Tidak. Kana tidak salah apa-apa. Hell, Kana bahkan tidak tahu apa-apa. Yang salah adalah Fritdjof. Sebab begitu mudah jatuh cinta. Tanpa mencari tahu dulu bagaimana masa lalu wanita yang membuatnya jatuh cinta. Fritdjof sudah dibutakan oleh cinta di hatinya. Sejak bertemu Kana, Fritdjof seperti lupa bahwa otaknya seharusnya ikut bekerja juga. Fritdjof kecewa. Sungguh kecewa. Bukan Kana yang menyebabkannya kecewa. Tetapi Fritdjof kecewa pada dirinya sendiri. Pada harapan-harapan yang telah dia tumbuhkan, yang bisa mati kapan saja.
Fritdjof memejamkan mata dan memutuskan untuk mengabaikan pesan Kana.
***
Seperti pagi-pagi sebelumnya, Fritdjof menunggu Kana di depan apartemen Kana. Belum sampai lima menit Fritdjof berdiri di sana, Kana muncul sambil tersenyum. Damn it, Kana! Umpat Fritdjof dalam hati. Apa Kana tersenyum secantik itu kepada semua laki-laki yang berkencan dengannya? Kepala Fritdjof berdenyut memikirkan kemungkinan itu. Kana tidak memerlukan modal apa-apa untuk membuat laki-laki bertekuk lutut di depannya. Cukup dengan satu senyuman saja.
"Fritdjof…." Suara lembut Kana menyadarkan Fritdjof. "Apa kamu nggak lupa sesuatu?" Sepasang mata bulat yang indah sempurna memandang Fritdjof.
Apa kamu menatap semua laki-laki seperti itu? Fritdjof mendengus dalam hati. Dengan mata berbinar penuh cinta? Tanpa mengatakan apa-apa, Fritdjof berjalan menuju lift dan Kana mengikuti di belakangnya.
"You forgot my morning kiss." Kana mencium bibir Fritdjof di dalam lift.
Apa kamu juga mencium bibir semua laki-laki yang berkencan denganmu sebelumnya? Fritdjof merasa luar biasa kesal memikirkan apa yang mungkin dilakukan Kana dengan lakilaki selain dirinya. Di masa lalu atau masa depan.
"Astaga, Fritdjof! Ini masih pagi. Kenapa kamu sudah mendengus-dengus begitu? Seperti kuda saja." Kana menggerutu ketika duduk di samping Fritdjof di mobil dan memasang sabuk pengamannya. "Kalau kamu bad mood pagi ini, aku bisa berangkat sendiri. Nanti sore aku mau pulang sendiri, kalau kamu masih seperti ini."
Salah makan apa Fritdjof ini. Aneh sekali kelakuannya sejak kemarin, Kana tak habis pikir. Semalaman Kana memutar ulang apa saja yang telah terjadi sepanjang pagi hingga siang kemarin, yang menyebabkan suasana hati Fritdjof menjadi buruk sekali seperti ini. Namun Kana tidak menemukan jawaban.
"Kamu pulang bersamaku!" Suara Fritdjof tegas dan tidak ingin dibantah.
"Untuk apa? Pulang denganmu atau sendiri nggak ada bedanya. Kita nggak bicara, aku ngomong kamu nggak tanggapi. Malas ya, aku disuruh duduk seperti patung begini!" Sergah Kana. "Aku nggak ngerti ini ada apa ya, Fritdjof. Kalau masalah yang mengganggumu itu berhubungan sama aku, apa kita nggak bisa ngomongin ini baik-baik? Kamu kasih tahu aku salah apa, jadi aku bisa perbaiki dan kamu nggak kesal lama-lama begini."
Fritdjof diam tidak mengatakan apa-apa.
"Nggak mau jawab juga kamu? Aku capek, Fritdjof. Harus nebak-nebak apa yang ada di kepalamu. Kenapa kamu memperlakukan aku kayak gini. Sesalah-salahnya aku, masa aku nggak bisa dapat kesempatan buat memperbaiki? Buat minta maaf? Jangan terus diam! Tolong! Kamu anggap aku ini patung? Pajangan? Aku mau pulang sendiri, kamu marah. Kamu ingin bersamaku, tapi sikapmu nggak bisa diterima akal sehat!" Kana mengembuskan napas frustrasi karena Fritdjof tidak juga bersuara. "Sampai kamu sembuh dari apa pun itu, aku bisa pergi dan pulang sendiri. Kamu pikir yang bisa kesel cuma kamu aja?"
Kana kesal karena Fritdjof tidak mau memberitahu apa yang sebenarnya terjadi. Apa yang mengganggu pikirannya. Padahal Kana sudah berusaha bertanya dan mengajak bicara.
"Tidak! Kamu. Bersamaku. Ke. Mana. Pun!" Fritdjof menekankan pada tiap kata.
"Astaga, Fritdjof! Aku bukan anak kecil!" Kana berseru kesal. "Yang bisa kamu larang melakukan sesuatu tanpa diberi alasan jelas. Sebelum ada kamu di sini, aku ke mana-mana sendiri. Aku nggak akan mengizinkan laki-laki mengatur-atur hidupku seperti ini. Aku manusia bebas. Aku nggak bisa dikekang. Aku nggak suka diatur-atur. Selama ini aku senang ke mana-mana bersamamu karena ... aku merasa nyaman melakukan sesuatu bersamamu. Tapi sekarang aku nggak nyaman. Aku ingin sendiri dulu sampai...."
"You heard me, Kana! Jangan membantah!" Potong Fritdjof. "Kamu ingin ke mana-mana sendiri biar bisa ketemu laki-laki di luar sana?" Fritdjof muak memikirkan kemungkinan ada laki-laki lain. Laki-laki selanjutnya yang akan dipermainkan Kana setelah puas menghancurkan hati Fritdjof. Mulai sekarang Fritdjof akan memastikan Kana selalu bersamanya. Agar Fritdjof bisa mengawasi Kana dan memperkecil kemungkinan Kana bertemu dengan siapa pun selain Fritdjof.
"Laki-laki lain?! Kamu menuduhku selingkuh?! Kamu menuduhku punya pacar lagi selain kamu?!" Kana berteriak kencang di dalam mobil.
Teriakan Kana membuat Fritdjof hampir menginjak rem. Demi keselamatan mereka, Fritdjof masuk jalur lambat dan menghentikan mobilnya.
"Atas dasar apa kamu menuduhku seperti itu?!" seru Kana lagi. Kana tidak terima Fritdjof meragukan kesetiaannya.
"Aku tidak bilang kamu selingkuh." Akhirnya Fritdjof menjawab.
"Oh you did! Kamu jelas menuduh aku akan keluyuran, ketemu laki-laki lain selain kamu. Aku malas bersamamu kalau begini caranya. Kita bersama sementara kepalamu dipenuhi kecurigaan bahwa aku mungkin selingkuh? Well, thank you very much." Kana melepas sabuk pengamannya dan bersiap turun. "Kamu ini gila atau kenapa sih, Fritdjof? Bisa-bisanya kamu berpikir aku berbuat serendah itu. Asal kamu tahu, saat aku bilang aku mau pacaran sama kamu, aku akan menjaga komitmen itu!" Kana ingin menangis, menahan marah dan sakit hati karena Fritdjof menilai Kana serendah itu
Dengan cepat Kana berjalan meninggalkan Fritdjof yang terdiam di dalam mobil. Bisa-bisanya Fritdjof mengira menuduh selingkuh. Selama bersama Fritdjof, tidak pernah sekali pun Kana bertemu laki-laki lain. Bahkan dengan Alen pun tidak. Kana mengentakkan kakinya dan menghentikan taksi yang melintas.
***
Kana telah kehilangan Fritdjof yang biasanya bersikap hangat kepadanya. Setiap pagi Kana berangkat ke kantor bersama Fritdjof. Mau bagaimana lagi, Fritdjof sengaja menunggu di depan apartemen Kana dan memaksa Kana masuk ke mobilnya. Sama sekali tidak ada percakapan di antara mereka selama perjalanan menuju tempat kerja. Memulai pembicaraan justru akan membuat hari Kana menjadi buruk. Melihat wajah Fritdjof yang tidak tersenyum sudah sangat menyiksa. Tidak perlu ditambah dengan pertengkaran.
Setiap sore Fritdjof selalu mengantar Kana pulang dan memastikna Kana masuk ke apartemennya. Tidak pergi ke mana-mana. Bahkan pernah Fritdjof datang lagi untuk mengecek, memastikan Kana masih di dalam dua atau tiga jam kemudian. Tidak masuk akal sama sekali.
Kesabaran Kana ada batasnya. Sore ini Kana sudah tidak tahan lagi menghadapi tingkah Fritdjof yang tidak bisa dinaral itu. Kana memutuskan untuk kabur. Tadi saat makan siang Kana sudah menitipkan tasnya di meja Valeri di lantai tiga. Masa bodoh dengan Fritdjof yang tidak tahu diri itu. Yang telah berani mencurigai Kana selingkuh. Yang sembarangan mengawasi Kana seperti Kana adalah orang yang paling tidak bisa dipercaya di dunia. Tidak pernah sekali pun dalam hidupnya Kana merasa luar biasa marah pada orang lain seperti ini. Tetapi Fritdjof memang sudah keterlaluan dan Kana tidak punya tempat untuk orang seperti itu dalam hidupnya.
--
(bersambung)