Kalau tidak sedang mabuk, Su Wan tidak akan berani bersikap seperti ini. Dia melonggarkan genggaman tangannya dan tertidur di dalam pelukan Jiang Xuecheng.
Su Wan memeluk Jiang Xuecheng dengan erat. Jiang Xuecheng bisa merasakan wangi tubuhnya yang lembut bercampur dengan aroma anggur merah.
Jika Su Wan melakukan ini dalam keadaaan sadar, dia pasti takut saat merasakan panasnya tubuh Jiang Xuecheng dan langsung berusaha melarikan diri.
Jiang Xuecheng tak mau dianggap sebagai 'pelarian'. Dia tidak akan menyentuh Su Wan saat tidak sadarkan diri.
"Sudahlah, aku tidak akan menyentuhmu malam ini, tapi aku akan mengambil 'bunga' dulu."
Jiang Xuecheng menatap bibir Su Wan dan langsung menciumnya. Setelah berhasil membuat bibir Su Wan bengkak, akhirnya ia melepaskan Su Wan.
Setelah melakukan ini, Jiang Xuecheng masih tak mau melepaskannya begitu saja...
Kemudian, Jiang Xuecheng mencium Su Wan hingga meninggalkan bekas di lehernya.
Akhirnya, Jiang Xuecheng berlari ke kamarnya sendiri dan mandi lagi. Inilah pertama kalinya Jiang Xuecheng mandi sebanyak tiga kali berturut-turut. Mungkin ini terjadi karena Su Wan.
…..
Saat Su Wan bangun di keesokan paginya, Jiang Xuecheng sudah berangkat ke perusahaan.
Su Wan masih mengantuk dan tidak ingat kejadian tadi malam. Dia menguap dan berjalan keluar dari pintu. Bibi Fang, yang sedang mengepel lantai di luar kamar, tiba-tiba terkejut saat melihat Su Wan.
"Halo, siapakah Anda?" Su Wan bertanya dengan ramah.
'Mungkin bibi ini adalah pelayan Jiang Xuecheng. Bisa jadi bibi ini tahu cara keluar dari rumah ini, jadi aku tidak boleh menyinggungnya,' pikir Su Wan.
Bibi Fang mendongak dan melihat bekas ciuman di leher Su Wan, lalu ia tersenyum lembut.
"Halo Nona Su, saya adalah pelayan di rumah ini. Anda bisa memanggil saya Bibi Fang. Oh iya, Anda bisa mandi dulu. Saya sudah menyiapkan peralatan mandi untuk Anda. Setelah mandi, Anda bisa sarapan di ruang makan."
Su Wan juga tersenyum dengan sopan. Kemudian, ia diantar Bibi Fang menuju kamar mandi.
Saat mengambil sikat gigi, suasana hati Su Wan masih baik, tapi saat melihat bekas ciuman di lehernya...
Tiba-tiba, Su Wan teringat akan kejadian tadi malam. Ia pun mulai panik.
Ia hanya ingat bahwa ia melakukan sesuatu yang buruk pada Jiang Xuecheng. Tapi ia tidak ingat apa yang ia lakukan selanjutnya.
'Tuhan, tolonglah aku.' Su Wan bersumpah bahwa dia tidak akan pernah minum anggur merah lagi.
'Kata orang, mabuk bisa membuat kita melupakan segalanya. Ini sama sekali tidak benar.'
Su Wan membuka kran air dan mencuci wajahnya. Kemudian, ia mencoba menghilangkan bekas ciuman tersebut, tapi tetap saja tidak bisa hilang. Su Wan hanya bisa meninggikan kerahnya.
Setelah kembali ke ruang tamu, Su Wan melihat Bibi Fang sedang sibuk.
"Nona Su, sudah waktunya untuk sarapan. Saya tidak tahu apakah yang saya siapkan sesuai dengan selera Anda."
Su Wan berjalan ke meja makan. Ia melihat hidangan sup kepiting, bakso, dan bubur ikan di atas meja. Ia sedikit tidak nafsu makan karena minum anggur merah terlalu banyak tadi malam, jadi ia hanya makan bubur ikan.
Bibi Fang bertanya dengan penuh perhatian, "Apakah masakannya tidak enak, Nona?"
Su Wan langsung mengambil sup kepiting dan tersenyum. "Bagaimana mungkin? Masakan Bibi sangat lezat. Mungkin karena aku baru bangun tidur, jadi tidak punya nafsu makan."
Bibi Fang tersenyum dan mengeluarkan sebuah kantong dari bawah meja. "Nona Su, ini adalah pakaian Anda. Kemarin saya menggantikan pakaian Anda. Tuan Muda meminta saya untuk membuangnya, tapi saya mencucinya sendiri."
Su Wan hampir tersedak. "Bibi Fang, apakah kau yang menggantikan pakaianku kemarin?"
"Ya, apakah Nona Su pikir Tuan Muda yang menggantikannya..."
Su Wan menekan sumpit dengan kuat. 'Bajing*n, apakah kau senang menggodaku?'
Setelah melihat tingkah aneh Su Wan, Bibi Fang berkata, "Nona Su, ada apa denganmu?"
"Eh, tidak, aku sudah selesai makan..."
Su Wan meletakkan sumpitnya.
Tiba-tiba, ia teringat akan sesuatu. Ia buru-buru bertanya pada Bibi Fang sambil tersenyum, "Bibi Fang, sekarang kita ada di daerah mana? Bisakah Bibi meminjamkan ponsel Bibi sebentar?"
Bibi Fang, yang sedang membersihkan piring, terkejut setelah mendengar pertanyaan Su Wan. Dia mengatakan bahwa di sini adalah villa area Fontainebleau, lalu dia menyerahkan ponsel di saku celananya pada Su Wan.
Setelah mengetahui lokasinya, Su Wan sangat gembira.
Kemudian, Su Wan menghubungi Lin Feier dengan cemas. "Apakah ini dengan Feier? Aku Su Wan..."
Terdengar suara merdu seorang wanita di ujung telepon, "Su Wan, kau sudah lama tidak menghubungiku. Ada apa? Mengapa tiba-tiba meneleponku? Apakah kau sudah pulang?"
"Iya, apakah kau tidak tahu betapa mahalnya tiket pesawat? Aku kan juga memikirkanmu, jadi tidak ingin kau pergi jauh-jauh menemuiku" Su Wan tersenyum, dan kemudian berkata serius, "Feier, bisakah kau membantuku satu hal?"
"Langsung katakan saja, jangan bertele-tele."
Meski sudah tidak bertemu selama tiga tahun ini, kepribadian Feier tidak berubah. Entah kenapa, setelah mendengar tawanya yang hangat, suasana hati Su Wan menjadi lebih baik.
"Karena beberapa hal, aku tidak bisa pulang ke rumah sekarang. Bisakah aku tinggal di rumahmu untuk sementara waktu?"
Setelah Lin Feier menyetujui permintaannya, Su Wan menghela napas lega. "Feier, apa kau ada waktu luang siang ini? Dompetku hilang, bisakah kau menjemputku? Aku ada di villa area Fontainebleau."
"Tidak masalah. Aku sedang tidak sibuk sekarang. Nanti aku akan menjemputmu."
Su Wan meletakkan telepon dengan lega, sementara Bibi Fang tampak khawatir.
Bibi Fang bertanya dengan lembut, "Nona Su, apakah Anda akan pergi?"