Sejenak Alby berhenti mengecek dokumen-dokumen itu, ia langsung menatap Qiran dengan tatapan yang sangat tajam. Karena biar bagaimanapun juga, Qiran harus mempercayai nya, bahwa dirinya tidak ada hubungan apa-apa dengan Caca. Soal bertemu, itu hanya lah kebetulan saja. Dan Alby berharap, Qiran harus percaya pada dirinya.
"Tadi, di rumah sakit, aku berpapasan dengan Caca, ya mau tidak mau kan aku menyapa dia,"
"Kenapa harus menyapa dia? Aku aja sekarang nggak sudi nyapa dia!" kata Qiran dengan tatapan sinisnya.
"Iya, maaf. Tadinya mau balik lagi, lewat jalan yang sepi, tapi aku udah keburu ingin bertemu dengan kamu, jadi ya terpaksa berpapasan dengan Caca, biar cepat," kata Alby yang berusaha agar Qiran tidak marah-marah.
"Halah alasan!"
"Sayang, jangan marah dong. Kan hanya berpapasan saja, tidak lebih!"