Suara Fritdjof tidak lagi dipenuhi amarah. Tetapi suara Fritdjof sarat kekecewaan. Memang Kana belum menceritakan masa lalunya; yang dihabiskan dengan sedikit bermain-main dengan laki-laki, alasan kenapa Kana memilih berbuat seperti itu, juga kenyataan bahwa Kana sudah bertobat dan menghentikan kebiasaannya sebelum bertemu dengan Fritdjof, tetapi Kana bertekad tidak akan mengulangi segala perbuatannya dulu. Karena kini Kana punya Fritdjof di sampingnya dan Kana ingin bersama Fritdjof selamanya. Kana akan menjadikan Fritdjof laki-laki terakhir dalam hidupnya.
"Itu hanya masa lalu, Fritdjof. Sekarang sudah berbeda. Aku sekarang berkomitmen pada hubungan kita. Aku nggak sedang bermain-main." Tuhan, bahkan Kana tidak tahu menamakan hubungannya dengan Fritdjof sebagai apa. Fritdjof tidak pernah memintanya untuk menjadi kekasihnya. Hanya mereka tiba-tiba menjadi dekat dan saling menganggap sebagai kekasih.
"Apa kamu akan meninggalkanku seperti yang kamu lakukan kepada mereka?"
"Jangan bodoh!" Karena Kana sediri belum menceritakan tentang masalah ini, maka Fritdjof pasti mendengar cerita tersebut dari orang lain. Orang lain yang tidak ingin hidup Kana tenang. Kana gemas sekali ingin tahu siapa orang tersebut. Kalau sudah tahu, Kana akan minta maaf jika di masa lalu pernah menyakitinya. Asalkan itu membuat Fritdjof kembali menjadi Fritdjof yang biasanya. "Apa yang kamu dengar dari luar sana sih, Fritdjof? Kamu habis bicara sama siapa?" Kalau Fritdjof tidak menjawab ini, Kana tidak tahu lagi. Ke mana dia akan mencari tahu siapa orang tidak bertanggung-jawab itu?
"Dengan Daniel."
"Gimana kamu bisa kenal sama dia?" Di antara semua orang di dunia ini, kenapa Fritdjof malah bertemu Daniel? Kenapa Fritdjof harus berteman dengan orang itu? Seperti tidak ada orang lain di republik ini. Daniel juga, kenapa harus menyebut-nyebut bahwa Kana mantan kekasihnya di depan Fritdjof? Topik apa yang mereka bicarakan hingga sampai pada nama Kana? Seingat Kana, hubungannya dengan Daniel tidak begitu dalam. Hanya karena Daniel kenal dengan Kira lalu tanpa sengaja Kira dan Kana bertemu Daniel. Daniel tertarik pada Kana dan Kana pikir Daniel adalah laki-laki yang baik, mungkin bisa membuat Kana jatuh cinta. Selama tiga bulan mereka dekat. Selama bersama, Kana mendapatkan keyakinan bahwa dia tidak bisa mencintai Daniel. The rest is history.
"Itu tidak penting. Apa kamu mencintai Daniel? Pernah mencintainya?" Fritdjof berusaha keras menahan amarahnya. Apa kejadian yang sama akan terulang lagi? Orang yang dicintai Fritdjof mencintai teman baik Fritdjof?
"Aku nggak mencintainya." Kana menjawab dengan yakin.
"Apa kamu pernah mencintainya?"
"Nggak!" Kana menjawab dengan tegas. "Tadi sudah kujawab."
Fritdjof memandang Kana tidak percaya. Apa yang baru saja dikatakan Kana? Benar-benar susah dipercaya. "Kenapa kamu pacaran dengan laki-laki yang tidak kamu cintai?"
"Fritdjof, itu hanya masa lalu. Aku dulu hanya main-main...."
"Main-main? Kamu mencari kebahagiaan dengan mempermainkan perasaan orang?" Seperti tidak ada mainan lain saja. Ya Tuhan, wanita ini benar-benar membuat Fritdjof kehilangan kata.
"Aduh, Fritdjof, bukan begitu. Aku dan Daniel memang sepakat untuk mencoba bersama walau belum ada perasaan apa-apa. Kami ingin tahu apakah kami cocok dan ternyata nggak. Kami nggak saling mencintai."
"Daniel mencintaimu!"
"Apa?" Kana melongo tidak percaya. Yang benar saja. Detik berikutnya Kana harus menahan tawanya. Daniel mencintainya?
"Ya. Dia masih mencintaimu. Sampai sekarang."
Setelah setengah tahun berlalu, Kana baru tahu Daniel mencintainya sekarang? Kana tertawa geli. Tetapi kenyataan itu tidak akan mengubah apa pun. Bukan Daniel yang dicintai dan diinginkan Kana.
"Kamu pikir ini lucu?" Fritdjof menegur Kana.
"Aku nggak tahu harus ngomong apa. Lalu yang kamu permasalahkan apa, Fritdjof? Yang kucintai adalah kamu, bukan dia." Benar-benar sukar dipercaya. Apa Kana kurang keras dalam menunjukkan bahwa Kana mencintai Fritdjof?
"Masalahnya adalah, aku dan kamu, akan banyak bertemu Daniel. Aku akan perlu banyak bantuannya untuk rencana yang kuceritakan padamu."
"Itu kan bukan masalah. Kamu takut aku kembali pada Daniel?" Mata Kana menyipit menatap Fritdjof.
"Kekasihku akan sering bertemu dengan mantan pacar ... yang masih mencintainya. Apa kamu kira kita akan nyaman dengan situasi seperti itu? Aku akan memperkenalkanmu sebagai kekasihku, sementara kamu adalah mantan kekasih teman baikku dan teman baikku itu masih mencintai wanita yang sekarang menjadi kekasihku."
Kana pusing sendiri mendengar penjelasan Fritdjof. "Ya sudah, aku nggak usah ikut ketemu dia. Beres, kan?"
"Kamu harus ikut!"
"Maumu apa sih, Fritdjof? Kamu mau putus denganku biar kamu dan Daniel bisa sama-sama nyaman membicarakanku sebagai mantan kalian?" Kana menggertakkan giginya.
"Jangan bicara sembarangan, Kana!" Putus adalah kata yang paling tidak ingin didengar Fritdjof. Hidup Fritdjof akan hancur kalau sampai Kana mengakhiri hubungan dengannya.
"Mungkin Daniel sudah ngasih tahu kamu. Iya aku dulu player. Aku pacaran dengan laki-laki yang nggak kucintai. Aku melakukannya karena pada saat itu aku kecewa dengan masa laluku, aku ingin menghukum semua laki-laki di dunia ini. Hanya dengan begitu aku bisa menghilangkan rasa sakit di hatiku karena kenangan burukku bersama Niel. Kamu sudah tahu cerita tentang Niel.
"Tapi itu semua sudah berlalu, Fritdjof. Aku sudah berhenti bermain-main jauh sebelum ketemu sama kamu. Asal kamu tahu, walau aku ganti-ganti pacar, aku tetap menjaga kehormatanku. Aku nggak mengizinkan mereka menyentuhku. Kalau kamu memang nggak bisa menerima masa laluku, aku nggak akan memaksamu. Kalau kamu lebih percaya kepada Daniel, itu juga terserah kamu. Aku bukan Tuhan yang bisa mengubah masa laluku seperti yang kamu mau. Tapi aku berubah sekarang dan di masa depan. Aku berubah, aku ingin bersamamu.
"Kalau kamu cukup pintar, tanpa perlu kukatakan pun, seharusnya kamu tahu bahwa aku mencintaimu. Tapi sepertinya hubungan kita ini nggak ada gunanya. Untuk apa aku mencintai laki-laki yang nggak mempercayaiku." Kana berjalan meninggalkan Fritdjof.
Langkah Kana terasa berat ketika menuju pintu. Kana ingin sekali berbalik dan melihat reaksi Fritdjof. Tetapi Kana tidak melakukannya. Sudah sejak tadi dia menahan air matanya yang ingin keluar. Kana tidak ingin menangis di depan lelaki itu. Karena Kana terlanjur mengatakan bahwa dia mencintai Fritdjof. Betapa bodohnya. Padahal Fritdjof tidak pernah menyatakan perasaan kepada Kana. Hingga kini Kana tidak tahu apakah Fritdjof mencintainya.
***
Kana duduk diam di depan komputer seharian ini dan tidak meninggalkan kursinya kecuali untuk pergi ke kamar mandi. Setiap hari seperti ini. Tidak ada semangat. Bahkan Kana tidak ingin loncat ke sana kemari seperti biasanya. Bertemu dengan orang-orang di lantai lain. Gairah hidup Kana seperti lenyap tak bersisa. Kana tidak meghiraukan ajakan Alen untuk makan siang. Nafsu makannya menghilang sejak percakapan terakhirnya dengan Fritdjof. Ternyata Daniel yang menjadi duri dalam daging. Bagaimana mungkin laki-laki itu—yang keberadaannya sudah tak pernah terpikirkan oleh Kana—bisa mengancam kelangsungan hubungan Kana dengan Fritdjof? Selama ini Kana mengkhawatirkan Niel, yang Kana pikir akan menghambat kebahagiannya. Namun Niel tidak pernah muncul lagi semenjak gagal menerobos masuk ke apartemen Kana.
Kana menarik napas panjang. Kalau Daniel pikir dengan begini dia bisa menghancurkan hubungan Kana dengan Fritdjof, laki-laki itu salah besar. Mungkin Fritdjof sedang meragukan Kana, tapi Kana tidak akan menyerah. Kana tidak akan membiarkan nama baiknya dirusak oleh laki-laki yang dulu setuju mengakhiri hubungan dengan baik-baik.
(Bersambung)