Tak mau berhenti di situ, tangan Ken maju meremas oppai Rika dan tangan satunya meraih tali 'seragam' khusus untuk maid Rika. Ia tarik paksa tali tersebut hingga akhirnya sweater itu berhasil direnggut dari tubuh Rika.
Tak mempedulikan Rika menangis menjerit-jerit protes, Ken beringas mempreteli apapun yang ada di tubuh gadis itu hingga tak ada yang tersisa.
Tuan muda menarik tangan Rika, memeluk gadis itu dari belakang, dan langsung saja mengocok vagina Rika sementara tangan lainnya mendekap tubuh Rika.
Puas memainkan vagina Rika dengan tangan, ia rundukkan tubuh Rika hingga menungging dan berpegangan pada tiang kayu penyangga kanopi yang ada di masing-masing ujung ranjang.
THRUST!
Tanpa persiapan yang benar, Ken segera saja melesakkan penisnya ke dalam liang vagina Rika dan menyetubuhinya dengan posisi doggy-style berdiri.
Tuan muda langsung menghentak keras vagina Rika hingga gadis itu terus menjerit serta merintih pilu.
Ken gelap mata. Seumur-umur ia tak pernah ditolak. Tak pernah ada orang yang mengatakan benci pada Ken namun masih bisa tetap hidup sentosa. Tidak ada! Semuanya berakhir dengan cacat permanen atau koma bagi pembangkang.
Ken adalah Raja Kecil yang beringas. Dia seorang sadist.
Sedari kecil Ken diajarkan mengenai kekuasaan absolut dari sang kakek. Dan ia tak segan-segan menyakiti siapapun yang telah mengecewakan dirinya.
Seperti saat ini, Ken mengeluarkan sisi sado-nya pada Rika meski ia sebenarnya mencintai gadis itu. Rika memang tak tau perasaan Ken. Karena Ken takut. Ia takut mendapatkan penolakan. Maka dari itu, ia bertameng majikan hanya agar bisa memiliki Rika.
Malam ini... Ken memperkosa Rika.
*******
Cuit... Cuit... Cuit.
Rika mengerang pelan seraya menggerakkan tubuhnya. Meringis, membuka mata perlahan kemudian pejamkan mata lagi. Seluruh sendi-sendinya terasa ngilu, padahal kemarin rasanya ia hanya mengelap jendela, meja dan benda lainnya.
Hanya pekerjaan mudah saja, kok.
Membuka mata kembali, Rika melirik jam weker yang ada di atas meja samping ranjang. Pukul 07.50.
Terlambat bangun lagi. Otomatis terlambat membangunkan majikannya. Selama beberapa hari ini ia memang terlambat bangun, namun tak ada hukuman aneh-aneh dari Ken.
Rika terkekeh pelan mengingatnya. Meski bajingan, tapi ternyata Ken ba—
SRAK!
''Ukhh... it—ttai (sakit), ssshh.'' Rika meringis kembali kala menyibak selimut yang menutupi tubuh te-LANJANG??!!
Melongo, mengerjap, hingga semua kesadaran berkumpul sepenuhnya barulah Rika ingat kejadian kemarin siang.
Ken memperkosanya secara kejam entah berapa ronde. Rika bahkan sudah lupa gaya-gaya apa saja yang Ken perintahnya padanya kemarin.
Rika terdiam, kemudian terkekeh lantas tertawa seperti orang idiot seolah hal yang ia alami itu sangatlah lucu.
Butler yang mendengar suara nona maid itu hanya bisa menghela napas berat. Ia tentu mendengar suara jeritan Rika kemarin. Sangat pilu dan putus asa.
Meski Beliau sudah dewasa pemikirannya, namun menasihati Ken sama saja membunuh masa depan Butler dan keluarganya. Dia paham itu.
Namun, sehabis itu, Butler mendengar suara Rika yang tadi tertawa idiot berubah jadi tangis dan isakan.
Butler tahu, betapa terpukulnya gadis muda tersebut. Bathinnya tersiksa luar dalam karena harus menjadi budak belian—dalam arti ... semua uang dari Ken.
.
.
.
Pagi ini, Rika yang sudah mandi meski harus tertatih-tatih, kembali mengerjakan pekerjaan normalnya sebagai maid.
Namun ada sedikit perbedaan. Nona manis bersurai pink tersebut terlihat kusut. Tak bergairah. Putus asa.
Seorang Rika seperti kosong meski tubuhnya bergerak. Ada saja beberapa benda jatuh karena Rika agak ceroboh hari itu.
Tadashi Rika yang penuh gairah dengan pemberontakannya seketika putus asa akan nasib burukyang dia terima bertubi-tubi.
Ibunya-lah selalu ada dalam otaknya. Jika bukan karena sang Ibu, mungkin Rika sudah akan membunuh dirinya sendiri. Menghilang lebih baik, sepertinya.
Intinya, kebenciannya pada Ken semakin besar sekarang.
''Nona Rika, daijoubu ka (baik-baik saja kah)?'' Butler bertanya dengan raut cemas.
Rika menoleh ke arah pria tersebut dan tersenyum tipis. ''Tidak.''
Tidak baik. Rika sedang tidak baik-baik saja.
Semenjak peristiwa pemerkosaan pada Rika, Ken jarang di rumah. Ia memilih menghindari Rika sebelum ia kalap lagi dan menghancurkan gadis Pinky itu lebih jauh.
Setidaknya Ken masih punya kesadaran begitu daripada tidak sama sekali.
Beberapa hari ini Ken kerap menyambangi sebuah tempat. Lebih tepatnya sebuah rumah.
Rumah Rika.
Ken hanya bertanya-tanya, Ibu seperti apakah yang telah mendidik gadis teguh seperti Rika? Gadis yang tak bisa ia taklukkan meski Ken sudah berupaya. Dengan uang, kata-kata manis, dan juga kenyamanan hidup di mansionnya.
Hingga Ken kehilangan kesabaran.
Saat bertemu dengan Ibunya Rika, Ken terang-terangan mengaku sebagai Tuan Muda majikan Rika. "Haik, saya yang sudah diselamatkan anak anda, Nyonya. Haha, dia memang wanita perkasa."
Ken dan Nyonya Tadashi pun berbincang akrab meski di hari pertama pertemuan kedua orang itu. Tiba-tiba Ken merasa nyaman dan teduh saban mendengar kalimat-kalimat dari Nyonya Tadashi.
Di setiap Ken pamit pulang, ia selalu meminta pada sang Nyonya untuk tidak memberitahukan pada Rika akan kedatangannya di rumah sederhana tersebut.
"Kenapa, Ken-kun?" tanya Ibunya Rika suatu sore setelah lawatan Ken yang ke-5.
"Sudah saya bilang, kan Nyonya, kalau Nyonya bilang pada Rika, nanti dia akan rindu Nyonya dan berefek ke pekerjaannya. Lalu bisa-bisa ia minta pulang. Padahal Rika sangat dibutuhkan di sana," kilah Ken cerdas.
Nyonya Tadashi pun mengangguk seperti biasanya. "Ahh... wakatta (paham/mengerti). Baiklah, Ibu takkan bilang soal ini ke Rika. Dan Ken-kun, jangan terus-menerus memanggil nyonya. Panggil Okaa-san (Ibu) saja, ne."
"Okaa-san?" Ken terbelalak. "Memangnya tidak apa-apa?"
"Tentu saja tak apa, Ken-kun. Ibu sudah kehilangan anak lelaki Ibu. Maka, anggaplah Ken-kun datang menggantikan, ne. Boleh?" Nyonya Tadashi tersenyum lembut sore itu.
Mata Ken berbinar. "Baiklah! Okaa-san!" Ia pun tersenyum lebar lalu memeluk wanita paruh baya tersebut. "Okaa-san, besok aku ingin membawa Okaa-san berobat di dokter hebat yang aku tau. Okaa-san tak boleh menolak, ne!" Ken melepas pelukan.
"Tidak usah, Ken-kun," tolak Nyonya Tadashi halus.
"Harus mau. Aku kan sudah jadi anak Okaa-san. Maka, aku harus berbakti, bukan? Hehe..." Ken malah bersikap manja layaknya anak pada Ibunya.
"Kau ini..." Nyonya Tadashi pun kalah. "Kau persis Rika. Keras kepala jika punya kemauan."
"Hehe..." Ken mengusap hidungnya, senang. Ia tak pernah diperlakukan begini meski oleh Ibunya sendiri. "Okaa-san, aku pulang dulu. Besok janji ke dokter bersamaku, yah! Bye bye, Okaa-san," Ken melambaikan tangan ke wanita itu lalu lari masuk ke mobilnya dan menyetir pulang.
Hatinya selalu merasa tenang dan damai saban habis berbincang dengan Nyonya Tadashi.
Pertemuan mereka memang dirahasiakan dari Rika. Bahkan Butler pun memilih tutup mulut tentang itu meski tau.
Ken pun diam-diam memasok banyak uang ke rekening Nyonya Tadashi tanpa sepengetahuan Beliau.
Itu hanya tanda rasa sayang Ken pada Beliau. Karena Ken hanya tau cara berterima kasih itu memakai uang. Inilah kesalahan orang tua Ken dalam mendidik anaknya.