuke."
Aku membulatkan mata terkejut menatap seseorang yang keluar dari mobil hitam yang terlihat elegan. Dia berjalan ke arahku, tatapan dingin itu kembali aku lihat walau penampilannya sangat berbeda, satu mata yang terlihat dingin onyx hitam yang terkesan ramah.
"Sasu.."
Aku menghentikan ucapanku menutup rapat bibirku. Bodoh kenapa aku memanggilnya?
"Kau? Apa ini kau?"
Aku hanya menunduk diam.
Dia terus bertanya tapi aku lebih baik diam terus menunduk seperti ini.
"Sakura?!"
Teriakan yang membuatku menoleh keasal suara.
"Sasori," gumamku.
Sasori mendekat sambil menatap Sasuke yang terus memperhatikanku.
"Ayo kita pergi," ucap Sasori.
Sasori yang kini mengenggam erat pergelangan tanganku. Perlahan aku melangkah mengikuti Sasori menuntunku agar mengikutinya.
"Haruno?"
Deghh...
Aku menghentikan langkahku tanpa perintahku. Sasori menatapku intens dan menujukkan ekspresi kesalnya dan ini pertama kali, aku melihat Sasori seperti ini.
Sasuke mendekat melepaskan genggaman Sasori di pergelangan tanganku.
"Masuklah ke dalam mobil,"
ucap Sasuke.
Aku hanya diam.
Bugghh...
Sasori memukul pipi Sasuke.... Sopir yang tadi hanya diam langsung memukul Sasori berkali-kali.
"Sasori! Sasuke! Suruh sopirmu untuk.... Mhhh.."
Aku hanya diam.
Dia mencium bibirku.
Aku mendorongnya pelan.
"Hentikan! Kau tetap saja sama!"
Srrkh..
Pelukan yang nyaman tapi aku hanya diam dan bertanya dalam benakku. Aku selalu bodoh dan lemah saat di dekatnya.
"Biarkan dia pergi. Kau yang bernama Sasori pergilah."
Sasori hanya diam menatapku, saat aku memasuki mobil Sasuke. Dari balik kaca mobil aku melihatnya seakan sedih, tapi, aku yakin seorang yang baik akan menemukan yang lebih baik.
Mobil mulai melaju tenang.
Aku hanya tertunduk seperti anak kecil bersikap seperti dulu yang seharusnya telah hilang. Sasuke terus membelai rambutku saat aku duduk di sampingnya. Entah kenapa dia bisa berubah selembut ini.
Degh... Degh..
Jantungku terus berdegub kencang seakan ini membuat irama yang indah, rasa senang dan haru, bercampur menjadi satu.
"Haruno, aku mencintaimu."
Aku menoleh menatapnya terkejut kata-kata yang seharusnya tak akan pernah aku dengar tapi saat ini aku mendengarnya.
.
Sakura Pov End.
.
NEXT
Chapter 03
(Pembatas)