#Keesokan Harinya.
Hendra sedang sibuk berkutat dengan tugas-tugasnya, rencananya ia akan menyelesaikan semua pekerjaannya lebih awal. Karena dalam satu minggu ke depan ia akan mengambil cuti untuk mengajak Fatma mengunjungi kedua orang tuanya di Malang.
Tak lama kemudian ponsel Hendra berdering, notifikasi pesan singkat telah ia terima. Hendra segera meraih ponselnya dan membaca pesan tersebut.
📩 +628123456789
Hai mas, apa kabar?
Hendra mengernyitkan dahinya ketika membaca pesan tersebut. Ia merasa penasaran dengan siapa orang yang mengirimkan pesan singkat tersebut. Hendra segera menelepon nomor tersebut, namun pemilik nomor tersebut sama sekali tidak menjawabnya.
"Siapa sih orang ini" gumam Hendra penasaran.
Tak lama kemudian ponsel Hendra kembali berdering dan kali ini nomor tersebut menelepon balik Hendra. Dengan sigap Hendra langsung menjawab panggilan telepon tersebut, namun bukannya berbicara orang tersebut hanyalah diam tanpa sepatah katapun.
Hal tersebut membuat Hendra penasaran dan merasa tidak nyaman, karena ia takut jika rumah tangganya dengan Fatma harus kembali bermasalah. Karena kesal mendapat teror terus menerus dari nomor tersebut, Hendra segera mematikan ponselnya dan kembali fokus untuk bekerja.
Sementara itu di lain tempat, Fatma yang sedang asik memasak tiba-tiba merasakan sakit di kepalanya dan juga merasa mual. Karena takut masakannya akan menjadi kacau, Fatma pun memutuskan untuk mematikan kompornya. Lalu ia bergegas pergi ke kamar untuk beristirahat, di carinya minyak angin untuk meredakan rasa pusing dan mual yang sedang ia rasa.
Lalu Fatma mencoba untuk menghubungi Hendra, namun ponsel Hendra sedang tidak aktif. Padahal ia ingin meminta suaminya untuk pulang cepat hari ini. Kemudian Fatma mencoba menghubungi Hendra kembali, namun hasilnya nihil nomor Hendra benar-benar tidak bisa dihubungi.
Fatma pun memutuskan untuk tidur sebentar, agar rasa sakit di kepalanya hilang. Setelah satu jam berselang, Fatma mulai membuka kedua matanya. Ia terlihat sangat lemah, namun rasa sakit dikepalanya sudah berangsur menghilang.
Dan kali ini masalah terbesar pada dirinya adalah rasa mual yang ia rasa sama sekali tak bisa di tahan. Fatma benar-benar tidak bisa lagi menahan rasa mualnya, berkali-kali ia harus keluar masuk kamar mandi.
Astagfirullahaladzim, aku ini kenapa ya Allah. Mana Mas Hendra gak bisa dihubungi. Gumam Fatma lirih.
Fatma memutuskan untuk tetap berada di tempat tidur, karena kalau ia beranjak sedikit dari tempat tidur. Ia langsung merasakan mual dan juga pusing yang tak tertahankan, tak lama kemudian ponsel Fatma berdering. Fatma segera meraih ponselnya yang ternyata adalah sang ibu yang meneleponnya. Fatma segera menjawab panggilan telepon tersebut, tangisnya pecah karena ia selalu merindukan kedua orang tuanya.
"Ibu"
"Fatma, kamu apa kabar?" tanya sang ibu.
"Alhamdulillah aku baik bu, cuma sekarang lagi agak pusing aja sama mual"
"Wah, jangan-jangan kamu hamil" gumam sang ibu bahagia.
"Gak mungkin bu, lah aku aja baru selesai haid. Kayanya masuk angin, soalnya 2 hari yang lalu aku tidurnya terlalu larut malam bu"
"Ealah, ya jangan tidur malam-malam nduk! kamu itu sudah terbiasa tidur awal. Jam 9 malam sudah tidur, sekalinya tidur malam-malam ya begini hasilnya. Jangan di ulangi lagi ya nduk, kamu ini jauh dari ibu dan ayah. Kalau ada apa-apa pas jam kantor kan kamu sendiri yang bingung, sendirian di rumah, suami masih kerja"
Fatma tersenyum. "Iya bu, aku gak akan tidur malam-malam lagi" seru Fatma.
"Kabar suamimu gimana? apa dia baik-baik saja?"
"Alhamdulillah Mas Hendra baik, bu! Mas Hendra lagi giat-giatnya kerja bu, makanya aku selalu dukung dia"
"Ya bagus itu, karena memang harusnya seperti itu. Kalian harus rajin-rajin menabung untuk kebutuhan calon anak kalian nantinya"
"Aamiin, do'akan kami ya bu agar cepat di beri keturunan"
"Aamiin, ibu selalu do'akan Fatma. Apapun itu yang terbaik pasti akan ibu do'akan untuk kamu"
"Terima kasih, bu. Bu itu kayanya Mas Hendra pulang deh, aku mau lihat ke depan dulu ya bu. Nanti kapan-kapan gampang kita teleponan lagi, salam untuk ayah ya bu"
"Oh yaudah, di layani dulu kalau suami pulang kerja. Iya nanti ibu sampaikan salam untuk ayah"
"Iya bu" panggilan telepon pun terputus. Fatma langsung meletakkan ponselnya di atas nakas.
Ia segera bergegas menuju ruang tamu untuk membukakan pintu, dengan susah payah Fatma berjalan karena kepalanya masih terasa sangat pusing. Tepat ketika Fatma membuka pintu, Fatma langsung jatuh pingsan di hadapan Hendra. Dan hal itu membuat Hendra kaget dan refleks langsung menangkapnya.
"Fatma, kamu kenapa" ujar Hendra panik.
Hendra segera membawa Fatma ke kamar untuk beristirahat, setelah merebahkan Fatma di tempat tidur. Hendra bergegas untuk mengganti pakaiannya dan membuatkan teh manis hangat untuk Fatma.
"Fatma, bangun" ujar Hendra sambil mengoleskan minyak kayu putih di hidungnya. Berharap agar Fatma cepat siuman.
Tak lama kemudian Fatma tersadar, kepala nya masih terasa pusing dan pandangannya juga masih kabur. Hendra membujuknya untuk duduk dan memberikan teh hangat untuk Fatma.
"Ini di minum dulu sayang, teh nya" ujar Hendra sambil memberikan secangkir teh hangat untuk Fatma.
"Terima kasih, mas" ujar Fatma yang langsung menyeruput teh nya.
"Kamu kenapa bisa pingsan begitu? kamu sakit? kita berobat ya"
"Nggak tau mas, dari tadi siang kepala akh pusing banget. Tadi siang aku telepon kamu tapi ponsel kamu gak aktif"
"Maaf ya sayang, tadi siang aku banyak kerjaan. Aku sampai gak sadar kalau baterainya sampai habis"
"Iya gak apa-apa mas"
"Yaudah kita ke dokter sekarang ya"
"Nggak usah mas, aku sudah baikan"
"Beneran? aku gak mau kenapa-napa. Kalau besok pas aku kerja terus kamu ngerasa kaya gini lagi gimana?"
Fatma menghela nafas. "Mas, Insyaallah aku gak apa-apa. Beneran sekarang aku sudah membaik"
"Yasudah kalau gitu, kamu sore ini gak usah mandi dulu ya. Nanti aku siapkan air hangat untuk mengelap badan kamu"
"Loh, aku mau mandi aja mas. Gak enak lengket badan rasanya"
Hendra menghela nafas. "Yasudah nanti biar aku yang mandiin ya"
Fatma mengernyitkan dahinya. "Nggak ah, emangnya aku anak kecil. Lagian aku juga malu kali mas, sama kamu"
Hendra tersenyum kecil, ia tidak menyangka jika istrinya masih saja pemalu seperti ini.
"Aku ini suami kamu, kenapa kamu harus malu?"
Fatma terkekeh. "Nggak apa-apa, aku malu aja" seru Fatma.
Hendra tertawa terbahak-bahak dan langsung bergegas menuju kamar mandi untuk menyiapkan air hangat di dalam bath tub. Fatma tersenyum bahagia, karena suaminya sangat perhatian dengannya. Tak lama kemudian ponsel Hendra berdering, Fatma segera meraih ponsel tersebut dan di lihatnya panggilan telepon tersebut dari nomor yang tidak di kenal.
"Mas, ini ada telepon" ujar Fatma sambil memberikan ponselnya pada Hendra.
"Dari siapa sayang?"
"Gak tau ini, nomor baru. Aku juga tidak kenal"
Hendra tersentak kaget ketika yang menghubunginya adalah nomor yang sama sejak tadi siang. Hendra langsung mematikan ponselnya dan meletakkannya di atas meja.
"Kok di matiin mas?" tanya Fatma bingung.
"Abis nomer itu gak jelas, dari tadi siang telepon dan aku bilang salah sambung tapi masih aja gak percaya"
"Oh gitu, aku kira siapa"
"Yaudah ayo mandi, airnya sudah aku siapkan"
"Iya terima kasih, mas" ujar Fatma yang langsung masuk kedalam kamar mandi.