Chereads / The Danish Boss / Chapter 26 - Aku Hamil

Chapter 26 - Aku Hamil

Copenhagen, musim semi tiga tahun yang lalu

Terlalu banyak kenangan menyenangkan yang dimiliki Fritdjof bersama Helene. Kenangan yang tidak bisa terhapus bahkan setelah kejadian menyakitkan itu sudah bertahun-tahun berlalu. Masih terekam jelas di kepala Fritdjof hari-hari yang dihabiskan bersama Helene di bibliotek[1]. Perpustakaan tidak pernah membosankan—ada banyak buku, majalah, DVD, Blue Ray, Wii, Jigsaw puzzles dan sebagainya—untuk mereka. Helene mencari buku yang ingin dibacanya dan Fritdjof memeriksa DVD atau Wii yang diinginkannya. Kemudian mereka menghabiskan waktu di apartemen Helene; Helene membaca dan Fritdjof bermain game. Mereka sama-sama membolos kuliah saat Spil Dansk[2] dan mendengarkan radio seharian penuh sambil bergelung di sofa. Menunggu lagu-lagu kesukaan mereka—milik Maggtens Korridorer atau WhoMadeWho—diputar lalu bernyanyi bersama.

Helene membuat lagkage[3] untuk merayakan ulang tahun Fritdjof yang kedua puluh enam, lalu menancapkan satu lilin dan dua puluh enam Danneborg—bendera Denmark—sesuai dengan jumlah usia Fritdjof di atasnya. Skibberlabskus[4] adalah menu birthday dinner yang disiapkan Helene dan scarf yang dirajut sendiri oleh Helene adalah hadiah untuk Fritdjof. Mereka juga pergi ke Legoland hanya untuk berfoto di depan Star Wars set. Tidak ketinggalan mereka melihat Sankt Hans Aften dan festival-festival lain di Copenhagen.

Lama kelamaan Helene tidak canggung lagi menghabiskan banyak waktu bersama Fritdjof. Atau bergabung dengan Mikkel dan Frederik. Bahkan Helene memanggil Frederik dengan nama Frede dan bertingkah seolah-olah Frederik adalah seorang putra mahkota[5]. Helene nyaman mengolok-olok kebiasaan Mikkel mengumpulkan kænester—fuck buddy—yang dijawab Mikkel dengan jumawa, "Danes don't date, we even don't have a word for it." Helene juga bisa duduk bersama ibu Fritdjof di dapur atau pergi minum kopi dengan Freja.

Mengingat Helene sudah bisa berbaur dengan teman dan keluarganya dengan sangat baik, Fritdjof sudah semakin yakin dengan keputusannya. Fritdjof menggenggam erat kotak cincin di tangannya. Hari ini adalah hari yang dipilih Fritdjof. Hari sebelum ulang tahun Fritdjof yang kedua puluh tujuh. Sehingga besok Fritdjof akan bisa merayakan ulang tahun bersama calon istrinya. Calon istri. Fritdjof tersenyum membayangkan wajah terkejut Helene. Dalam hati Fritdjof yakin Helene akan menerima lamarannya. Minggu lalu Fritdjof sudah meminta Helene untuk mengosongkan jadwal malam ini.

Fritdjof mendatangi apartemen Helene untuk menjemputnya. Meja di restoran sudah dipesan dan siap menjadi saksi sejarah cinta mereka malam ini. Namun ketika pintu di depan Fritdjof terbuka, Fritdjof justru melihat Helene yang masih memakai piama kesayangannya; piama pudar bergaris biru muda. Tidak tampak Helene berupaya untuk ganti baju atau mempersiapkan diri menjelang kencan besar mereka. Juga Helene sepertinya tidak keluar rumah seharian ini. Setahu Fritdjof, hari ini Helene masih harus ke kampus untuk persiapan melanjutkan pendidikan. Ada yang tidak beres dengan Helene. Wajah Helene pucat dan sinar matanya redup, tidak menunjukkan adanya gairah hidup.

"Kamu sakit?" Fritdjof mengelus pipi Helene.

Helene menggeleng keras, seolah ingin menyingkirkan tangan Fritdjof dari wajahnya.

"Babe." Fritdjof memeluk wanita yang amat dicintainya itu.

Helene tidak membalas pelukan Fritdjof. Hanya berdiri mematung tak bergerak, bahkan ketika Fritdjof melepas pelukannya.

"Babe? Helene? Are you okay?" tanya Fritdjof sekali lagi.

Helene tidak menjawab dan tidak tersenyum. Justru balik badan dan masuk ke apartemen. Tidak tahu harus berbuat apa, Fritdjof mengikuti dengan tatapan bertanya.

Wajah cantik Helene pucat, sorot mata yang biasanya berbinar-binar penuh semanhatkini padam. Helene sungguh tampak lain sekali hari ini. Terlihat asing. Yang ditemui Fritdjof bukan lagi Helene yang senang jika dipeluk oleh Fritdjof, yang tersenyum lebar setiap melihat kedatangan Fritdjof. Sudah tiga tahun Fritdjof bersama Helene dan Fritdjof bisa membaca suasana hati Helene hanya dari sorot mata saja. Mata indah Helene begitu memukau. Di mata itu selalu tergambar segalanya. Bahkan di mata itu pula Fritdjof melihat masa depannya. Masa depan mereka berdua.

"Aku hamil...." Suara Helene terdengar tak lebih dari sekadar bisikan.

Meski begitu Fritdjof bisa mendengar satu kalimat yang baru saja dikatakan Helene. Kemudian Fritdjof tertawa keras. Kalau Helene sedang berusaha bercanda, ini lucu sekali.

"Aku hamil, Fritdjof...." Kali ini suara Helene terdengar lebih keras dan bergetar. Helene berusaha menahan tangis.

"Hamil?" Fritdjof perlahan mengulangi. Ini bahkan bukan waktu yang tepat untuk lelucon April Mop. "Kamu bilang kamu sedang hamil?"

Helene hanya diam dan menundukkan kepala.

"Kalau kamu sedang bercanda, Helene, ini sama sekali tidak lucu!" sergah Fritdjof.

"Aku hamil," kata Helene untuk ketiga kalinya.

Fritdjof menatap wanita yang berlinang air mata di depannya itu.

"Bagaimana mungkin? Kita tidak pernah melakukannya. Kamu bilang … kamu ingin menunggu sampai kamu menikah?" Suara Fritdjof berubah menjadi dingin dan tajam, tatapan matanya lurus ke arah Helene, siap merobek mata indah wanita itu. Belum pernah sekali pun Fritdjof menidurinya dan Helene dengan kejamnya memberi berita menyakitkan. Mengatakan bahwa dia sedang hamil. Kalau itu anak Fritdjof, mungkin Fritdjof akan menjerit bahagia.

"Siapa yang melakukannya padamu?!" Fritdjof mengepalkan kedua tangannya. Jika Fritdjof tidak bisa menahan dirinya, sudah dari tadi Fritdjof menampar Helene. Agar Helene membuka mulut dan mengatakan siapa yang memerkosanya. Tetapi seorang Møller tidak pernah memukul wanita. Ayahnya tidak pernah mengajarkan kekerasan padanya.

Helene bergeming walaupun Fritdjof meneriakinya.

"Siapa yang memerkosamu?! Siapa?!" Fritdjof tidak sanggup menahan amarah ketika harus menanyakan ini.

Helene diperkosa. Wanita yang selama ini selalu dijaga dengan baik oleh Fritdjof. Tidak hanya keselamatannya tapi juga kehormatannya. Helenenya. Yang sangat dicintainya. Bagaimana mungkin hal seperti ini terjadi? Bagaimana hal seperti ini luput dari pengawasan Fritdjof? Ini semua sungguh tidak masuk akal.

"Katakan Helene! Aku akan membunuh orang yang menghancurkanmu seperti ini! Yang membuatmu menderita begini!" Fritdjof berteriak dan mengguncang tubuh Helene. Tidak peduli Helene terisak ketakutan memandang Fritdjof

"Aku tidak diperkosa...." Helene berbisik di sela isakannya.

Tidak diperkosa. Kekasihnya menyerahkan diri dengan sukarela kepada laki-laki selain dirinya. Wanita yang selama ini dicintai Fritdjof. Bagaimana mungkin ini terjadi?

"Katakan padaku kamu melakukannya dengan siapa, Helene!" Fritdjof meneriaki Helene dan menggeram menahan semua sakit di hatinya.

"Kamu harus berjanji...." Helene meratap, memohon Fritdjof untuk berjanji kepadanya.

Fritdjof semakin marah mendengarnya. "Katakan sekarang Helene atau aku terpaksa membuatmu membuka mulut!"

"Berjanjilah kamu tidak akan membunuhnya!" Helene kini sempurna menangis.

___

[1] Perpustakaan.

[2] Hari di mana radio-radio di Denmark memutar semua lagu yang dinyanyikan atau diciptakan penyanyi asal Denmark.

[3] Sponge cake

[4] Makanan dari daging berbentuk dadu.

[5] Putra mahkota Kerjaan Denmark bernama Frederik dengan nama panggilan Frede.

(Bersambung)