Fatma menghela nafas panjang. "Tapi ia juga mengaku single mbak, bisa aja mbak punya dendam masa lalu sama suami saya kan. Terus mbak bikin foto palsu kaya gini, biar rumah tangga saya sama Mas Hendra hancur". Gumam Fatma.
"Apa?! Saya mau bikin rumah tangga kamu hancur? Yang ada kamu yang sudah menghancurkan rumah tangga saya, kamu rebut suami saya dan kamu menikah dengan dia sewaktu saya koma". Teriak Annisa.
"Cukup mbak, saya menikah dengan Mas Hendra dengan jalan ta'aruf. Mas Hendra sendiri yang bilang kepada kedua orangtua saya, kalau dirinya itu single dan juga belum menikah". Seru Fatma.
"Yasudah begini saja, kita tunggu sampai Hendra pulang. Kita lihat saja bagaimana reaksi Hendra ketika melihat saya disini". Ujar Annisa.
Fatma pun menyetujui ucapan Annisa, Fatma segera meraih ponselnya lalu mencoba untuk menghubungi Hendra. Namun sayang, Hendra tak kunjung menjawab telepon darinya.
"Kenapa? Gak di angkat sama Mas Hendra?". Tanya Annisa.
"Iya mbak, saya lupa kalau hari ini Mas Hendra sedang ada meeting penting dengan kliennya". Sahut Fatma.
"Oh meeting, hebat ya sekarang Mas Hendra kerjanya cuma meeting. Udah enak ternyata hidupnya, pantas saja aku di buang begitu saja. Yasudah kalau begitu saya akan tunggu disini sampai Mas Hendra pulang, bolehkan?". Ujar Annisa.
"Iya mbak boleh, anggap saja kaya rumah sendiri. Kalau mbak mau makan tinggal ambil saja di meja makan, kebetulan tadi pagi saya sudah masak". Gumam Fatma.
"Ya memangnya begitu, saya akan anggap ini sebagai rumah saya sendiri, ini kan rumah suami saya". Sahut Annisa ketus sambil berlalu dari hadapan Fatma, menuju meja makan.
Astagfirullahaladzim, kuatkan hamba ya Allah. Gumam Fatma dalam hati.
♡♡♡
Hendra baru saja selesai meeting dengan klien pentingnya, ia sangat senang karena akhirnya ia yang memenangkan tender proyek tersebut. Hendra segera meraih ponselnya yang sejak tadi ia hiraukan, ia terkejut ketika mendapati panggilan telepon dari Fatma sebanyak tiga kali.
Hendra langsung menghubungi Fatma, mendengar nada bicara Fatma yang bergetar dan memintanya untuk segera pulang, Hendra segera memutuskan untuk kembali ke rumah setelah meeting selesai. Dirinya takut jika hal buruk terjadi pada istrinya.
Kamu bikin aku panik sayang, sebenernya apa yang terjadi. Gumam Hendra panik.
Hendra segera melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi, namun ia juga harus fokus dalam menyetir mengingat kondisi Jakarta yang sangat padat di jam sibuk. Kali ini dirinya beruntung, karena situasi jalan siang ini sangatlah sepi jadi ia bisa sampai di rumah lebih cepat.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih tiga puluh menit, akhirnya Hendra tiba di rumah. Ia segera memarkirkan mobilnya di garasi rumah, dengan cepat Hendra segera turun dari dalam mobil dan langsung masuk ke dalam rumah sambil memanggil nama Fatma.
"Fatma, Fatma". Teriak Hendra.
Hendra pun terdiam ketika mendapati istrinya yang sedang berada di ruang makan bersama seorang wanita yang dikenalnya.
"Annisa". Ujar Hendra.
Annisa langsung beranjak dari duduknya. "Nah, sekarang terbukti kan Fatma, Hendra masih mengenali aku". Seru Annisa sambil tersenyum licik.
Sementara Fatma segera beranjak dari duduknya, lalu menghampiri Hendra. "Kamu benar-benar mengenali dia mas?". Tanya Fatma lirih sambil menitikan airmata.
"Fatma, aku bisa jelasin semuanya. Ini gak seperti yang kamu pikirkan". Ujar Hendra.
"Cukup mas, semuanya sudah jelas. Mbak Annisa punya bukti pernikahan kalian berdua, kenapa kamu nikahin aku mas kalau kenyataannya kamu telah beristri? Kenapa mas? Apa salahku? Kenapa kamu begitu tega sama aku". Seru Fatma.
"Aku bisa jelasin semuanya sayang, please jangan marah dulu sama aku. Kamu harus dengerin penjelasan aku". Gumam Hendra. "Annisa, kenapa sekarang kamu muncul lagi di hidup aku setelah tiga tahun kamu menghilang tidak ada kabar?". Sambung Hendra.
"Asal kamu tau ya mas, tiga tahun yang lalu aku mengalami kecelakaan kerja dan aku sempat koma selama dua tahun. Kalau aku tidak pernah ada kabar, kenapa kamu gak pernah mau cari tau tentang aku mas? Kenapa? Aku di sana berjuang bertahan hidup demi kamu, tapi disini kamu malah enak-enakan bersama perempuan lain". Ujar Annisa.
"Aku pikir, kamu telah melupakan aku Annisa. Karena kamu tidak pernah menghubungi aku, setiap aku datang ke rumah orang tua kamu untuk menanyakan kabar kamu, tapi mereka selalu mengusir aku dan meminta aku untuk melupakan kamu". Sahut Hendra.
"Apa?! Mereka bilang begitu mas? Lalu kamu percaya? Mas harusnya kamu sadar, dari dulu orang tua aku memang tidak pernah menyetujui pernikahan kita. Harusnya kamu cari tau tentang aku ke yayasan kalau kamu benar-benar peduli sama aku". Gerutu Annisa.
"Maafkan aku Annisa, tapi pada saat itu kondisi aku benar-benar bingung tidak tau harus bagaimana. Maka dari itu aku berusaha untuk melupakan kamu lalu aku pergi meninggalkan Surabaya". Seru Hendra.
"Kamu jual kan rumah kita, demi menikahi wanita murahan ini?". Teriak Annisa.
"Cukup Annisa, ini salahku bukan salah Fatma". Tegas Hendra.
"Aku gak mau tau mas, pokoknya kamu harus ceraikan Fatma". Seru Annisa.
"Kamu tenang aja mbak, aku pasti bakalan lepasin Mas Hendra. Tapi kalau harus bercerai saat ini tidak bisa mbak, karena aku sedang mengandung anak Mas Hendra". Ujar Fatma sambil menangis.
"Apa? Kamu hamil sayang? Alhamdulillah aku seneng banget dengernya, dengerin aku Fatma sampai kapanpun aku tidak akan pernah menceraikan kamu". Tegas Hendra.
"Lepasin tangan aku mas, aku mau ke kamar. Sebaiknya kamu selesaikan masalah kalian berdua, karena aku tidak mau ikut campur masalah kalian". Gumam Fatma dan langsung berlalu dari hadapan Hendra dan juga Annisa.
Fatma segera bergegas masuk ke dalam kamar, ia langsung menangis sejadi-jadinya. Ia meluapkan seluruh amarahnya dengan cara menangis, Fatma benar-benar tidak menyangka jika suaminya sangatlah tega melukai hatinya.
Baru saja sembuh luka hatinya akibat perselingkuhan antara suaminya dengan Kinar, kini di tambahnya lagi luka yang lainnya dengan kenyataan jika suaminya adalah laki-laki beristri. Perasaannya benar-benar hancur tak bisa lagi disembuhkan, karena Hendra tidak hanya melukai hatinya tapi juga kedua orangtuanya.