Fritdjof menarikkan kursi untuk Kana dan menunggu Kana duduk sebelum mengambil tempat di depan Kana. Selama beberapa saat mereka menikmati makan malam yang … Fritdjof tidak tahu harus mengatakan apa. Ini semua membuat kerinduan Fritdjof akan kota kelahirannya sedikit terobati. Sama sekali dia tidak menyangka Kana akan mau repot-repot mencari resep dan menyiapkan semua ini untuknya.
"Aku nggak tahu apa makanan ini cocok untuk menu makan malam, tapi ini makanan yang kelihatan mudah dibikin, jadi aku memilihnya." Suara Kana memecah keheningan di antara mereka. Hanya denting garpu dan pisau yang terdengar sejak tadi. "Aku juga nggak tahu gimana cara membuat rye bread, jadi hanya kentang biasa ini yang kubuat." Kana menunjuk sepiring kentang di depan Fritdjof.
"Semua ini sempurna. Rasanya ... aku seperti memakan makanan yang dikirim dari surga. Apalagi makan malam ditemani bidadari. You know what, Kana? A woman who gives a man her food, gives him her heart." Fritdjof menatap dalam-dalam sepasang manik hitam mata Kana. Bibir Fritdjof tidak berhenti tersenyum sedari tadi.
Wajah Kana kembali memerah karena Fritdjof menatapnya sangat intens. His eyes observe and appreciate her, it makes her feels so special in his life. Cahaya temaram dan suasana hening di ruangan ini memberikan rasa yang berbeda bagi Kana. Hangat. Dekat. Intim. Hanya ada Kana dan Fritdjof di sini. Tidak ada apa pun atau siapa pun yang mengusik mereka.
"That's all what you have to do." Fritdjof tidak melepaskan pandangannya dari Kana.
"Do ... what....." Kana berbisik pelan. Jantungnya berdebar-debar karena Fritdjof tidak pernah lepas memandangnya sepanjang makan malam mereka. Seperti ... Fritdjof tahu makan malam yang disajikan enak tai penghargaan tertinggi tetaplah harus menjadi milik Kana.
"Give me your heart and I'll give you the world." Fritdjof meraih tangan Kana dan meremasnya. "Velbekomme[1]!"
Fritdjof kembali makan dan Kana merasa sedikit lega. Jantung Kana sudah hendak keluar dari rongga dada karena terlalu bahagia mendengar semua kata-kata indah yang diucapkan Fritdjof hanya untuk Kana.
"Lanjutkan makannya, Kana." Berapa besar peluangnya, dari tujuh miliar orang yang menghuni planet bumi ini, orang yang kita sukai juga memiliki perasaan yang sama? Saat ini keajaiban—yang biasanya tidak dia percaya—itu terjadi pada Fritdjof. Fritdjof duduk di sini bersama wanita yang telah makan malam untuknya. Wanita yang sangat cantik yang membuat Fritdjof tidak bisa berhenti menatap. Fritdjof bisa mati malam ini karena terlalu bahagia. Sebab dadanya akan meletus karena tidak cukup mampu menampung semua perasaan bahagianya.
"Apa kamu suka makanannya?" tanya Kana.
Tidak ada yang cacat pada masakan Denmark yang dibuat Kana. Rasa sausnya mungkin tidak persis seperti yang dibuat ibunya—ibunya sendiri juga bukan orang Denmark. Tetapi ini cukup mengobati kerinduannya akan keluarga dan negaranya. "I love everything, Kana. The foods. And the company. Thank you very much for all you��ve done to me. To us."
***
"Kadang-kadang aku takut." Kana menggerakkan tangannya di sepanjang rahang Fritdjof. Rambut-rambut halus yang baru tumbuh di sana menggelitik jemarinya.
Fritdjof menghentikan tangan Kana kemudian membawanya ke bibirnya. Setelah makan maman, mereka duduk berpelukan di sofa di depan televisi, masih dengan cahaya lilin saja yang menerangi ruangan.
"Takut?" Fritdjof menatap mata Kana. Perasaan nyaman merayapi hati Fritdjof. Sejak Kana memberikan tempat kepada Fritdjof di dalam hidupnya, rasa nyaman tidak pernah lepas dari hati Fritdjof. Untuk satu rasa itu saja Fritdjof mau menukar segala yang dia miliki. Tidak pernah sekalipun Fritdjof merasa dirinya utuh, kecuali saat sedang bersama Kana.
"You are the best thing that's ever happened to me." Kana menyurukkan kepalanya ke dada Fritdjof. "Aku takut kalau suatu hari nanti harus kehilangan kamu."
"No, Kana." Fritdjof menyentuh dagu Kana, memaksa kepala Kana memandang tepat ke mata Fritdjof. Keragu-raguan tidak boleh dibiarkan mengusik kebersamaan mereka. Kana harus tahu bahwa Fritdjof akan melakukan apa saja untuk mempertahankan kebersamaan mereka. Selamanya. Karena hanya di sini, saat memeluk tubuh wanita yang membuat Fritdjof jatuh cinta, Fritdjof melupakan semua kenangan buruknya. Hatinya yang dulu dibiarkan beku, kini sudah mulai bisa merasakan kehangatan. "We will make it if we both are keep trying."
Kana tersenyum dan mengangguk. Lalu dengan keberanian yang telah dia kumpulkan, Kana mendekatkan bibirnya ke bibir Fritdjof.
***
Fritdjof duduk bersama Daniel siang ini. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah lima tahun tidak bertemu. Dulu Daniel mendapat beasiswa untuk kuliah di Københavns Universitet dan Fritdjof bertemu dengan Daniel saat Daniel bertanya kepada Fritdjof bagaimana cara menuju Nørreport Station. Tahu bahwa Daniel baru datang dari negara jauh, Fritdjof dengan senang hati membantu Daniel selama Daniel kuliah di Denmark.
"Kamu kerja di sana tadi?" Daniel menjemput Fritdjof di kantor tadi.
"Iya. Aku belum cerita?" Seingat Fritdjof, dia sudah pernah bilang ketika dia akan pindah ke sini. Kota yang sama dengan tempat tinggal Daniel sehingga mereka akan bisa menyambung pertemanan yang sempat terputus karena masalah jarak.
Walaupun satu kota, mereka berdua sama-sama sibuk sehingga mereka baru bisa bertemu sekarang. Berkali-kali janjian, Fritdjof yang tidak bisa. Akhirnya Fritdjof memilih bertemu saat makan siang begini karena saat akhir pekan atau malam har,i Kana selalu ingin menghabiskan waktu bersama Fritdjof. Tanpa disadari, Fritdjof sudah memprioritaskan Kana di atas segalanya. Dan Fritdjof akan terus melakukannya. Sebab Kana berhak mendapatkan perlakuan istimewa seperti itu dari kekasihnya.
"Mantan pacarku kerja di situ juga." Daniel meneguk air mineralnya.
"Oh ya? Siapa?" Fritdjof tertarik dengan cerita ini. Biasanya Fritdjof bukan orang yang suma membicarakan masalah dengan orang lain. Lebih-lebih masalah asmara. Tetapi sekarang, Fritdjof senang mendengar cerita-cerita seperti ini. Karena Fritdjof tidak lagi merasa iri. Sudah ada wanita luar biasa di dalam hidupnya.
"Kana."
"Siapa?" Fritdjof takut ada yang salah dengan telinganya.
"Namanya Kana. Dia programer di sana, mungkin kau kenal." Daniel memberikan keterangan tambahan yang membuat Fritdjof menjadi luar biasa kesal. Siapa lagi Kana programer di kantornya selain Kananya? Hanya ada satu Kana di gedung tempatnya bekerja.
"Kapan putus dengannya?" Fritdjof mengatur suaranya sedatar mungkin. Supaya kecemburuannya tidak tampak. Mungkin ada informasi mengenai Kana yang bisa didapatkan dari Danie. Sesuatu yang tidak akan diceritakan Kana kepada Fritdjof atau siapa pun.
"Sudah lama, setengah tahun mungkin." Daniel tertawa pahit.
Fritdjof bisa menilai bahwa Daniel masih patah hati hingga hari ini. Karena Fritdjof sendiri pernah mengalami dan tahu pahitnya membicarakan masa sulit tersebut. Membicarakan sama artinya dengan mengingat semua detail kejadian. dan itu membuat waktu yang diperlukan untuk melupakan semakin panjang.
"Kenapa putus dengannya?" Fritdjof merasa harus tahu apa alasan hubungan Kana dan Daniel berakhir, karena berkaitan dengan Kana, wanita yang dicintainya.
"Dia yang mau putus. Sudah terkenal Kana itu … player. Banyak yang bilang selama ini Kana menjalin hubungan dengan laki-laki paling lama hanya tiga bulan. Setelah itu dicampakkan. Sudah banyak laki-laki yang dipermainkan seperti itu." Jawaban Daniel membuat Fritdjof tertegun. Sama sekali tidak tahu mengenai sisi lain dari Kana.
"Kenapa kencan dengannya … mau dekat dengannya …. kalau sudah tahu dia seperti itu?" Fritdjof berusaha menghilangkan pikiran negatif yang tiba-tiba di kepalanya. Sekarang Kana pasti sudah berubah dan tidak menganggap Fritdjof sebagai mainannya juga.
(Bersambung)
[1] Selamat makan.