Dengan mulut menganga dan mata yang melotot tak percaya dengan apa yang dikatakan Verlyn. Zarrel hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya sembari bergumam, "Nggak! Ini nggak mungkin!" ucapnya sambil menggigit bibir bawahnya.
"Kamu bisa bilang ini nggak mungkin. Tapi, di sini kenyataannya memang mereka yang melakukannya. Aku korbannya, Zarrel. Aku yang mengalami sendiri tragedi itu. Ak--"
"Stop! Jangan bicara apa-apa lagi! Cukup!" setelah mengatakan hal itu Zarrel beranjak pergi meninggalkan Verlyn yang masih duduk di atas rakit, matanya menatap nanar dengan kepergian Zarrel yang begitu saja.
Zarrel berjalan lebih cepat menuju becky berada, lalu masuk ke dalam namun tak langsung menyalakan mobil melainkan mengusap wajahnya berkali-kali mencoba mengabaikan apa yang tadi dikatakan Verlyn. Ia tak habis pikir, bagaimana bisa Verlyn mengatakan hal seburuk itu ketika ia sendiri telah merasakan betapa tulus dan baiknya Azzar dan Terrena selama berteman dengannya.
Segera Zarrel merogoh minuman dingin dalam kotak pendingin di jok belakang mobil. Ia membuka tutup botol seperti orang yang sangat kehausan. Lalu meneguknya hingga tandas tak tersisa. Kembali ia berusaha untuk berpikir jernih dengan menundukan kepala di atas kemudi.
Beberapa saat kemudian ia teringat sesuatu. Sesuatu yang kembali membuatnya begitu syok. Bukan karena ingat lagi perkataan Verlyn. Tapi, ini tentang mimpi anehnya. Bukankah beberapa hari yang lalu ia bermimpi tentang seorang gadis yang ditusuk menggunakan linggis di kepalanya. Itu persis dengan cerita kejadian yang dialami Verlyn. Juga, dengan dua dari tiga pelaku yang memiliki postur tubuh sangat mirip dengan Azzar dan Terrena. Yang mana Azzar memili tubuh lumayan berisi, tapi tidak bisa dibilang gemuk. Lalu, dengan Terrena yang terlalu kurus. Oke, ini berlebihan, tapi memang seperti itu kenyataannya perawakan mereka. Namun, yang menjadi pertanyaannya; siapa orang yang satunya lagi?
Zarrel mengernyitkan dahi untuk mengingat kembali memori mimpinya yang rada blur. Namun, sayangnya ia tak dapat mengingat dengan jelas satu orang lagi dalam mimpi itu. Terbesit dalam benaknya, apa maksud dari ini semua? Kenapa bisa ia memimpikan kejadian nyata masa lalunya orang lain? Ini aneh, tapi juga nyata adanya.
Zarrel menarik napas lalu mengembuskannya perlahan untuk menetralkan perasaan yang bercampur-aduk dalam hatinya. Ia memutuskan untuk kembali ke rumah, mungkin dengan segera tidur, esok hari ia akan memiliki pemikiran yang lebih jernih lagi tentang semua kejadian aneh yang dialaminya selama ini.
______________
"Selamat pagi, Zarrel!" sapa Terrena --sebelum menyuapkan bekal-- sesaat melihat Zarrel masuk dalam kelas. Yang disapa hanya merespon dengan menggumam lalu disertai dengan senyuman tipis. Zarrel sudah jarang menggunakan masker, alias hampir tidak menggunakannya lagi. Kenapa? Karena ditegur oleh kepala sekolah. Hal itu membuat hampir semua cowok di sekolah terpesona dengan wajahnya.
Zarrel melirik-lirik Terrena yang pagi-pagi sudah makan sosis bakar -- mungkin belum sarapan-- jumlahnya ada delapan dengan ukuran jumbo. Zarrel berpikir bagaimana bisa Terrena yang makannya sebanyak itu, tapi tubuhnya tetap benar-benar langsing seperti itu? Juga, ternyata bisa membunuh orang? Dan... begitu lihai dalam menyembunyikan bekasnya. Ah, Zarrel tidak habis pikir dengan semua itu.
"Ingat, Zarrel. Yang terlihat bukan berarti yang sebenarnya," ucap Verlyn yang dengan posisi duduk menyender di tembok sambil tangannya bersedekap.
Zarrel yang mendengar itu hanya kembali acuh. Ia belum sepenuhnya percaya dengan semua. Meskipun mimpi itu benar-benar mirip atau persis dengan cerita tragedi Verlyn.
"Tereeeeeee!" histeris Azzar sambil jingkrak-jingkrak sembari tangannya memegang punggung Terrena. Membuat suapan yang Terrena hendak masukan ke dalam mulutnya menjadi belepotan ke sana ke mari sampai--
"Azzar! Lo mau nusuk gue juga, ha?!" murka Terrena tidak terima lantaran hampir saja sebatang sosis masuk ke dalam hidungnya.
Hah? 'Nusuk juga?' batin Zarrel. Zarrel saat ini lagi pakai headphone, tapi musiknya sengaja nggak disetel.
"Ah, eh, apaan sih lo. Udah lewat kali. Minta dong!" sahut Azzar --agak aneh-- sambil langsung mencomot sosis Terrena.
"Si ibab, belum juga gue iyain ambil comot aja lo," ucap Terrena kembali menyuapkan sosis ke mulutnya lalu mengunyahnya.
"Zarrel, mau?" tawar Azzar sambil berbalik ke belakang dengan mengacungkan sosis yang ditusuk pakai garpu.
"Ah! E-enggak, ma-makasih," sahut Zarrel terbata. Ia dari tadi sibuk dengan pikirannya sendiri. Azzar kembali memasukan sosis itu ke mulutnya dengan rakus.
"Emmm... A-Azzar!" panggil Zarrel.
"Hapah?" sahut Azzar dengan mulut penuh.
"Kamu kenal Verlyn Arindaz, nggak?" tanya Zarrel hati-hati, tapi sukses membuat kedua orang yang duduk di depannya batuk bersamaan tersedak oleh makanan masing-masing. Sontak Zarrel berdiri lalu mengusap punggung keduanya sembari meminta maaf.
"Kenapa kamu tiba-tiba nanyain orang itu, Rel?" tanya Terrena dengan menekankankan kata 'orang itu'.
"Memangnya kenapa?" tanya Zarrel polos.
"Dari mana kamu tahu nama itu?" tanya Azzar dengan wajah yang aneh -- seperti cemas(?)
"Apa kalian mengenal Verlyn?" tanya Zarrel sekali lagi.
Mendengar pertanyaan Zarrel sekali lagi membuat keduanya saling melirik untuk minta pendapat dijawab atau tidak.
"Verlyn itu teman sekelas kita," jawab Terrena akhirnya.
"Lalu dia ke mana sekarang?"
"Eh, Rel! pinjam buku PR Kimia, dong! Gue belum ngerjain, nih. Lo juga kan, Ter?" ucap Azzar dengan wajah cemas -- yang dibuat-buat.
Zarrel hanya mendorongkan tasnya memberi kode menyuruh mereka mengambil sendiri bukunya. Kini, kedua orang itu tengah sibuk menyalin. Tanpa sepengetahuan Zarrel keduanya seperti berbicara tanpa suara alias dengan gerakan mulut saja. Entah, apa yang mereka bicarakan.
"Masa, sih, mereka yang bunuh Verlyn? Emang, sih, tingkah mereka mencurigakan. Tapi, belum tentu juga, kan? Apalagi di mimpi itu para pelakunya bertiga makai topeng dan peristiwa nyatanya di Verlyn tahunya karena ia dibuntutin sama fansnya yang Carlos-Carlos itu. Ah! Bikin pusing saja, -batin Zarrel.
"Azzar! Pulang sekolah aku ke rumah kamu, ya? Mama ak--"
"NGGAK!!"
"Eh?"
...