Su Wan tersenyum dan menatap sebotol anggur merah itu. "Tuan Jiang, bolehkah aku minum anggur merah ini..."
"Apakah kau pandai minum anggur?" Jiang Xuecheng menatap Su Wan dengan tidak percaya.
"Memangnya siapa yang terlahir pandai minum anggur? Bukankah semuanya harus dipelajari dulu? Kata orang, mabuk bisa membuat kita melupakan segalanya. Aku ingin mencobanya," kata Gu Xi.
Su Wan mengambil anggur merah tersebut, kemudian ia menuangkan segelas penuh dan meneguknya.
Jiang Xuecheng menggelengkan kepalanya. 'Wanita ini benar-benar tidak pandai minum anggur… Siapa yang minum anggur dengan sekali tegukan? Setidaknya dia harus memutar gelas terlebih dulu.'
"Kenapa rasanya begitu pahit? Bukankah terbuat dari anggur?" Mata Su Wan terbelalak lebar, ia merasa tak percaya.
Jiang Xuecheng melihat Su Wan menuang segelas lagi dan langsung meminumnya.
Ini adalah pertama kalinya Su Wan meminum anggur merah. Sekarang, pipinya sangat merah, dan matanya hampir terpejam.
Saat melihat Su Wan hendak mengisi segelas anggur merah lagi, Jiang Xuecheng mengambil anggur tersebut darinya. "Jangan minum lagi, kau sudah mabuk."
"Siapa yang mabuk?" Jari Su Wan menunjuk ke arah Jiang Xuecheng, "Kau sangat pelit, bahkan kau tidak mau ada orang lain yang meminum anggur merahmu."
Ini adalah pertama kalinya Jiang Xuecheng dikomentari seperti ini. Sebenarnya, Jiang Xuecheng tidak takut kehabisan anggur mahal ini, tapi ia hanya takut Su Wan bertingkah aneh setelah mabuk...
Namun, setelah melihat tingkah Su Wan saat ini, sepertinya dia tidak akan membuat masalah.
Setelah selesai berbicara, Su Wan merebahkan tubuhnya di kursi.
Jiang Xuecheng melihat Su Wan tertidur nyenyak.
Tidak heran jika pemula seperti Su Wan akan tertidur setelah minum anggur sebanyak itu.
Jiang Xuecheng menggendong Su Wan ke sofa dan menyelimutinya.
Setelah selesai membersihkan meja makan, Jiang Xuecheng menggendong Su Wan kembali ke kamar tamu dengan hati-hati.
Ia membantu Su Wan melepaskan sepatu dan mantelnya.
Tepat ketika Jiang Xuecheng hendak pergi, Su Wan membuka matanya dan merasa pusing. Ia meraih lengan Jiang Xuecheng, lalu menggelengkan kepalanya dan bertanya, "Jangan bergerak. Kenapa wajahmu ada dua? Aku sangat pusing..."
Jiang Xuecheng merapikan selimut Su Wan dan berbisik, "Jangan berbicara lagi, tidurlah."
Tiba-tiba, Su Wan menatap Jiang Xuecheng dengan kesal dan berteriak, "Mengapa kau tidak menyukaiku?"
Jiang Xuecheng tidak menyangka bahwa Su Wan akan mengajukan pertanyaan seperti ini. Jiang Xuecheng pun berkata dengan tenang, "Tidurlah, tidak ada yang tidak menyukaimu."
"Pembohong. Pembohong."
Tiba-tiba, Su Wan menggigit pergelangan tangan Jiang Xuecheng.
Ketika melihat bekas gigitan di pergelangan tangannya, Jiang Xuecheng mengerutkan keningnya karena bingung.
"Kau bilang dia milikmu, jadi kau tidak bisa mencampakkan dia. Tapi, kau berjanji akan menikahiku. Apa kau lupa? Dasar pembohong!"
Jiang Xuecheng memang tidak punya pengalaman dalam hal percintaan, tapi setidaknya dia tahu bahwa Su Wan sedang patah hati. 'Kemarin, dia baru saja memuji betapa baiknya tunangannya, tapi sekarang kenapa dia bersikap begini?'
Su Wan membenamkan kepalanya ke dalam selimut. Jiang Xuecheng merasa tak tega dan menegurnya, "Bukankah hanya patah hati? Haruskah kau menangis seperti ini?"
Su Wan mengangkat kepalanya perlahan.
Jiang Xuecheng berpikir bahwa Su Wan sudah sadar dan ingin mengatakan sesuatu, tapi tiba-tiba Su Wan memeluk lehernya.
Kemudian, Su Wan mencium bibir Jiang Xuecheng...
Mata Jiang Xuecheng pun terbelalak lebar saking terkejutnya.
Ketika Jiang Xuecheng kembali sadar, dia segera mendorong Su Wan.
Dia tidak ingin mengambil keuntungan dari Su Wan saat tidak sadarkan diri.
"Jelas, aku milikmu. Kau hanya memilikiku, kau tahu kan?"
Jiang Xuecheng langsung pergi tanpa melihat ke belakang. Tiba-tiba, Su Wan melompat dan menaiki punggung Jiang Xuecheng.
Jiang Xuecheng mengangkat alisnya. Ketika dia ingin menurunkan Su Wan, tiba-tiba Su Wan naik ke pinggangnya.
Saat ini, Jiang Xuecheng benar-benar marah. Ia tidak mau dianggap sebagai pelarian Su Wan dari tunangannya.
Jiang Xuecheng hendak pergi, tapi Su Wan yang sedang mabuk itu menghentikan dia.
Kemudian, dia memegang tubuh bagian bawah Jiang Xuecheng.
Dalam sekejap, raut wajah Jiang Xuecheng berubah menjadi suram.
'Sialan, siapa yang mengajarinya melakukan hal seperti ini? Beraninya dia memegang bagian yang paling sensitif.'
Kali ini, Jiang Xuecheng benar-benar tidak berani bergerak. Ia takut Su Wan akan melakukan hal-hal yang lebih menakutkan lagi.