Chereads / The Danish Boss / Chapter 14 - FJORTEN: I Want Him To Stay

Chapter 14 - FJORTEN: I Want Him To Stay

Kana memasukkan dua potong daging sirloin yang sudah diolesi bubuk lada hitam dan garam ke dalam freezer. Lalu bersenandung pelan sambil membuat saus lada hitam. Berada di depan komputer atau di depan kompor sama-sama membuatnya bahagia. Tetapi kalau disuruh memilih, Kana lebih suka di dapur daripada di kantor. Karena di sini tidak ada atasan yang menagih perkembangan progres pekerjaan Kana. Tetapi malam ini berbeda. Kana akan memasak untuk atasannya tersebut. Semoga Fritdjof tidak cerewet seperti ketika mengomentari kebiasaan Kana yang melaporkan progres pekerjaannya saat waktu sudah hampir habis.

Kana membuka pintu ketika bel berbunyi. Tepat waktu, Fritdjof masuk sambil membawa kantong kertas berisi apel. Sehabis berbelanja bersama Fritdjof waktu itu, Kana batal memasak makan malam untuknya. Malah Fritdjof menolongnya menghadapi Niel yang menjijikkan. Makan malam sebagai ucapan terima kasih seperti ini tidak ada salahnya.

"Kamu mau steak-nya well done atau rare?" tanya Kana sambil mengeluarkan salad buah yang juga sudah dibuat. Kana termasuk orang yang menganut paham makan buah sebaiknya dilakukan sebelum makan nasi. Atau kentang kalau malam ini.

"Well done." Fritdjof menjawab sambil mengambil minum.

Kana memeriksa steak di panggangan, dan setelah yakin sempurna, Kana memindahkan daging tersebut ke piring. Saat Kana berbalik, Fritdjof sudah memakan habis salad buahnya. Laki-laki itu makan dengan kecepatan yang benar-benar mengagumkan. Kana tersenyum senang. Masakan Kana tidak sia-sia. Fritdjof menghargainya.

Malam ini Kana menggoreng banyak kentang, mengingat Fritdjof suka sekali makan kentang. "Kenapa kamu suka makan kentang?"

Fritdjof menyendok banyak kentang ke piringnya. "Tidak tahu. Danes eats massive amounts of potatoes."

"Kamu orang Denmark?" Kana baru tahu.

Fritdjof hanya mengangguk menjawab pertanyaan Kana. Makan malamnya kali ini sangat istimewa, Fritdjof tidak ingin membuka mulut dan kehilangan kesempatan untuk menikmatinya.

"Apa orang Denmark hanya makan kentang?" Kana melihat Fritdjof kembali menyendok kentang. Sepertinya satu kilogram kentang bisa habis masuk perut Fritdjof saja.

"Potatoes, rye bread, herring, pastry, we eat everything. Aku tidak menyangka kamu ingat makanan yang kusukai." Sekecil apa pun Kana memperhatikannya, di sudut hatinya Fritdjof merasa senang.

"Kadang-kadang aku suka menilai kepribadian orang dari makanan favoritnya."

"Then how's my personality?" Fritdjof ingin tahu.

"Prone to emotional instability, moodines, irritability, sadness, and...."

"Kamu sedang mengejekku?"

Kana tertawa lepas. "No. Tapi kurasa itu benar. Kamu mengonsumsi makanan berkalori tinggi karena kehilangan banyak energi akibat perasaan-perasaan negatif."

"You should help me to dampen my negative emotions with foods. Sering-seringlah mengundangku makan dan memasak mmakana sehat untukku." Fritdjof mendapat ide bagus.

Kana semakin keras tertawa dan berjalan menuju kulkas. Bisa sekali Fritdjof mengambil kesempatan dalam kesempitan. Diledekin malah minta dimasakin. "Aku tadi beli tiramisu, apa kamu mau?"

"Apa kamu menawariku makanan manis hanya untuk membuktikan teorimu tadi?"

"Ya sudah kalau nggak mau." Kana membawa satu potong tiramisu ke sofa depan TV.

Fritdjof menyusul duduk di sebelahnya, dengan tiramisu di tangannya, dua potong. Membuat Kana mencibir, "Memang dasarnya kamu suka makanan berkalori tinggi."

"Apa kamu juga sering mengundang laki-laki bajingan itu makan di sini?"

"Nggak pernah." Seandainya Fritdjof tahu dia adalah laki-laki pertama yang diperbolehkan Kana masuk ke sini.

"Lalu, kenapa kamu mengundangku malam ini? Kemarin-kemarin aku yang memaksa menerobos masuk kemari." Fritdjof terkejut, juga senang, saat membaca pesan Kana tadi.

"Aku ingin berterima kasih karena kamu bersamaku saat bertemu Niel waktu itu." Kana mengungkapkan alasannya. "Kalau nggak ada kamu...."

"Aku jadi ingin berharap dia muncul kalau aku sedang bersamamu. Jadi kamu merasa wajib berteima kasih padaku dan aku selalu bisa makan masakanmu." Sepertinya Fritdjof malah harus berterima kasih pada laki-laki berengsek itu.

"Nggak perlu begitu juga." Lebih baik Kana tidak bertemu dengan Niel lagi seumur hidup.

"Jadi kamu akan mengundangku makan lagi walaupun kita tidak bertemu dia?" Fritdjof memastikan.

"Bisa diatur." Wajah Fritdjof berubah bahagia ketika mendengar jawaban Kana ini. Hanya karena makanan saja, raut muka Fritdjof, yang biasanya datar seperti jalan tol, bisa berubah berseri-seri. Mungkin betul kata buku yang dibaca Kana, selalu ada keterkaitan antara makanan dan kebahagiaan. Sebagian orang mungkin mengunyah kepedihan, tapi orang selalu ingin menelan kebahagiaan.

"Kenapa kamu pindah ke sini? Ke Indonesia? Bukannya Denmark lebih baik?" Kana ingin tahu alasan Fritdjof bisa sampai di negara ini.

"Berpetualang." Alasan sebenarnya terlalu memalukan untuk diceritakan. Fritdjof pergi karena tidak sanggup melihat wajah mantan tunangannya.

"Kenapa memilih ke sini?" Ada banyak negara yang lebih maju, Singapura misalnya.

"Aku perlu negara yang sangat hangat." Dulu saat ekspedisi menjelajahi negara-negara tropis bersama Mikkel, Fritdjof juga mengunjungi Indonesia. Sepuluh hari di sini. Dari semua negara Asia yang dia datangi, Indonesia memberi kesan mendalam. Mulai dari kecopetan sampai ditipu sopir taksi. Mulai dari mengobrol dengan anak jalanan yang tidak sekolah sampai kenal dengan tukang ojek yang mau mengantarnya ke mana saja. Plus banyak hal menyenangkan lain. Petualangan Fritdjof di Indonesia tidak terlupakan.

"Hangat? Di sini sih panas." Kana bahkan merasa bisa mati kering tanpa AC.

"Ini lebih baik. Denmark hanya punya satu musim sepanjang tahun."

"Bukannya empat?" Kana merasa bodoh tidak bisa ingat pelajaran saat sekolah dulu.

"Itu secara teori. Kenyataannya kami hanya punya satu kata untuk semua musim di sana. Dingin." Fritdjof menjawab.

"Memangnya Antartika?" Kana tertawa.

"Salju pada musim dingin. Hujan pada musim semi, panas, dan gugur," jelas Fritdjof.

"Musim panas nggak hangat?"

"Apa artinya musim panas kalau yang ada hanya langit kelabu dan hujan juga?"

"Nggak enak juga, ya." Kana tidak suka hujan. Benci bajunya tepercik air saat sedang berjalan. Atau terciprat air dari langkahnya sendiri. Belum lagi kalau ada kendaraan melintas. Juga dia tidak suka memakai payung, karena agak menghalangi orang melihat wajah cantiknya.

"Jadi, apa kamu akan tinggal di sini untuk waktu yang lama?"

"Tergantung."

"Tergantung apa?"

"Tergantung apa yang bisa membuatku tinggal lebih lama di sini."

"Misalnya?" Kana tidak mengerti.

Fritdjof memutar kepala hingga menghadap ke arah Kana, memandang dalam-dalam mata Kana. "Seorang wanita."

Mau tidak mau, Kana menelisik setiap mili sepasang mata biru di hadapannya. Kana sempurna terisap ke dalamnya. Ini seperti ... Kana tidak tahu apa yang sedang dia rasakan. Dan tidak bisa menjelaskan. Karena dia kehilangan kemampuan berpikir dan berbicara.

"If you want me to stay, I will stay." Fritdjof masih menatap dalam mata Kana. Kalau Kana memintanya tinggal di sini selamanya, Fritdjof dengan senang hati akan memenuhinya.

Tiga menit kemudian, Kana berusaha mengerjapkan mata. Kana suka mendengar Fritdjof berbicara bahasa Inggris, aksennya seksi sekali. Fritdjof mengatakan tomato dengan tomadoh atau oregano dengan orehgahnoh. Ini benar-benar tidak bisa dipercaya, bagaimana mungkin dia menyukai orang karena aksennya?

If I want him to stay? Kana bertanya pada dirinya sendiri.

"Kenapa ... wanita itu ... harus aku?" Kana menggumam tidak percaya.

--

(Bersambung)