Seperti apa yang dikatakan oleh William, ia akan mengantar Rose pergi menemui Rayhan.
Saat ini mereka masih dalam perjalanan menuju agensi dimana Rose bernaung dan disana juga Rayhan bekerja menjadi seorang produser musik.
Tidak seperti hari kemarin, William hari ini terlihat lebih tenang, dia juga tidak banyak bicara bahkan William tidak membicarakan apapun sejak tadi tapi itu semua malah membuat Rose bertanya-tanya dalam hatinya, tentang apa yang saat ini William pikirkan.
Rose sungguh bingung dengan sikap William, ia terlihat seperti pria yang berbeda dengan William yang kemarin seharian bersamanya.
"Ada yang ingin kamu tanyakan?" Tanya William tanpa menoleh, sepertinya William menyadari jika Rose sejak tadi memandangi wajahnya.
Mendadak Rose menjadi gugup karena pertanyaan William, harusnya ia tidak memandangi wajah William.
William kemudian melirik sejenak, ia lalu menyentuh lembut pipi Rose lalu kembali fokus mengemudi.
"Kamu sudah jatuh cinta padaku? Aku merasa hari ini kamu terus memandangiku." Tanya William menggoda.
Apa yang dikatakan William akhirnya membuat Rose tersadar, seharusnya ia tidak perlu begitu perduli dengan sikap William hari ini. Mengapa juga ia harus merasa terusik karena pria yang baru ia kenal selama dua hari.
"Jangan salah mengira, aku hanya melihat kamu sedikit lebih diam dari kemarin." Jawab Rose dengan nada suara yang datar dan terkesan dingin. Rose akhirnya memilih untuk memalingkan wajahnya, ia tidak ingin William salah menanggapi dirinya dan akhirnya malah membuat William berpikir jika ia telah jatuh cinta padanya.
Rose masih hanyut dalam pikirannya yang menyesal karena terlalu perduli dengan sikap William hari ini sampai kemudian terdengar William mendesah berat lalu kemudian mobil yang mereka kendarai tiba-tiba terhenti.
"Kenapa kamu menepikan mobilnya?" Tanya Rose bingung.
William tidak menjawab dan hanya menatap Rose dengan sorot mata yang tidak dapat Rose mengerti.
Gwen menghantui William sejak panggilan teleponnya semalam, William sudah memutuskan untuk membatalkan rencana pernikahannya dengan Rose, ia tidak ingin melukai Gwen walaupun ia menyayangi Mark tapi Gwen lebih membutuhkannya.
Tapi tadi pagi ia mendengar sesuatu yang seharusnya tidak pernah di dengarnya tentang Rose.
"Untuk pertama kalinya aku tidak menyesal melahirkan Rose. Selama ini aku berpikir jika melahirkan seorang anak perempuan tidaklah berguna tapi siapa sangka jika Rose akan menikah dengan pria kaya raya."
"Benar sekali, gadis itu tidak pandai dalam bidang akademis, melihatnya menjadi penyanyi membuatku merasa malu tapi siapa sangka jika profesinya itu malah membuatnya dicintai oleh William Alexander."
"Aku akan menghapusnya dari kartu keluarga kita jika gadis itu sampai gagal menikahi William."
Seperti itulah percakapan Nisa dan Adam yang tidak sengaja William dengar tadi pagi saat mereka tengah bersiap untuk sarapan tanpa tahu jika William baru akan masuk ruang makan.
William bahkan masih mengingat bagaimana pilunya suara Rose ketika mengatakan "Aku bahkan masih merasakan kesepian sampai saat ini."
Rose... Apakah ia juga terjebak dalam sangkar emas sama seperti dirinya? William bertanya-tanya dalam hati. Mungkinkah Rose merasakan penderitaan yang sama dengannya? Karena walaupun Rose adalah anak kandung dari kedua orangtuanya tapi kedua orangtuanya terlihat tidak begitu menyayanginya, William sendiri masih merasa sedikit beruntung karena masih memiliki Jane dan Mark tapi Rose benar-benar sendirian.
"Will... Apa kamu sakit?" Tanya Rose karena William hanya diam memandanginya.
Dalam satu hati tidak mungkin ada dua cinta, antara Gwen atau Rose, ia jelas tidak mencintai Rose tapi William ingin sekali melindungi Rose.
"Ada apa Will?" Tanya Rose sekali lagi.
"Rosie... Aku tidak dapat menjanjikan hatiku tapi aku akan membahagiakanmu." Ucap William dalam hati.
Pertama adiknya, lalu Mark dan kali ini karena Rose, William akan menikahinya karena wanita itu adalah Rose, setidaknya mereka tidak saling mencintai jadi tidak akan ada yang terluka bila pernikahan mereka berakhir dan selama mereka menikah, William akan pastikan jika kedua orangtua Rose tidak akan memandang Rose sebelah mata lagi. Rose tidak boleh tenggelam dan berakhir menjadi seperti dirinya.
"Kamu terlihat cantik hari ini." William akhirnya buka suara, sebuah pujian yang tidak sepenuhnya sebuah kebohongan untuk menutupi rasa bimbang hatinya karena Rose memang terlihat sangat cantik hari ini, sebelum ia kembali menatap lurus kedepan dan menyalakan mesin mobil yang dikendarainya.
"Jadi kamu diam karena merasa gugup duduk di sebelah ku? Jangan terlalu mencintai ku Will atau kamu akan patah hati karena kita mungkin tidak akan pernah menikah." Ucap Rose, ia tahu kalau ia terdengar kejam tapi ia tidak akan meninggalkan Rayhan demi pria yang baru dua hari dikenalnya.
"Jangan terlalu percaya diri sayang, kamu yang harusnya menjaga hatimu mulai sekarang. Aku tidak ingin melukaimu tapi mungkin kamu akan terluka jika tanpa sadar kamu jatuh cinta padaku." Jawab William tersenyum.
Kalimat yang diucapkan William membuat Rose merasa sedikit takut, mungkinkah ia akan bisa jatuh cinta pada pria lain selain Rayhan?
"Kita sudah sampai, kamu masih ingin terus memandangi wajahku?" Ucap William menggoda, mereka saat ini sudah sampai di tempat parkir perusahaan.
"Siapa yang memandang mu?" Elak Rose gugup.
Melihat kegugupan Rose membuat William terkekeh pelan "Kemarin kamu memarahiku karena aku memandangi mu dan sekarang kamu tidak bisa berhenti memandang wajah tampanku ini? Apa pesonaku secepat itu menyerangmu?" Goda William, tidak lupa ia juga bergerak mendekat mencondongkan tubuhnya kearah Rose.
Rose berusaha menghindar tapi sekali lagi posisinya membuatnya terjebak.
"Aku tidak terpesona olehmu jangan terlalu percaya diri." Elak Rose yang tentunya dengan gugup.
William kembali tersenyum "Kamu sangat menggemaskan!" Ucap William seraya mencubit pipi Rose dengan gemas.
"Aku jadi takut jatuh cinta padamu." Ucap William dalam hati tanpa melepaskan cubitannya walaupun Rose sudah mengoceh meminta agar pipinya di lepaskan.
"Kamu ingin membuat pipiku besar sebelah heuh?!" Ucap Rose geram sambil memegangi pipinya kanannya setelah William melepaskannya.
"Sudahlah aku kesal melihat wajah tampanmu!" Ucap Rose seraya bergerak membuka pintu mobil sampai ia menyadari jika ia baru saja mengatakan jika wajah William tampan dan kini ia hanya dapat mengumpat dalam hati tentang kebodohannya.
"Aku tahu aku tampan sayang, terima kasih pujiannya!" Teriak William sambil melambaikan tangannya dari dalam mobil setelah menurunkan kaca mobilnya kepada Rose yang mulai melangkah menjauh.
"Masa bodo!" Sahut Rose menoleh sejenak hanya untuk menjulurkan lidahnya untuk sekedar mengejek William.
Rose telah menghilang dari pandangannya kini senyum diwajah William perlahan memudar.
....
"Dasar pria gila!" Umpat Rose saat memasuki lift, ia merasa malu sekaligus kesal dengan William dan juga dirinya sendiri.
Betapa bodohnya dirinya karena keceplosan menyebut William tampan, pria itu pasti sedang terbang melayang kini.
"Siapa yang gila?" Terdengar suara dari belakang tubuhnya, suara yang tidak asing di telinga Rose, lalu kemudian Rose merasakannya sebuah lengan bergerak melingkari leher Rose.
Melihat dari tatonya, Rose dapat pastikan siapa pemilik tangan yang saat ini memeluknya dari belakang.
Rose begitu hanyut dalam pikirannya tentang William hingga ia tidak memperhatikan jika ada Rayhan di dalam lift.
"Sepertinya sangat menyenangkan bagimu diantar dengan seorang pria yang dengan bebas menyentuh wajah mu, aku sampai tidak terlihat." Ucap Rayhan berbisikmembuat Rose semakin diam mematung.
"Ah atau mungkin kamu sudah membuang ku dari hatimu jadi kamu sudah tidak mengenaliku lagi."
....