Usai merebahkan Rika di ranjang, Ken pelan-pelan naik ke atas Rika yang masih lemas karena dua kali orgasme. Penis arogannya telah menegang sempurna. Ia buka kaki Rika lebih lebar seraya eluskan ujung penis ke pintu surga dunia di bawah klitoris pink.
"Rika-chan... aku datang, sayank... tahan, yah... mungkin sakit di awal. Tapi aku yakin kau perempuan kuat. Errmmghh..." Suara Ken sungguh lembut merayu. Dan bersamaan dengan erangan barusan, ia pun mendorongkan penisnya ke dalam vagina basah.
"O-oorrghh... f*ck! Ini... ini luar biasa... Ri—" Ken melirik ke vagina Rika dan tampak darah menyembul keluar begitu ia sudah melesakkan setengah penisnya. Dan ketika ia tarik sedikit penis-sama, darah sudah menempel pula di batang kebanggaannya. "—ka-chan..."
Ken kaget, panik, senang, bahagia, haru, bangga. Semua rasa itu berbaur satu di benaknya karena baru mengetahui dengan pasti dan jelas bahwa Rika BENAR-BENAR PERAWAN!
Dikiranya, kemarin Rika mengatakan soal perawan itu hanya agar diterima bekerja di rumah ini. Ternyata—
"Rika-chan... Rika-chan, aku... aku mencintaimu! Oummcchh... mmcchh..." Ken lekas menerjang dan memburu bibir Rika untuk ia lumat. Oke, kini sudah fixed, deal, mantap, bahwa Tadashi Rika MILIKNYA!
Rika sendiri tak menyangka bahwa hari ini adalah hari terakhir, ia bisa melindungi keperawanannya. Ken seketika merenggutnya tanpa perlawanan dari nona muda berkepala pink satu ini.
Kala penis-sama masuk ke dalam vaginanya, Rika melotot seketika. Sebuah dorongan dan rasa hangat—serta perih—langsung dirinya rasakan. Namun sebelum mulut itu menjeritkan ringisannya, Ken terlebih dulu membungkam mulut Rika.
'N-nani (apa)?'
''Hummchh... mmhh... hahhmch...'' Rika memejamkan matanya erat seraya cengkram seprai kuat sebagai bentuk pelampiasannya. Ia agak terisak dalam cumbuan bibir dari Ken.
Hey! Bagaimana tidak? Rika kesal. Marah. Kecewa pada diri sendiri. Semua dari awal memang salahnya mengambil keputusan semacam ini. Dan endingnya, ia kehilangan keperawanan.
"Mmffhh! Hagh! Haghmmh... hahh! D-dame (jangan/tak boleh)... aa—aakgh..." Rika jambak rambut Ken kuat kala butuh oksigen. Nafasnya terengah-engah, sedikit meringis.
Digigitnya bibir bawah untuk setidaknya menahan sensasi sakit diawal kala penis Ken memasuki liang virgin miliknya.
Darah yang keluar itu berarti selaput dara nona muda ini telah robek berkat penis sang Tuan Muda Ken.
Yeah, sudah terlanjur bagi Ken, toh. Pria itu nampak tak akan menyurutkan langkah sama sekali. Bahkan kala melihat darah keluar dari vagina Rika, dia malah terlihat senang dan semangat seolah telah menemukan harta paling berharga di dunia.
"Rika-chan... Rika-chan sasugaa (hebat)... subarashii (luar biasa)... kau milikku, sweetie... milikku...." oceh Ken sambil menumpu pada dua tangan agar bisa menatap wajah Rika dalam jarak pandang yang nyaman. "Mulai sekarang... tak boleh ada yang menyentuhmu kecuali aku. Ingat itu? Kecuali aku saja. Ommcchh... ermmchh..."
Selanjutnya, Ken menyerang leher Rika dan banyak memberikan stempel hak milik di sana. Bahkan stempel itu hingga di dada.
Dan lagi-lagi... Ken memuaskan dirinya melomoti oppai Rika sambil meremas dengan kedua tangan dan menghisap bergantian sebelum akhirnya pinggulnya bergerak.
Memangnya mau sampai kapan ia diam terus?
Batang arogan itu mulai keluar masuk dalam liang sempit namun basah. Entah basah darah atau cairan orgasme. Mungkin campuran keduanya.
"Erghh... hrrmgghh..." Ken terus menyuarakan deraman nikmat akibat jepitan dari otot vagina nona Pinky. "Sasugaa... hrrmgghh... vaginamu... orrghh... enak sekali, Rika-chan... milikku ini... ermmghh... sungguh amazing!"
Walau agak kesusahan, namun Ken tak surut dan tetap bergerak agar Rika mulai terbiasa dengan penisnya. "Rika-chan... ayo sweetie... mendesahlah untukku. Atau aku perlu membantumu?"
Dan tangan Ken sudah menjamah klitoris Rika demi bisa mendengar suara merdu si Pinky. Sekaligus membuat Rika bisa lebih rileks.
Kepala Rika menggeleng kanan-kiri dengan masih bibir bawah tergigit cukup kuat. Rika masih tak rela dengan kenyataan yang menimpanya sekarang. Tentu saja.
"Mmnghh... aa-aghh... hagh~ yame—anhh~" Tubuh sintal nan seksi Rika seketika menggelinjang tatkala tangan Ken tiba-tiba menggapai klitorisnya, menggeseknya seolah-olah pria brengsek itu ingin ia bisa melupakan rasa sakit tadi.
Tapi asal tahu saja, rasa sakit Rika bukan cuma di bagian dalam vaginanya, namun juga hatinya. Batinnya cukup terguncang dengan pelepasan keperawanan di tangan bajingan tampan satu ini.
Namun, tak bisa Rika pungkiri juga, sih. Jika apa yang Ken lakukan cukup bisa membuatnya sedikit rileks, bahkan mau-maunya mengalungkan tangan di leher lelaki tersebut.
"Ahh... w-why? Nggahh... hiks... Ken-sama... nnahh~ aahh..." Disela-sela desahannya, Rika terisak pelan. Satu pertanyaan lolos seketika. Kenapa? Kenapa Ken memperlakukannya begini sejak pertama kali seperti ini?
Ia memang tidak tahu apa-apa meski sebelumnya Ken juga memperlakukan maid lama seperti dirinya. Tapi bukankah nampak jika ia sama saja seperti bagian manis yang perlu dinikmati sebelum bagian sepahnya dibuang?
Penis Ken semakin cepat dari gerakan awal keluar masuk vagina Rika kala dirasa nona manis itu sudah terbiasa akan ukurannya. Lagipula tak sulit karena vagina itu lebih elastis dibanding lubang anus.
Tangan Rika meremas rambut sang majikan brengseknya, menekan kepala pria tersebut seraya busungkan dadanya, refleks. Setidaknya, Rika tetap mempertahankan dua kaki agar tetap terbuka.
Melihat reaksi Rika, Ken jadi kian semangat. Berahinya menggelora bagai ekor Kyuubi (monster/siluman rubah ekor sembilan) yang bergoyang ala tarian api.
Sembari menghentak liang vagina maid-nya dan juga membelai klitoris Rika, mulut Ken mencari kesibukan di puting Rika yang berguncang-guncang akibat sodokan penis Ken.
Anggaplah Ken saking terangsangnya hingga pura-pura lupa bahwa Rika baru saja menjadi mantan perawan. Ia malah menghentak cepat vagina itu, menimbulkan suara rintihan Rika yang malah memompa semangat Ken untuk tidak menjedakan aksinya.
"Humphh! Urrmfhh! Humghh! Mmrrghh!" Ken menyodok kuat-kuat vagina tersebut, mencari rasa nikmat yang ia damba sejak pertama bertemu Rika.
Lalu mengenai pertanyaan Rika tadi mengenai kenapa Ken memperlakukan Rika begini? Itu akan dijawab Ken bila ini sudah selesai. Ingatkan saja dia.
Sontak saja, sodokan penis Ken membuat tubuh telanjang si nona maid seketika menggelinjang. Pria sialan satu ini nampaknya tak akan berhenti sampai bisa semburkan sper—What? Wait! Apa perlu Rika ingatkan jika Ken dilarang menyemburkan benih dalam liang vaginanya?
Well, umur Rika sudah 23 tahun dan sepantasnya sih kalau mengandung seorang bayi. Tapi memangnya Ken mau tanggung jawab, begitu?
"Yaddahh... mmahhh—i-ittai (sakit)... yada, aahh, aahhh, hangh, hhaggh!" Seiring dengan hentakan penis Ken yang kuat dan cepat, suara nona Pinky ikut meramaikan.
Bukan hanya menekan kepala Ken, namun akhirnya satu lengan ia gunakan guna memeluk kepala serigala liar tersebut sedang tangan lain memeluk punggung telanjang milik Ken.
Meski mulut Rika meracau seperti menolak, namun nampaknya tubuhnya merespon sebaliknya. Pinggul Rika bergerak seperti mengimbangi sodokan penis Ken. Dua paha semakin melebar seolah memberikan keleluasaan pada pendominasi di atasnya.
Napas Rika mulai terdengar memburu dan memendek kala ia rasakan sensasi akan orgasme kembali. Bunyi kecipak karena kocokan cepat penis arogan pada vagina Rika menghiasi ruangan tersebut.
"Ken-sammahh, aahh, nghh! haghh, hyangh, nnahh, kimm—mochi, aahahh!" Rika meracau nikmat, menjenjangkan leher. Membusurkan dada. Apapun itu untuk melampiaskan seluruh rasa nikmat atas sodokan penis dari Ken-sama-nya.
"Hanghhh~ AAAHHHH~" Rika naikkan pinggul tatkala ia orgasme kembali. Cairan suci itu menyembur, memandikan penis Ken yang terus keluar masuk secara cepat serta menyodok dalam nan kuat vaginanya.
Kimochi....