Chereads / Bukan Wonder Woman / Chapter 36 - BWW #36

Chapter 36 - BWW #36

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Selesai shalat Magrib keluarga Pak Yuda dan keluarga Pak Ruslan plus Firda mengelilingi meja makan di ruang makan luas dalam mansion milik keluarga Raharja. Kedua keluarga tersebut sedang menikmati makan malam bersama. Ayushita menjadi bintang di acara makam malam itu. Berbagai sanjungan mengalir dari Pak Yuda dan Nyonya Rosita atas makanan yang dimasaknya. Bahkan Danuar ikut menambahkan beberapa kalimat pujian.

"Hmmm ... seperti biasa Ayushita selalu bisa membuat nafsu makanku meningkat. Sambal matah ini benar-benar enak, Nak Sita," puji Pak Yuda tak henti-hentinya menyendok sambal dalam mangkuk besar yang sengaja dibuat banyak oleh Ayushita. Gadis itu sangat hapal selera ayah Danuar yang pecinta sambal.

"Sayur lodeh ini juga enak, Pa. Coba deh." Nyonya Rosita menyendok sayur lodeh ke piring suaminya yang diterima dengan suka cita.

"Bagaimana sayur capcay-nya sayang?" Nyonya Rosita menoleh pada Danuar yang juga sibuk mengunyah makanannya.

"Enak, Ma. Masih sama dengan yang biasa Ayu buat. Tangan Ayu memang tangan dewa untuk masakan." Danuar mengangkat jempol kirinya. "Cobain, Yang?" tawar Danuar pada Elena. Sementara Elena yang ditawari hanya diam memandangi tangan suaminya yang menyendok sayur kesukaannya itu ke piringnya.

Pak Ruslan, istrinya dan Ayushita hanya tersenyum memandang keseruan pasangan suami istri Raharja senior itu.

"Ini masakan ikan pallumara khas Bugis Makassar, Paman. Saya baru mempelajari resepnya minggu lalu. Semoga Paman suka," kata Ayushita menyodorkan semangkuk masakan ikan dengan bumbu yang terlihat menggiurkan.

"Patut dicoba. Ma, ambilin dong yang ikannya paling besar," seru Pak Yuda sambil menyodorkan piringnya yang sudah separuh kosong. Nyonya Rosita segera memenuhi permintaan suaminya.

"Hmm ... Maasyaallah ini enak juga. Sita, ini masuk dalam daftar favorit paman juga," tukas Pak Yuda kembali mengangkat jempolnya.

"Padahal biasanya Mama masak ikan juga tapi Papa tidak pernah menyentuhnya. Pas Sita yang masak malah doyan," sindir Nyonya Rosita.

"Itu karena yang satu ini rasanya beda dan enak," sahut Pak Yuda.

"Jadi maksud Papa masakan ikan yang Mama buat tidak enak?" ketus Nyonya Rosita.

"Masakan Mama tetap enak kok. Buktinya Papa masih makan dirumah," rayu Pak Yuda. Pak Ruslan terkekeh kecil melihat perbedaan kecil dua sahabatnya.

"Syukurlah kalau papanya Danuar suka Ros. Nanti Ayu masak di rumah terus dikirim ke sini," ujar Nyonya Aliyah sambil memandang putrinya yang duduk di dekat Firda. Sementara Elena hanya melirik tidak suka di seberang sana.

"Iya, Bibi. Ayu akan cari ikan segar yang bagus untuk bikin masakan ikan ini. Bibi cukup memanaskan setiap akan disajikan. Semakin lama rasanya akan semakin enak karena bumbunya kian meresap," tukas Ayushita.

"Terima kasih, Nak. Kamu memang paling terbaik deh." Pujian untuk Ayushita berlanjut.

Mereka makan dengan nikmat semua hidangan di atas meja. Danuar bahkan menambah nasi tiga kali dan menghabiskan sebagian besar sayur capcay di dalam mangkuk.

Sementara Elena menikmati makanan dengan hati muram. Ayushita mendapat pujian sepanjang malam. Semua perhatian tercurah padanya. Tak seorang pun yang menengok padanya. Meskipun dirinya telah menjadi bagian dari keluarga Raharja, tetapi Ayushita tetap mendapat tempat istimewa di mata kedua mertuanya.

Gadis itu sangat pandai menarik perhatian semua orang dengan makanan yang dimasaknya. Bahkan suaminya sendiri seolah tak bisa mengalihkan perhatiannya dari wajah cantik yang tak berhenti tersenyum mendapat pujian di kiri kanannya.

Elena mengepalkan tangannya di bawah meja. Dia hanya menatap makanan yang berderet di atas meja tanpa berniat menyentuhnya. Perutnya mual melihat semua makanan itu.

Firda memperhatikan wajah Elena yang muram dan tidak bahagia. Sementara Danuar di sampingnya larut dalam eforia makan malam itu. Ketika tatapan Firda bersirobok dengan Elena, si gadis mungil menangkap ekspresi tidak suka di manik cokelat milik Elena. Firda langsung mengalihkan perhatiannya ke piring di depannya dan kembali menyuap makan ke mulutnya.

Makan malam selesai dengan ekspresi kenyang Pak Yuda. Nyonya Rosita sampai mengomeli suaminya karena tidak bisa mengontrol nafsu makannya. Dua pasang orang tua itu berkumpul di ruang keluarga bersama Danuar. Mereka bercakap-cakap santai seakan tak ada persoalan yang pernah terjadi di masa lalu.

Ayushita, Firda dan Elena membantu Mbok Yum membereskan dapur dan ruang makan. Ayushita dan Firda mencuci piring dan peralatan masak, Elena membersihkan meja makan dan merapikan kembali. Sementara Mbok Yum memotong beberapa semangka untuk dihidangkan di ruang keluarga.

Elena menunggu Ayushita selesai mencuci piring. Ayushita yang memperhatikan gelagat Elena menyuruh Firda membantu Mbok Yum menyajikan piring buah di ruang tengah. Saat Firda dan Mbok Yum menghilang dari pintu dapur, Ayushita berpura-pura masuk ke kamar mandi umum yang terpisah tembok dengan dapur. Elena ikut masuk ke sana.

Ayushita sengaja tidak menutup pintu kamar mandi karena dia hanya menggunakan wastafelnya untuk mencuci muka.

Elena berdiri di depan pintu kamar mandi dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Dia menatap tajam Ayushita yang seolah tidak peduli dengan kehadirannya.

"Ayushita, apa maksudmu datang ke sini malam ini?" Akhirnya Elena membuka suara setelah menahan rasa kesalnya beberapa saat lamanya.

Ayushita menyelesaikan acara cuci mukanya, mengambil handuk kecil dalam lemari gantung kemudian mengelap wajahnya. Dengan tenang dia menghadap Elena sambil menyandar di pintu kamar mandi.

"Apa maksud pertanyaanmu? Bukankah sudah jelas Bibi Ros, oh maksudku ibu mertuamu mengundang aku dan keluargaku datang makan malam di sini," kilah Ayushita.

"Tidak usah sok suci deh. Aku tahu kok maksud kamu. Sengaja datang cari perhatian di sini, sok-sok masak makanan favorit seluruh keluarga. Biar apa? Biar dipuji sama mertua aku? Sama suami aku? Jangan harap kamu bisa dapat perhatian Mas Danu lagi. Dia suami aku sekarang," sengit Elena. Matanya tak lepas dari sosok semampai di depannya.

"Emang kenapa kalau dia suami kamu? Elena. Sebelum kamu masuk ke keluarga ini, hal seperti ini, makan malam seperti ini sudah menjadi hal biasa bagi kami. Dan hal lumrah bagi aku mendapat pujian dari paman dan bibi dan juga dari Kak Danuar. Kenapa kamu harus ambil emosi dan tidak senang. Bukankah kamu sudah memiliki Kak Danuar di sampingmu? Apa yang kamu takutkan?" sahut Ayushita tanpa menunjukkan emosinya.

"Asal tahu saja ya. Jangan sekali-kali kamu coba-coba mendekati suami aku apalagi berniat merebutnya. Kalian berdua sudah selesai. Sekarang aku yang berhak atas Mas Danu," imbuh Elena dengan nada mengancam.

Ayushita terkekeh. Dia menatap lamat-lamat wajah cantik Elena yang penuh dengan gurat emosi.

"Kak Danuar bukan barang yang seenaknya diklaim kepemilikannya. Terus emang kenapa kalau aku dekat-dekat dengan Kak Danuar?Bukankah dulu kamu yang merebut dia dari aku. Jadi boleh dong aku merebutnya kembali," cetus Ayushita dengan seringai licik di wajahnya.

"Kamu ..."

"Dan lagi. Mungkin hubungan kami sudah selesai. Tapi apakah kamu yakin kalau perasaan kami sudah selesai? Mungkin saja dulu Kak Danuar hanya gelisah saja menghadapi pertunangan kami lalu gelap mata saat bertemu denganmu. Bisa saja perasaannya padaku belum selesai dan sekarang dia menyesal telah memutuskan pertunangam kami," cecar Ayushita masih dengan raut datarnya.

Elena semakin tersulut emosi bercampur cemburu. Tangannya mengepal erat siap melayangkan pukulan ke wajah gadis di depannya.

"Yang, kok kamu berdiri di sini?" Suara Danuar mengurai aroma permusuhan yang mulai merebak di depan kamar mandi. Danuar mendekati Elena dan terkejut mendapati Ayushita yang berdiri bersandar di pintu kamar mandi.

"Kalian lagi ngobrol apa di sini?" tanya Danuar dengan raut penasaran. Hal yang mengejutkan menemukan istri dan mantan tunangannya mengobrol sangat serius. Dan di depan kamar mandi?

"Kak Elena bertanya resep ikan masak pallumara, Kak. Dia minta diajari karena mau masak untuk paman nantinya," jawab Ayushita dengan senyum manisnya.

"Kan tanya-tanya resepnya bisa di dalam Yang sambil makan buah," timpal Danuar yang tertular senyum Ayushita tanpa menyadari raut muram istrinya.

"Kak Elena sudah tidak sabar pengen tanya-tanya, Kak. Dia juga pengen menyenangkan keluarga dan biar nanti aku tidak perlu datang ke sini lagi," imbuh Ayushita. Gadis itu menyuntikkan nada sindiran ke dalam kalimatnya. Elena semakin mengepalkan tangannya.

"Terima kasih Ayu. Papa dan Mama tadi cari kalian berdua. Makanya aku disuruh susul kalian ke dapur. Ternyata kalian asyik ngobrol di sini. Yuk, kita ke dalam!" Danuar menarik tangan istrinya lembut menuntun ke dalam ruang keluarga. Danuar menoleh ke arah Ayushita yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi mengamati pasangan itu.

"Ayu! Ayo ke sini," Danuar melambaikan tangan ke arah Ayushita. Gadis itu tersenyum manis lalu menyusul pasangan tersebut. Elena yang melihat kepedulian suaminya pada gadis mantan tunangannya semakin geram. Dengan mengentakkan kakinya dia melangkah naik ke lantai dua. Dia masuk ke kamar tidur dengan mengempaskan pintu kamar.

Danuar heran dibuatnya. Tetapi Ayushita malah semakin tersenyum lebar. Dengan santai gadis itu melenggang melewati Danuar yang masih terbengong menatap ke lantai dua. Ayushita bergabung dengan semua orang yang sedang menikmati buah semangka diselingi percakapan seru.

"Dari mana sih, Nak?" tanya Nyonya Aliyah saat putrinya duduk di kursi kosong di sampingnya.

"Ngobrol dengan Kak Elena di dapur, Ma," jawab Ayushita. Dia mencomot potongan kecil semangka.

"Ngobrolin apa, Sayang?" timpal Nyonya Rosita. Saat itu Danuar ikut bergabung dengan mereka tanpa Elena.

"Biasa. Obrolan ringan perempuan. Seputar makanan tadi," jawab Ayushita asal. Dia fokus menggigit semangka di tangannya.

Nyonya Aliyah dan Firda mengerutkan kening mendengar jawaban Ayushita. Bukan hanya Firda, tetapi Nyonya Aliyah juga menyadari tatapan tidak suka Elena kepada Ayushita. Jadi mana mungkin kedua perempuan itu hanya sekedar mengobrol ringan.

Tapi seperti itulah Ayushita. Sangat pandai menyembunyikan emosinya seolah-olah tak ada sesuatu yang terjadi.

Pukul setengah sembilan, keluarga Pak Ruslan pamit pulang. Nyonya Rosita dan Nyonya Aliyah saling berpelukan. Dan tentu saja Ayushita mendapat pelukan paling hangat dari mantan calon mertuanya itu. Firda ikut menyalami Pak Yuda dan istrinya sebelum mereka berempat masuk ke dalam mobil dan meluncur pulang ke kediaman mereka.

Setelah keluarga Ayushita pulang, Danuar segera naik ke lantai dua menuju kamarnya. Saat dia membuka pintu, dia mendapati istrinya sedang bergelung di bawah selimut. Hanya rambut panjang istrinya yang berwarna cokelat tampak menyembul keluar selimut.

Danuar mendekati tempat tidur dan duduk di pinggirnya. Dia mendengar isak lirih dari balik selimut.

"Kamu kenapa sih, Yang?" tanya Danuar. Dia mencoba menyibak selimut yang menutupi tubuh istrinya.

Tak ada jawaban dari Elena.

"Kamu ngobrol apa sih denga Ayu tadi sampai kamu begini?" tanya Danuar lagi.

Oh, Gusti. Kalau ada penghargaan untuk pria paling tidak sensitif maka patut diberikan pada Danuar.

Danuar! Seorang istri dan mantan tunangan suaminya bertemu kira-kira apa yang mereka bicarakan? Sangat tak mungkin jika mereka hanya berbagi resep tentang makanan favorit keluarga sambil tertawa-tawa kan?

Elena bangun dari rebahannya dan duduk menghadap suaminya. Wajahnya tampak sembab.

"Hei, kamu kenapa, El?" Danuar menangkup wajah istrinya.

"Aku tidak suka kamu dekat-dekat Ayushita lagi. Jangan tersenyum sama dia. Jangan menyapa dia. Jangan kasi perhatian sama dia lagi. Aku tidak suka," sembur Elena dengan emosi.

"Astaga, Yang. Kenapa kamu marah dengan hal-hal seperti itu? Aku dan Ayu sudah seperti kakak dan adik. Kami terbiasa seperti itu. Mama juga sudah cerita kan kalau Ayu sering ke sini dulu," ujar Danuar menatap wajah istrinya dengan senyum geli.

"Aku serius, Mas. Jangan dekat Ayushita lagi meskipun hanya sebatas kakak dan adik. Dia pernah jadi tunanganmu. Mana tahu dia masih punya perasaan sama kamu. Pokoknya aku tidak suka," sengit Elena lagi.

"Kamu cemburu ya, Yang?" goda Danuar. Elena semakin kesal. Dia beranjak dari tempat tidur dan melangkah lebar ke kamar mandi. Tiba-tiba rasa sakit menyengat perutnya.

"Aduh!!!" Elena langsung terduduk di lantai.

"Kenapa, Yang?" panik Danuar. Dia segera meraih tubuh istrinya yang berjongkok di lantai sambil memegang perutnya.

"Perutku sakit!!" lirih Elena. Danuar segera membopong Elena ke tempat tidur.

"Kita ke rumah sakit ya?" ucap Danuar cemas melihat wajah pucat istrinya menahan sakit. Elena menggeleng.

"Tidak usah. Kayanya ini cuma sakit mau datang tamu bulanan. Ambilkan obat pereda nyeri di laci itu saja, Mas," tukas Elena. Danuar bergerak cepat mengambil obat yang dipinta istrinya dan menyodorkan sebutir bersama segelas air. Elena segera menelan pil tersebut.

Danuar mengambil gelas kosong dari tangan Elena dan meletakkan di atas meja nakas.

"Tidur ya biar sakitnya cepat hilang," pinta Danuar. Dia membantu Elena berbaring dan mengusap perut istrinya sejenak kemudian menyelimutinya. Pria itu mengecup kening istrinya dengan lembut.

"Kamu tidur dulu ya. Aku mau menyelesaikan sedikit pekerjaan di ruang kerja. Besok ada rapat di kantor," ucap Danuar lalu beranjak keluar dari kamar mereka. Elena memandang punggung suaminya yang menghilang di balik pintu yang ditutup perlahan.

Rasa sedih dan takut menyeruak dalam sanubarinya. Dia begitu takut kehilangan Danuar yang menjadi sandarannya selama ini. Dia takut suatu saat Danuar akan berpaling darinya. Maka segala cara akan dia lakukan untuk mempertahankan pria itu di sisinya.

"Maafkan aku, Sayang!" lirih Elena.

Bersambung ....

๐Ÿ’๐Ÿ’๐Ÿ’

Holah semua!

Konfliknya tidak terlalu berat kan? Semoga kalian menikmati cerita ini ๐Ÿค—

Bagi yang pengen lihat beberapa gambar ilustrasi dan juga gambar para cast BWW dan Your Voice Waves Through My Dream silahkan tengok ig saya : @anienggi_ridwan atau langsung klik AeRi saja di kolom pencarian.

Baca novel Sekretarisku Pengawalku juga ya.

Please! batu kuasanya Nona Ayushita ๐Ÿ˜‰