Pak Marco langsung masuk ke dalam kamar Qiran. Ia tidak peduli, meski Bi Mira melarangnya untuk masuk. Karena Qiran adalah anaknya, anak semata wayangnya.
"Qiran! Sayang, kamu baik-baik saja kah?" tanya Pak Marco pelan.
Qiran tidak menjawabnya, karena terlihat oleh Pak Marco, Qiran dalam keadaan tertidur di atas tempat tidurnya. Namun, meskipun begitu, Qiran tahu kalau ayahnya pasti akan memaksa masuk, apalagi mengetahui kalau dirinya sedang menangis.
Untungnya, sebelum Pak Marco masuk, Qiran sudah bersiap-siap untuk pura-pura tertidur, karena telah menguping pembicaraan Pak Marco dengan Bi Mira tadi. Jadi, gadis itu bisa menyembunyikan raut wajahnya yang sudah sembab itu.
"Kamu sudah tidur ya? Daddy dengar, kamu habis nangis? Nangis karena apa? Perasaan hari ini Daddy gak bikin kamu kesal deh!" kata Pak Marco sembari duduk di tepi ranjang anaknya. Sementara, Qiran tertidur membelakangi Pak Marco.