Chereads / The Danish Boss / Chapter 31 - Aku Cemburu

Chapter 31 - Aku Cemburu

Kana pikir dirinyalah yang berpotensi memiliki trust issue mengingat dia trauma hebat karena kejahatan Niel—laki-laki yang dulu membuat Kana jatuh hati. Tetapi ternyata Fritdjoflah yang mempunyai beban tersebut. Apa mungkin Fritdjof pernah gagal dalam hubungan yang dulu? Hubungan dengan siapa pun sebelum Kana. Apakah kegagalan tersebut disebabkan oleh pengkhianatan? Kana tidak tahu jawabannya. Tidak ada orang yang bisa dimintai informasi mengenai hal ini. Karena kejadian itu kemungkinan besar terjadi sebelum Fritdjof pindah ke sini. Selain Daniel, yang disebut Fritdjof sebagain teman baiknya, Kana sama sekali tidak mengenal teman-teman Fritdjof.

Tetapi bertanya pada Daniel hanya akan menambah kemarahan Fritdjof. Masalah di antara mereka sudah cukup sulit dengan Fritdjof mendiamkan Kana. Kana tidak sanggup kalau harus menghadapi Fritdjof yang semakin mengamuk kalau tahu Kana menghubungi Daniel.

***

Fritdjof tiba di apartemennya hampir tengah malam. Seharian ini dia sengaja melakukan banyak pekerjaan di luar kantor. Tubuhnya semakin lelah karena Fritdjof tidak bisa tidur semalaman. Akibat didera perasaan bersalah kepada Kana. Setelah diingat-ingat, Fritdjof memang tidak punya alasan yang kuat untuk mencurigai Kana. Lebih-lebih menuduh Kana selingkuh. Kana banyak sekali menghabiskan waktu dengan Fritdjof. Tidak mungkin Kana punya kesempatan bertemu dengan laki-laki lain di luar sana. Fritdjof mengakui bahwa dia telah kalah oleh rasa takut. Takut Kana curi start untuk mencari cadangan kalau suatu hari hubungan mereka berakir. Kalau suatu hari Kana mengakhiri hubungan.

Sepertinya kepala Fritdjof perlu disiram air. Fritdjof masuk ke dapur dan mengambil air dingin. Untuk diminum. Pandangan Fritdjof tertumbuk pada wadah stainless steel di meja makan. Saat Fritdjof membuka tutupnya, bau harum langsung menyeruak keluar. Perut Fritdjof mendadak berbunyi. Karena terlalu banyak kekhawatiran di dalam dirinya, Fritdjof sampai tidak sempat merasakan lapar.

Fritdjof mengambil post it kuning yang tertempel di tutup.

Trust me, would you? As long as you keep trying, I am staying. K.

Sambil menarik napas Fritdjof mengambil sendok dan menikmati potongan daging langsung dari wadahnya. Tidak ada lagi tenaga untuk mengambil piring. Fritdjof tahu betul siapa yang mengirimkan makanan ini untuknya.

Fritdjof meneruskan makan sambil melamun, teringat obrolannya dengan Alen tadi. Calon kakak ipar Kana itu belum pulang saat Fritdjof mampir ke kantor untuk mengambil tablet-nya yang tertinggal.

"Kana gelisah seharian," kata Alen. "Dia melihat HP-nya terus, menengok ruanganmu berkali-kali. Apa kalian bertengkar?"

"Ada sedikit masalah." Fritdjof menjawab.

"Kana juga cerita sedikit padaku. Dan pada kakaknya. Kana bilang dia ingin menunggumu sampai kau bisa menerimanya. Menerimanya dengan segala kekurangannya. Kana memang tidak sempurna, tapi dia berusaha sebaik-baiknya untuk membuat hubungan kalian berjalan dengan baik. Dia mencintaimu, tidak hanya kau yang sekarang, tapi kau yang dulu dan yang akan datang. Jangan hanya memandang masalah dari sudut pandangmu saja. Ketahuilah, Kana juga pernah terluka. Aku tidak tahu masalah apa yang pernah kalian hadapi dulu, but when you can't forget the past you can't have a future. Ingat, Fritdjof, kalau kau menyianya-nyiakannya ... kalau menyakitinya, kau harus berhadapan denganku. Aku tidak peduli apa posisimu di perusahaan ini, tapi kalau kau menyakiti adikku ... aku bersedia melakukan apa saja untuk membuatmu membayarnya.

***

Kana baru keluar kamar ketika hari telah beranjak siang. Hari Sabtunya akan terbuang sia-sia, karena Kana tidak ingin melakukan apa-apa selain seharian ini. Semalaman Kana sulit memejamkan mata karena terus memikirkan the Danish boss slash boyfriend-nya. Langkah Kana terhenti. Karena orang yang mengonsumsi isi kepala Kana sekarang berada di apartemen Kana. Duduk di sofa milik Kana, di ruang TV milik Kana. Sedang santai bemain PES dan Fritdjof membawa mesin PS-nya sekalian.

"Kamu ngapain di sini?" Bagaimana Fritdjof bisa masuk ke sini?

Sontak Kana memeriksa penampilannya. Celana piama yang sudah melar kainnya dan kaus longgar berwarna merah, yang kini sudah berubah warna menjadi merah muda. Kaus bekas outbond kantor dua tahun yang lalu. Juga Kana tidak menyisir rambutnya yang pasti terlihat seperti ijuk sehabis bangun tidur begini. Siapa pun pasti tertawa kalau melihat penampilan Kana di pagi hari. Sebab di luar sana Kana selalu tampil rapi dan cantik.

"Aku mau sarapan." Fritdjof meletakkan game controller mengabaikan pertanyaan Kana.

Karena tidak bisa melakukan apa-apa, Kana pasrah dengan penampilannya. Sedah terlanjur kelihatan oleh Fritdjof juga.

"Kok kamu bisa masuk sini?" Kana berjalan ke dapur.

"Kira tadi membukakan pintu." Fritdjof menyusul Kana.

"Terus Kira ke mana sekarang?" Kana tidak melihat keberadaan kakaknya.

"Pergi."

Kana mengeluarkan tiga butir telur dari kulkas. Juga tiga lembar keju. Karena Fritdjof tidak akan pernah cukup makan satu tangkup sandwich.

"Apa kamu nggak ingin bilang sesuatu?" Kana mulai membuat scramble eggs. Benar-benar sulit dipercaya. Fritdjof berani minta sarapan walaupun belum minta maaf. Dan Kana mau membuatkan pula.

"Bilang apa?" Fritdjof mendekat.

Kana mendengus sebal, kapan Fritdjof belajar untuk segera meminta maaf begitu menyadari kesalahannya? Dengan muncul di sini, Kana mengasumsikan Fritdjof sudah tahu apa kesalahannya dan sudah siap untuk mengiba-iba kepada Kana. Ternyata tidak. "Kenapa sih kamu ini berbuat semaunya sendiri? Nuduh-nuduh orang nggak pakai alasan! Lalu kamu nyuekin aku! Berapa hari itu? Terus sekarang kamu datang ke sini minta makan? Bisa nggak kamu itu hidup pakai sedikit perasaan? Kamu pikir aku ini nggak bisa sakit hati? Bisa-bisanya kamu bertingkah seperti itu. Marah-marah nggak jelas, bilang aku selingkuh. Bisa gitu ... astaga!" Kana menjerit ketika tiba-tiba Fritdjof memeluknya erat-erat dari belakang.

"Why did you do this to me? I don't deserve it, I have never done anything for you." Fritdjof berbisik di leher Kana. Bunyi pesan Kana tadi malam bergaung di kepala Fritdjof. Pesan yang menyatakan bahwa Kana tidak akan meninggalkan Fritdjof asalkan Fritdjof mencoba untuk memercayainya. Tidak perlu diragukan, wanita ini benar-benar mencintai Fritdjof. "Kenapa kamu tetap baik padaku, tetap memberiku kesempatan walaupun kemarin aku berkali-laki menyakitimu? Membuatmu khawatir, membuatmu sedih."

"Karena aku bodoh banget. Atau nggak waras. Dituduh-tuduh menyakitkan kayak begitu juga aku masih mau menerika kamu di sini. Seharusnya aku meninggalkanmu waktu kamu ngamuk nggak jelas." Kana masih menggerutu. "Kamu nggak mau menjelaskan sesuatu?"

"Aku cemburu."

"Cemburu?" Gumam Kana tidak mengerti. Apa penyebabnya?

"Daniel bilang ... dia mencintaimu. Masih mencintaimu."

"Hanya karena dia bilang mencintaiku, lalu kamu nuduh aku selingkuh?"

"Siapa tahu dia masih mau berusaha mendapatkanmu. Lalu kamu dan dia...."

"Ya ampun, Fritdjof! Ngapain sih kamu mengkhawatirkan hal-hal yang belum terjadi? Yang nggak mungkin akan terjadi? Lagian ya, setiap orang punya hak buat menyukai seseorang. Daniel boleh suka sama aku, semua laki-laki juga boleh menyukaiku...."

"Semua laki-laki?" Fritdjof memotong.

"Yang penting aku nggak suka sama dia. Sama mereka." Kana melanjutkan, mengabaikan Fritdjof. "Kalau kamu takut ada orang lain yang mungkin bisa menarik perhatianku, membuatku berpaling darimu, bukan begitu caranya, Fritdjof. Bukan dengan marah-marah, ngatur aku nggak boleh gini nggak boleh gitu, nggak boleh ke sana, nggak boleh ke sini. Just love me, take care of me, trust me...." Hanya itu yang diminta Kana dari pasangannya, dari orang yang dicintainya. Jika mendapatkannya, Kana akan setia.

***

Kamu bisa membaca cerita ini dengan lebih cepat dan lengkap dengan mendapatkannya di Google Play: https://play.google.com/store/books/author?id=Ika+Vihara