Fatma baru saja tiba di Bandara Abdulrachman Saleh Malang, ia segera bergegas menuju pintu keluar sambil membawa kedua kopernya. Beberapa menit kemudian, akhirnya taksi online yang dipesannya pun datang.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih satu jam, akhirnya Fatma pun tiba di rumah orangtuanya menjelang adzan maghrib. Fatma menghela nafas panjang sebelum melangkahkan kakinya menuju pintu masuk. Setelah perasaannya di rasa tenang Fatma segera melangkahkan kakinya menuju pintu masuk, diketuknya pintu tersebut dan diiringi dengan ucapan salam.
Tak lama kemudian terdengar suara seseorang membalas ucapan salam Fatma dan kini pintu itu pun terbuka, kini di hadapannya telah berdiri sang ibu yang merasa bahagia karena melihat anak perempuan satu-satunya pulang kerumah. Terlihat jelas guratan rindu di wajah sang ibu, tanpa pikir panjang sang ibu langsung memeluk Fatma erat.
"Akhirnya kamu pulang juga nak, ibu sangat merindukanmu Fatma". Ujar sang ibu.
"Fatma juga kangen sama ibu". Sahut Fatma lirih.
Sang ibu pun melepaskan pelukannya. "Kamu kok sendirian, Hendra mana? Kamu pulang sama Hendra kan?". Tanya sang ibu.
"Mas Hendra masih di Jakarta, bu. Aku sengaja pulang duluan, nanti setelah urusan pekerjaan Mas Hendra sudah selesai, dia langsung nyusul kesini bu". Sahut Fatma.
"Oh begitu, yaudah yuk kita masuk sambil tunggu ayahmu pulang dari masjid". Ajak sang ibu.
Fatma pun mengiyakan ucapan sang ibu dan langsung berjalan mengekori sang ibu di belakangnya.
"Bu, Fatma mau bawa koper-koper ini ke kamar ya sekalian mandi juga". Ujar Fatma.
"Oh iya nak, ibu juga mau lanjut masak lagi". Sahut sang ibu.
Fatma pun segera masuk ke dalam kamar, ia merasa berdosa karena telah berbohong kepada sang ibu. Ia terpaksa melakukan hal ini karena tidak ingin jika sang ibu khawatir dengan masalah yang sedang di alaminya.
Tak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu kamarnya, Fatma segera bergegas untuk membukakan pintu. Kini dilihatnya sang ayah sudah berada dihadapannya, Fatma segera meraih punggung tangan sang ayah, lalu menciumnya.
"Ayah, apa kabar? Ayah sehatkan?". Ujar Fatma.
"Alhamdulillah, Ayah sehat. Kamu juga sehatkan nak, Hendra kenapa gak ikut pulang bareng kamu?". Tanya sang ayah.
"Alhamdulillah aku juga sehat yah, Mas Hendra masih sibuk sama kerjaannya makanya aku duluan yang balik. Nanti Mas Hendra juga nyusul kok yah". Sahut Fatma.
Tak lama kemudian sang ibu yang sedang menyiapkan makan malam langsung memanggil mereka berdua untuk segera menuju meja makan. Sementara Fatma dan sang ayah segera bergegas menuju meja makan, Fatma pun terenyuh ketika melihat makanan kesukaanya telah tersaji di hadapannya.
Sudah satu tahun lamanya ia tidak lagi menyicipi masakan sang ibu, semenjak dirinya dipersunting oleh Hendra. Namun sayang nasib pernikahannya kini sedang berada di ujung tanduk.
"Fatma, kenapa kamu jadi melamun? Ayo di makan, ibu kan sudah masakin makanan kesukaan kamu". Ujar sang ibu.
"Iya bu, makasih ya bu udah masakin makanan kesukaan aku. Oh ya aku punya kabar gembira untuk ayah dan ibu". Gumam Fatma.
"Apa itu nak? Ayah sama ibu sudah tidak sabar ingin mendengarnya". Seru sang ayah.
Fatma menghela nafas panjang. "Sebentar lagi ayah sama ibu akan punya cucu, karena sekarang aku sedang hamil". Ujar Fatma.
Kedua orangtuanya yang mendengar kabar tersebut langsung mengucap syukur atas keberkahan yang telah Allah berikan untuk keluarga mereka. Fatma pun jadi merasa tidak tega jika harus menghancurkan kebahagiaan mereka berdua.
Ayah, ibu, maafkan aku jika harus mengecewakan kalian. Gumam Fatma dalam hati, ia merasa sedih dan tidak tega jika harus menceritakan keadaan yang sebenarnya.
Fatma segera melanjutkan menyantap makanannya, kali ini ia memutuskan untuk tidak memikirkan Hendra agar kandungannya tidak terganggu. Keputusannya untuk kembali ke Malang memanglah sudah tepat, karena kalau ia masih bertahan di sana toh pikirannya juga tidak akan bisa tenang. Mengingat ibu-ibu di sekitar kompleks telah mencap nya sebagai perempuan perebut suami orang.