Chereads / Cinta Karena Nafsu / Chapter 7 - 6. hati kotor

Chapter 7 - 6. hati kotor

Aku bukan orang kaya, aku orang sederhana, aku tidak cantik tapi banyak yang syiri, aku gendut dan tidak putih banyak yang berkata "itu dia pake guna guna".

pada dasarnya manusia seperti itu kah? atau bagaimana, apakah manusia lain tidak boleh bahagia selain diri sendiri? aku lebih baik berkaca dulu baru berkata. itu penilaianku entah orang menilaiku seperti apa.

seiring waktu aku dijakarta dengan memiliki mantan yang masih bisa aku hitung dan aku masih akrab dengan mereka namun ada beberapa juga yang hilang ketelan bumi.

didit dan deden yang masih akrab denganku yang masih sering kabar mengabari. namun ada juga beberapa yang akrab di Facebook, karena tidak sekontak nomor Wha**App.

"udah punya pacar masih aja gatel dasar santi gatau diri" ucap mak lampir itu lagi, dengan nada keras bahkan anak smp pun mendengarnya, sekolah ini bagiku lumayan populer bahkan lumayan mahal mangkannya orang kaya siffa masih bersekolah disini. mungkin aku orang termiskin disekolah ini maka dengan itu aku diremehkan oleh siffa. siffa tidak memiliki pacar dengan alasan 1 lelaki membosankan.

aku saja yang berpacaran sudah cukup stres dan gila karena ulah para penghuni sekolahan yang tidak jelas dan pikiran pacarku yang terlalu mikirin hal hal berbau dewasa.

Hampir setiap malam ia meminta p*p tubuh ku dan selalu aku tolak dengan alasan lampu takut mengganggu orang rumah karena sudah saatnya tidur bagi keluarga ku. dan entah dia percaya atau tidak aku tak memikirkannya.

pacarku mungkin menyukai siffa yang banyak uang, suka berpoya poya dan suka dengan ke agresif an lelaki disekitarnya entah dia masih pera*an atau sudah tidak perawan aku tak tahu selak buluknya siffa.

dengab heran dan aneh mengaoa siffa sebegitu benvi kepadaku, dan mengapa selalu mengnggangguku

"eh santi yang manis, katanya suka buat onar yah disekolah ini sebelum aku pindah kesini" ucap siffa

"nakal aku tau waktu, sekarang waktunya serius bukan nakal atau sombong sombongan" ucapku lalu meninggalkan siffa.

"norak, aku tuh udah ngelakuin bandel dari kecil sebelum kamu Santi, jangan belagu deh kamu, kamu itu gak tau dunia jahat kan" ucapnya seakan akan dia tahu segalanya yang ada disekitarku , malah lebih tepatnya sok tahu.

"bukan urusan kamu, kamu tidak tahu saya tapi saya tahu pribadi dan sifat kamu, busuk didalem lebih parah daripada busuk diluar" ucapku menyindir siffa

"eh buleneng, walaupun aku jahat, katro, tapi aku tetap dianggap cantik dan kaya nggak kaya kamu, hati baik tapi dijauhin haha" ucapnya sok paling paling

akhirnya aku tinggalkan saja siffa dan aku diamkan dia aku tak peduli dan aku sudah tidak melayani nya lagi, percuma aku berbincang dengan orang yang memiliki kesyirikan, kebusukan, ketidak sukaan, dan kemunafikan seperti dia.

akhirnya akupun memilih masuk ke kelas dan duduk manis saja biarlah 3 curut itu maunya apa dan bagaimana. aku tak pedulikan, mereka bukan incaranku tapi incaranku adalah lulus kerja dan kuliah sukses juga.

kadang manusia seperti hewan bahkan lebih b*doh manusia dibanding hewan. hewan saja menjaga satu sama lain atau sesamanya namun manusia tidak. astaga hidup ku kisahnya mengapa seperti ini sih. - grutu ku sambil mengambil handphone, dari pada bosan jadi lebih baik main handphone kataku dalam hati.

wahh kapan damar memberi kabar lagi denganku, mengapa juga dia membandingkan aku dengan 3curut itu, kan damar tau aku bukan orang kaya aku sederhana, kulit kuning kunyit, tinggi tau terlalu bahkan badanpun gemuk, mengapa harus bilang aku jauh beda dengan 3curut itu.

dasar lelaki buaya, terserah lah mau apa, tak ada guna nya juga aku bertengkar di sosmed, tak ada selesainya juga bila aku ladeni toh suatu saat nanti pasti akan ada lagi masalah yang lebih besar. aku hanya menunggu sampai semua membesar, karena semua masalah tak perlu diungkit bahkan sampai semua orang tau dan sampai berdebat terlalu lama. malu maluin diri sendiri.

hari ini benar benar tak ada kisah yang mengasikan, namun syukurku tak pernah berakhir, karena aku masih diberi nikmat hidup dan rejeki lainnya.

"main game aja kali ya"-ucapku perlahan pada diri sendiri, "tapi sayang bentar lagi masuk dan nggak boleh main handphone, udahlah main yang offline saja" gumamku sendiri.

Iya sedikit lagi, dan...

"braaakkkkkkkk!!... (suara mejaku di gebrak oleh siffa, aku sempat kaget namun tidak tercengang) eh santi, gapunya teman ya, main sendiri an, kamana mana sendirian, gimana pacar kamu? masih stay sama kamu?" ucapnya sambil menatap, sedangkan aku masih memainkan gamenya. "budek ya ini orang, lu punya kupingkan nggak mungkin aku segede gini nggak kamu liat" kesal siffa karena tak aku layani, dan akupun memasang earphone ke kupingku dan dia semakin marah terhadapku, namun aku yasudahlah terserah.

destri :"Siff, apa perlu aku dan nana yang jadi peran kamu sekarang" dengan nada meledek destri berbicara

Nana :"betul siff, aku dan destri, gimana?"

destri :"udahlah siff, ngabisin emosi doang kamu tuh kalo ngomong sama si santi" ucap destri sambil memalingkan wajahnya ke wajah siffa lalu kewajahku

siffa :"sikat bersih dia sekarang juga" ucap marah siffa terdengar lebih seram dibanding suara tokek dimalam hari.

kringgggggg.... bell berbunyi keras, bila siswa/i tidak mendengar berarti dia budek, saatnya masuk kelas, pelajaran selanjutnya akan dimulai. begitulah sindiran dari bell sekolah ini. mangkannya siffa bilang ini rendah, ini tidak mewah namun beda bagiku orang sederhana, akhirnya dengan ada bell aku tidak jadi berdebat dengan 3 curut itu.

tiba tiba guru kejuruan datang, akhirnya siffa and the geng nya duduk dimasing masing tempat duduk. dan dengan aneh ibu herna memandang ke arahku dan ke arah siffa. jika bu herna memandangku pasti karena earphone dan handphone ku masih berada di atas meja maka dengan itu aku bereskan namun ada apa bu herna melihat ke arah siffa.

Bu Herna ;"siffa, orangtua kamu datang ke ibu tadi, papih kamu bilang kamu tidak betah sekolah disini? kamu itu pindahan ini udah mau kelas 12 apa kamu yakin akan pindah, jika kamu pindah hanya menghabiskan waktu dan uang orangtua kamu, 1tahun sekolah masa 1tahun neda gedung sekolah" siffa masih melihat kearah ku dan masih dengan keadaan marah "siffa..." bentak bu Herna.

siffa :"yah jelas dong bu, sekolahan ini itu khususnya untuk orang miskin seperti santi bukan orang kaya seperti saya, sekolah seperti ini masa iyah dijadikan sebuah sekolah ter favorit di khusus ibu kota seperti ini"

lagi dan lagi siffa selalu merendahkan diri ku, siffa tidak tahu dan tidak akan pernah tahu betapa tersesetnya hati ku ketika dia membandingan kekayaan ayah dan ibunya dengan keluargaku. sungguh miris hidup dibagian debu berhembusan dan dibagian asap kenalpot busway.

Bu Herna :"siffaa, tidak boleh kamu berkata seperti itu, biar santi sederhana tapi santi tidak memiliki raut wajah dan tata bicara seperti kamu, percuma kaya raya bibir otak hati dan sifat/sikap tidak terpuji, kasihan sekali orang tua kamu, lagi pula sekolah ini tidak membutuhkan kamu siffa, kamu tidak berguna disekolah ini juga, percuma cantik ditawat namun hanya luaran, sungguh siksaan bagi mamih papih kamu." marah Bu Herna karena ucapan siffa yang memang cukup keterkaluan.

siffa :"gara gara gembel kaya kamu, aku yang kena dasar santi miskin, gembel , tidak cocok bersekolah mending mungut sampah saja sana" ucap siffa karena kesal

Bu Herna :"kapan kamu akan keluar dari sekolah ini, saya tidak membutuhkan siswi yang ber-etitude sangat buruk seperti kamu, saya akan segera mengurus surat pindah kamu siffa" dengan meninggalkan kelas bu herna pun meneteskan air matanya.

sepulang sekolah akhirnya aku mampu tenang diperjalanan walaupun tidak begitu menyenangkan hari ini, namun tidak apa apa tuhan sedang menguji kesabaranku.

hari ini sungguh melelahkan pulang sekolah berjalan kaki, disekolah banyak masalah dengan siffa, semoga dirumah tak ada masalah dan tetanggaku pun tak membuat onar.