sesampai dirumah akhirnya aku bisa beregat sebentar lalu membuka bajuku untukku pakai esok, rok ini.
"assalamualaikum..." ucapku
"waalaikumssalam... santi tadi ibu ditelpon pak dendi, pak dendi bilang kamu habis bertengkar dengan siffa apa benar" ucap ibu dengan mukaku yang tercengang.
"tidak bertengjar mah, hanya berdebat sedikit biasa masalah anak kecil" ucapku untuk menghibur ibu.
"yaudah, ganti baju makan" ucap ibu
Aku pun naik ke kamarku dan menggangi bajuku, namun aku rebahan sebentar biar agak rileks badanku masih cukuo cape apalagi panas panasan ditengah hari. semoga ibu memasan makanan kesukaanku. pemikiran positif ku saat itu dan tiba tiba "tokkk tokkk tokkk tokkk..." berkali kali berbunyi namun sudahlah tak rugi pun jika aku tak membuka kan masih ada ibu diruang tengah. "assalamualaikum bu berrto, segeralah keluar saya dan tetangga lain ingin berbicara" teriak para tetangga ternyata. Namun mengapa terdengar hingga kamarku, ada apa ini. (khawatir ku saat itu sedangkan ayahku berrto masih berada di luar kota dengan kliennya).
"bu berrto, bagaimana sih santi bisa seperti itu" samar samar pendengaranku karena mereka berbisik-bisik.
"emang mengapa ibu ibu dengan anak saya santi, apakah anak saya mempunyai masalah" ucap ibu dengan nada biasa
aku menuruni anak tangga dan berkata "mah... dimana lauhnya" hanya untung menarik perhatian bahwa disini ada aku dan aku sudah mendengar.
Bu Kasih :"eh santi anak manis.... udah pulang sekolah, ngomong ngomong perut kamu udah isi berapa bulan" astaga kok tetanggaku mulutnya sok tahu sekali -batinku
Ibu :"santi hamil? sejak kapan? kenapa gabilang sama ibu santi" ucap ibu cemas dan malu.
Bu Rosalina :"bukan begitu bu ibu, kalo Santi hamil sama damar pacarnya itu" hisss dasar ibu ibu arisan rempong - batinku lagi
Ibu :"santi sayang..." dengan air mata ingin turun aku pun segera bicara "tidak ibu aku tidak hamil demi allah begituan saja aku tidak pernah bagaimana aku bisa hamil" ucapku judes.
Aku :"maaf yah ibu ibu, saya masih bisa menjaga diri saya sendiri, ibu ibu mending tanya anaknya aja deh" ucapku lagi sambil menghampiri ibuku.
Bu kasih :"ih Santi jangan judes atau galak begitu kamu itu butuh yang ngerawat kamu santi" ucapnya sok dijudes judesin.
Aku :"mau aku buka kemaluanku, bukti apa? testpack? atau ke dokter? saya sih ayok"
Bu Rosalina :"duh anak kecil ini udah ketahuan sering berhubungan in**m dengan pacarnya tapi sok sok an jual mahal" dengan raut wajah yang berbeda semuanya, dan ibuku menangis. Aku ajak saja seseorang dan aku buka celanaku ku perlihatkan bagaimana rapatnya vaginaku karena belum tersentuh. dan aku berkata akupun ingin melihat anaknya. anaknya yang sudah Open BO selama 3tahun demi makan dan orangtuanya tidak bekerja, diapun sering dipakai oleh ayahnya. dengan kesal juga aku meminta ingin melihat kepemilikan anaknya. Aku bawa lagi ibu Rosalina ke ruang tamu dan berkata "Bu, semuanya ibu Rosalina sudah menyaksikannya bahwa saya masih perawan, tidak seperti anaknya yang sudah open BO dan dijadikan bahan bahkan dipakai oleh anaknya" ucapku dengan nada tinggi.
Seketika semua hening dan bu rosalmenghpiriku
"plaakkkkkkk..... (Kurang lebih begitulah bunyi tamparan dati bu Rosalina) jaga lidah kamu ya anak haram" dengan nada marah bu Rosalina berkata seperti itu
Aku :"ibu Rosalina yang terhormat dan semua para tetangga ku yang aku hormati dan sayangi, saya tidak akan berkata anak ini begitu anak ini begini sebelum adanya saksi atau bukti, saya mempunya keduanya tentang adellia anak ibu" ucapku pelan dengan raut wajah yang cukup tidak tenang
Ibu Rosalina :"mana buktinya, siapa saksinya bawa kepada saya tampilkan sekarang" dengan amarah dan teriakan bu Rosalina diikuti tetesanan air mata, aku ambilkan handphone ku dan aku buka vidio termasuk WhatsApp ku dengan orang yang pernah mengorder anaknya adellia zahro widiyanti, dengan telanjang bulat anaknya terdampar dimasur dengan memasukan kemaluan lelaki pada mulutnya, dan disitu ada 3temanku dan 3 orang asing 2orang temannya temanku "lihat ini saya memiliki vidionya 5buah vidio saya tidak ambil semua vidio anak ibu, dan ini ada bukti chating saya dengan repan, dilo dan yang lainnya, disini tertera bukti bahwa mereka sudah memboking 2hari kamar hotel untuk melakukan hal keji itu" mukaku semakin panas karena melihat ibuku menangis karena ucapan para ibu ibu disini.
"Buat para ibu ibu semua, bukan saya senang mempunyai bukti ini semua, dan bukan saya hanya memiliki bukti anaknya bu Rosa, namun saya tahu tentang anak anak ibu semuanya, saya selalu dibilang aneh anehpun tidak pernah menjatuhkan harga diri orang lain sebelum orang itu menjatuhkan harga diri saya atau keluarga saya, contohnya ibu Rosalina ibunda adellia" ucapku agar ibu ibu atau tetangga semua malu dan introspeksi diri masing masing.
Saat itu hening semuanya hanya 1suara dari ibu rosalina tangisan yang tak membendung, bahkan menahan malu, aku mampu merasakan malunya namun aku tak takut berkata jujur, bukan niatku untuk membuka aib anaknya melainkan dirinya sendiri yang membuat malu keluarganya. Pikiranku lebih kacau dari yang biasa dengan siffa karena ini sudah banyak mengandung unsur kekeluargaan, keharmonisan, kemasyarakatan, dan kerukunan.
"bu Rosalina, bukan saya ingin memalukan keluarga ibu, dan untuk para tetangga saya, jaga diri kita dan para teman bahkan saudara/i kita dan hubungan silahturahmi kita bukan untuk sombong sombongan atau pamer kita harus saling merangkul, rumah kita tidak berjarak jauh namun mengapa mitos begitu banyak tentang keluarga saya" ucapku saat itu dengan tetesan air mata karena malu sudah memperlihatkan betapa buruknya keluarga lain dati pada hidup saya sendiri dan saya merasa saya lebih baik. Saya malu dengan keadaan saya yang sombong saat ini.
Akhirnya semuanya pergi dari rumah dan pamit, begitu juga ibunda adellia, bahkan mereka semua meminta maaf dengan kejadian hati ini yang sudah main hakim sendiri atau menilai dengan apa yang mereka dengar bukan yang mereka lihat dan mereka buktikan itu benar atau tidak.
Akupun pergi ke kamar namun sebelumnya aku meminta maaf pada ibu, bahwa aku sudah berperilaku seperti tadi. Bukan niatku atau dengan sengaja, bukan juga aku kumpulkan untuk dendam atau untuk bukti yang akan datang dan sengaja aku simpan, temanku semua tak ada yang benar aku bermain dengan lelaki yang bila salah berkata salah bila benar berkata benar, dan lelaki yang selalu ada untukku dibanding damar, danar jauh berbeda dengan semua teman temanku, tidak sedikit dari temanku yang menyukaiku, namun karena aku tak ingin kekeluargaan ini hancur akhirnya aku pura pura tidak tahu dan begitu juga mereka pura pura biasa saja. Karena oada umumnya manusia pandai menyembunyikan segalanya walau tahu semuanya tak bertahan lama. Seperti kata pepatah sepandai pandainya kita menyembunyikan sebuah bangkai, baunya akan tercium juga.