2 hari sudah Fatma menunggu kedatangan Hendra, namun hingga saat ini Hendra tak kunjung datang dan hal tersebut membuat dirinya risau. Tak lama kemudian sang ibu datang menghampiri Fatma yang sedari tadi mondar-mandir di ruang tamu.
"Fatma, kamu kenapa? Dari tadi ibu perhatiin kamu kaya gelisah gitu, ada apa nak?". Tanya sang ibu.
"Gak apa-apa bu, aku cuma bosan aja di kamar". Sahut Fatma.
"Kenapa kamu gak jalan-jalan aja keluar, dari pada kamu suntuk dirumah". Gumam sang ibu.
"Nggak bu, aku lagi pengen di rumah aja. Yaudah kalau gitu aku masuk ke kamar dulu ya bu". Seru Fatma.
Sang ibu pun hanya menganggukkan kepalanya, sementara Fatma langsung bergegas menuju kamarnya. Sang ibu pun merasa aneh melihat sikap sang anak yang tidak seperti biasanya.
Kenapa Mas Hendra belum datang juga, padahal ini hari minggu. Apa kepergianku dari rumah malah membuatnya senang bisa berdua dengan Annisa?. Ujar Fatma lirih.
Ia segera menyibukkan diri untuk membaca buku, ia tidak ingin berpikiran yang macam-macam. Karena selama ini sudah cukup ia merasakan gejolak batin yang begitu menyikas. Dan kali ini ia tidak mau jika calon anaknya ikut merasakan apa yang ia rasakan. Fatma mengelus perutnya dengan lembut, bibirnya tak berhenti untuk terus mendawamkan shalawat. Fatma ingin jika besar nanti, anaknya bisa menjadi ustadzah. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan di pintu kamarnya, Fatma segera menuju pintu kamarnya untuk membukakan pintu. Di lihatnya sang ibu datang membawakan semangkuk bubur kacang hijau untuknya.
"Ibu"
"Fatma, ini ibu bawakan bubur kacang hijau untuk kamu, kamu makan ya. Biar kandungan kamu itu sehat, kamu juga jangan banyak di kamar terus ya" gumam sang ibu.
Fatma segera meraih nampan tersebut dari tangan sang ibu. "Terima kasih, bu. Repot-repot segala, iya bu nanti kalau sudah selesai makan buburnya, aku keluar kamar"
"Yaudah kalau gitu ibu mau pergi ke kebun karet dulu ya, nanti pulangnya ibu nawain pisang. Kemarin Pak Idris bilang sama ibu kalau di kebun pisang, ada pisang yang sudah matang di pohon"
Fatma tersenyum. "Iya bu, sekali lagi terima kasih ya. Ibu juga hati-hati di jalan ya" ujar Fatma yang langsung mencium punggung tangan sang ibu.
Sementara sang ibu segera pergi dari hadapannya, Fatma sangat bersyukur karena masih memiliki orang tua yang begitu perhatian dengannya. Fatma kembali menutup pintu kamarnya dan meletakkan nampan yang berisi mangkuk bubur. Ia segera menyantap bubur kacang hijau yang masih hangat sambil menonton video youtube tentang tata cara merawat bayi.
Walau kini ia kembali tinggal bersama orang tuanya, tapi Fatma tidak ingin merepotkan kedua orang tuanya dalam merawat anaknya. Ketika Fatma sedang fokus menonton tiba-tiba panggilan telepon masuk dan di layar tertera nama Hendra. Fatma segera meraih ponselnya, ia bimbang haruskah ia menjawab teleponnya atau tidak.
Jujur dalam hati, Fatma sangat merindukan suaminya. Namun ia juga tidak mau jika suaminya masih memiliki wanita lain selain dirinya. Fatma menitikan airmata nya, mengingat perjalanan rumah tangganya yang baru saja menginjak satu tahun tapi sudah banyak lika liku yang begitu tajam. Panggilan telepon pun berhenti, Fatma kembali meletakkan ponselnya di meja. Tak lama kemudian sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya, Fatma segera membuka pesan singkat dari suaminya.
"Sayang, kamu pasti masih marah ya sama aku? Makanya kamu gak mau jawab telepon aku? Fatma, aku mohon kamu kembali ke Jakarta. Aku tidak ingin jauh dari kamu, bisakah kamu bersabar lagi dalam menghadapi cobaan ini?"
Fatma menghela nafas, ia tidak menyangka Hendra bisa mengatakan hal seperti itu. Padahal selama ini ia sudah banyak berjuang dan memendam sakit hatinya sendirian.