Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak
Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti
Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore
Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh
Terima kasih,
Nona_ge
***
Gaea duduk dalam diam sementara para pelayan perempuan melakukan make up wajah serta mencat kukunya.
Pilihan apa yang didapatnya? Tidak ada.
Ia sendiri yang memilih ini, jadi tentu tidak ada gunanya berdebat menolak mengikuti acara lelang.
Butuh dua orang untuk bermain tango, 'kan?
Gaea mengembuskan napasnya.
"Tolong jangan banyak bergerak, Nona Gaea."
Gaea menurut bak kucing yang baru diberi makan, membenci setiap detik saat ini. Ia sudah bilang melakukan make-up sendiri namun Eryk yang jelas tidak setuju.
'Bagaimana bisa Katherine tahan dengan sifat Eryk yang suka mengontrol begini?'
"Selesai."
Gaea mengecek tangan terutama jarinya yang dicat, terkagum akan keahlian pelayan Eryk.
"Make up-nya juga sudah selesai."
Gaea berdiri untuk melihat hasil dari polesan pelayan-pelayan Eryk, make-up yang dipakai natural hanya bibirnya diberikan lipstik merah yang kontras dengan cat kukunya.
"Silakan pilih gaun yang Nona Gaea suka."
Gaea melirik dan terbelalak dengan gaun yang dipegang oleh ketiga pelayan itu, mereka juga sama-sama memegang satu gaun.
Tiga gaun bermodel berbeda: sheath dress, maxi dress, dan mini dress. Warna dress-nya juga berbeda, merah, hitam, dan hijau muda.
Gaea sudah memastikan seratus persen takkan memakai mini dress berwarna hijau itu karena terlalu pendek dan terbuka di bagian dadanya, membuatnya teringat pada gaun yang dikenakan Lola. Sheath dress menunjukan sekali bentuk lekuk tubuhnya. Sementara yang terakhir maxi dress berwarna hitam walau panjangnya hingga sekaki, ada belahan di bagian samping kiri sampai atas pahanya.
"Ini seperti memilih makanan yang aku tak sukai," keluh Gaea.
Selera Eryk terlalu tinggi.
"Um, maksudnya Nona 'sukai'?" tanya salah seorang pelayan.
Gaea menyadari terlalu keras berkata, "Iya, kau benar," katanya gugup, cepat-cepat ganti topik, "Eryk yang memilihnya?"
"Iya, Tuan Eryk yang memilih gaun untuk Nona kenakan."
Gaea tidak mengerti apakah Eryk mengerjai dirinya atau tidak dengan gaun tersebut. Ia sudah cukup bersyukur Eryk tak ikut campur memilih gaun hanya memberikan tiga pilihan untuk dipakai, "Aku memilih gaun yang hitam saja," katanya dengan begitu menjadi mudah berbaur di kerumunan tamu yakin banyak yang mengenakannya.
Walaupun menjadi tunangan Eryk akan membawanya menjadi pusat perhatian juga. Setidaknya kabur akan lebih mudah dengan gaun berwarna hitam.
Gaea mengikuti instruksi pelayan lagi ketika memakaikan gaun tersebut ke tubuhnya. Ia membolak-balik tubuhnya di cermin melihat gaun yang sudah menempel di tubuhnya tak ada yang salah.
"Tinggal merapikan rambut Nona."
Gaea menepuk keningnya, namun tetap menurut dengan wajah tidak suka.
Karena rambutnya yang pendek sebahu, mereka hanya menyanggul rambutnya, dan memberi hair pin perak berbentuk bunga sakura kecil.
"Kau sungguh cantik Nona Gaea," puji seorang pelayan yang juga disetujui oleh pelayan lain dengan anggukan kepala.
Gaea tidak merasa tersanjung sebab gayanya berteriak Lola dari pada dirinya, "Terima kasih atas kerja keras kalian, aku senang dengan hasilnya." Walaupun jujur bukan gayanya, mereka patut diacungi jempol.
Mereka membungkuk dengan penuh hormat barulah pergi keluar kamarnya.
"Akhirnya," gumam Gaea lega tidak lagi harus berakting di depan pelayan Eryk, "Mm ...," Haruskah membawa dompet? Benar cuma ke pesta, tapi apa salahnya? Mungkin nanti butuh touch up make up, membawa dompet tidaklah buruk, setelah mengambilnya baru berjalan keluar kamar dan menuruni tangga setelah memakai high heels tentunya.
Di ruang tamu sudah ada Alex, Rainer dan Eryk sedang mengobrol dengan tenang, mereka tidak menyadari keberadaan Gaea karena langkahnya yang sangat hati-hati.
"Ah, Nona Gaea," kata Sebastian yang baru saja tiba di ruang tamu langsung menyadari keberadaan Gaea, mengulurkan tangannya.
Gaea menyambut uluran tangan Sebastian saat sampai di bawah tangga, "Terima kasih," katanya, matanya kembali ke keluarga Enzo, dan menggaruk lengannya gugup menyadari semua mata mereka tertuju padanya, "Jadi ... bagaimana penampilanku?"
Hening sesaat.
"Wow, you're really gorgeous. Glow up, babe," Alex-lah yang pertama kali memecah keheningan, "kalau saja kau bukan tunangan Eryk mungkin aku sudah mengajakmu kencan."
Gaea tersipu malu memegangi pipinya, "Terima kasih."
"Kau memang," Rainer menyetujui komentar Alex, "sedikit miris kecantikanmu harus tersia-siakan oleh Eryk," lanjutnya menyikut Eryk yang sejak tadi diam, "iya, Eryk?"
Eryk yang sejak tadi memperhatikan Gaea, merespon kalem, "Hm?" matanya masih tidak lepas dari wanita itu, "kau bisa menjadi Princess juga, huh?" katanya sambil memutar bola matanya.
"Ugh!" Gaea paling menanti komentar Eryk tetapi yang ada hanya sarkas yang keluar. Ia mulai mempertanyakan hatinya kenapa masih berdegup cepat bila berada dekat dengan pria itu padahal kerjaan Eryk hanya membuatnya naik darah, "Sudah kita pergi saja ...," keluhnya, semakin cepat sampai semakin cepat pula menyelesaikan akting tunangan palsu ini.
"Bicara pada orang yang protes," kata Eryk.
"Kau ingin cari ribut?" tanya Gaea.
"Aku hanya bergurau," sahut Eryk, lalu berbalik pergi keluar, "ayo."
Gaea menepuk keningnya, "Dia itu menyusahkan sekali."
Alex tertawa, "Itulah Eryk, biasakan dirimu, Gaea."
"Aku mencoba," jawab Gaea memutar bola matanya, "hentikan aku jika mulai kehilangan kesabaran dan mulai menyerang Eryk, oke?"
"Oh?" Alex merasa tertarik, "aku justru takkan menghentikan, pastilah menarik melihatmu merobek pakaian Eryk. Passion or lust, babe?"
Gaea terbatuk mendengarnya, "Bukannya itu maksudku, Alex!" serunya marah, menghapus pikiran dewasanya akibat perkataan Alex.
"We'll see about that, babe," sahut Alex dengan polosnya, sebelum Gaea sempat membalasnya langsung kabur keluar.
"Serius. Keluarga Enzo sungguh-sungguh ingin membuatku tua sebelum waktunya," keluh Gaea tanpa semangat sama sekali, "Um." Ia ragu memasuki mobil melihat Eryk berada di kursi penumpang.
"Apa?" Eryk menatap Gaea polos, "masuklah, tadi kau ingin cepat ke acaranya?"
Gaea masih ragu, "Kenapa kau tidak di depan?"
Eryk tertawa sinis, mendengar ucapan Gaea memang membuatnya terhibur, sekaligus bertanya-tanya dengan nilai sempurna Gaea di sekolah, "Sungguh Gaea? Dari sekian banyak, ini yang kau cemaskan? Akan aneh bila aku duduk di depan sementara kau di belakang bersama Rainer, baby," katanya semanis mungkin, "atau kau belum puas berduaan dengan Rainer di apartemen, hm?"
Gaea menahan segala amarahnya, dan duduk di samping Eryk dengan tangan yang terlipat di dadanya.
Rainer sendiri masih memainkan ponselnya sama sekali tidak terpancing kata-kata Eryk.
Alex yang melihat kedua insan yang saling menjaga jarak satu sama lain, berkomentar, "Passion or lust ...?" godanya, "passion and lust ...?"
"Alex!" seru Gaea kesal Alex masih memakai gurauan tadi yang mulai terdengar tidak lucu.
Alex tertawa kecil.
Eryk mengembuskan napasnya kecil melihat keakraban Gaea dan Alex ikut melipat tangannya jengkel, "Jalankan tugasmu, Alex."
Tanpa berkata-kata, cukup puas menggoda Gaea dan Eryk, Alex menjalankan mobilnya keluar rumah.
Gaea melambaikan tangannya pada Sebastian yang berada di depan rumah.
'Aku harap lelang ini berjalan lancar.'
***
Mobil berhenti di sebuah parkiran.
Gaea melirik keluar dan terkejut akan begitu banyaknya wartawan di luar bahkan ada karpet merah segala di depan gedung seakan ini sebuah ajang penghargaan, "Aku kira ini cuma lelang!? Kenapa ada wartawan segala?"
"Kau lupa iya akan lamaran yang viral itu," sahut Eryk, "aku harus merubah rencana di detik-detik terakhir karena perbuatanmu, untunglah partner-ku baik hati, mereka mau mengerti pertunangan 'sakral' kita," katanya sambil menekankan kata sakral.
"Kalau begitu Tuan Muda, kenapa kau melamarku awalnya?" tanya Gaea, "kau pastilah punya cara lain untuk membujuk kekasihmu yang hendak kabur ini, 'kan?" sindirnya balik.
"Kau tidak memberiku banyak pilihan," sahut Eryk, "kau itu wanita paling keras kepala yang pernah aku temui, melebihi Lola bahkan Lola masih mau menurut denganku."
Gaea paling tidak suka disama-samakan apalagi dengan Lola yang terang-terangan sudah menyembunyikan fakta dia keluarga Enzo seperti Eryk, "Tentu saja dia menurut karena dia seorang Enzo juga."
Eryk sedikit terkejut mendengarnya sebelum ekspresinya tenang kembali, "Aku tidak punya banyak waktu meladeni hal yang tidak bisa menghasilkan uang seperti—"
"Tidak bisa menghasilkan uang!?" Gaea tidak percaya apa yang baru saja didengarnya, "aku menghabiskan waktu selama setahun bekerja di tempatmu, hey Bos!"
"Oh boy, sudah kalian ciuman saja," kata Alex, "telingaku sakit setiap kali kalian bertengkar, hey!"
Gaea terdiam.
Memang benar, ketika ia dan Eryk bersama, tiada hari tanpa bertengkar, entah dari Eryk atau ia terlebih dulu. Mereka seperti air dan minyak, tidak bisa bersatu.
"Baiklah," kata Eryk, "ketika keluar, kau hanya perlu tersenyum sebab rencanaku mengumumkan pertunangan kita setelah acara lelang selesai."
"Ada lagi?" tanya Gaea.
Eryk mengangguk, "Aku mengadakan pesta setelah lelang, karena pertunangan ini tiba-tiba jadi kau akan memperkenalkan di sana pada rekan kerjaku, menjadikanmu resmi juga," jelasnya, lalu menguap bosan, "menguntungkan juga para wanita akan menjauhiku akhirnya."
Memperkenalkannya pada rekan kerja Eryk tampaknya harus terus-terusan memasang senyum palsu di bibirnya dan tentu menurut sebab Eryk mendeskripsikan dirinya sebagai wanita pemalu yang sungguh bertentangan dengan sifatnya.
"Apakah ada alkohol?" tanya Gaea.
Eryk tertawa, "Kau mau mabuk-mabukan? Tentu saja ada, tetapi aku membatasi orang yang minum hanya maksimal dua gelas."
"Tak apa," kata Gaea, "aku minum agar bisa sedikit rileks."
Eryk menyeringai kecil, "Aku akan keluar terlebih dahulu, Gaea, aku peringatkan untuk tidak berbicara yang tidak perlu," setelah mengatakannya, keluar dari dalam mobil dan mengulurkan tangannya pada Gaea yang berada di dalam.
Gaea mengambil napas beberapa saat sebelum akhirnya menyambut uluran tangan Eryk, ketika keluar dari mobil sudah begitu banyak wartawan yang berkumpul di dekat mereka, bersyukur ada pagar penghalang jadi wartawan tidak terlalu dekat dengannya.
Eryk mengaitkan lengan mereka, membimbing ke dalam setelah memberikan senyum manis pada wartawan.
Gaea mengikuti tersenyum juga, merasa senyumnya tidaklah sebagus Eryk serta membiarkan Eryk menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan wartawan.
Setelah cukup puas, Eryk melanjutkan lagi langkahnya menuju ke dalam, "Kau mau di belakang saja?"
"Eh? Kenapa?" tanya Gaea.
"Karena acara lelang ini akan membosankan bagimu," kata Eryk jujur mengakui, karena Kervyn termasuk senang mengoleksi barang langka, jadi terpaksa terjun ke bisnis seperti ini, "kau bisa istirahat, ada ruangan khusus buatmu, kau bisa minum di sana."
"Sungguh?" Gaea semangat seketika tak perlu memasang senyum manis pada orang lain? Ia bisa puas berdiam diri sampai lelang selesai.
Eryk mengangguk, "Tetapi aku tidak ikut, aku akan mengontrol acara lelang, aku kan yang menyelenggarakan ini," Dan juga mau lihat apakah ada tanda-tanda kehadiran Kervyn.
"Oh," Gaea bergumam kecewa, tentu saja, berkencan dengan pengusaha harus menerima kenyataan bahwa mereka orang yang super sibuk, "Hm ...,"—mungkin acara lelang tidak terlalu membosankan jika ada Eryk—? Sudut bibirnya tertarik ke atas.
"Kau sudah datang, Eryk-san."
Gaea menoleh ke arah sumber suara, di belakang mereka ada seorang pria muda berkacamata lengkap dengan setelan jas hitamnya tersenyum padanya.
"Ah, Aozora-san," kata Eryk sambil mengulurkan tangannya, "iya maaf, aku sedikit telat karena menjawab beberapa pertanyaan dari para Wartawan."
Aozora menyambut tangan Eryk, menjabatnya, "Tentu saja, Anda baru saja melamar seorang wanita pastilah menjadi berita hangat sekarang ini," katanya diiringi tawa mengingatnya, mata abu-abunya tanpa sadar tertuju pada wanita di samping Eryk yang begitu dikenalnya lewat televisi, "Anda membawa tunangan ke sini?"
Eryk tersenyum, "Iya, dia tunanganku, namanya Gaea Silva," katanya, "Gaea, perkenalkan dia Aozora Natt—"
"Aozora," Aozora memotong ucapan Eryk, "senang bertemu denganmu, Nona Gaea-san."
Gaea kembali dari syoknya pun menyambut tangan Aozora gugup, "Aku juga."
Pria muda bermana Aozora itu sungguh-sungguh tampan! Dan terlihat jauh lebih muda dari Eryk. Namanya juga seperti nama orang Jepang tetapi kenapa wajahnya tidak mendekati sama sekali orang Jepang? Justru lebih ke Eropa.
Apa pun itu menambah mood Gaea di acara lelang ini, ada lagi pebisnis muda tampan.
'Aku ini termasuk lajang, status tunangan cuma dari luar saja.'
"Jika tidak keberatan Nona Gaea-san, aku ingin mendiskusikan acara ini berdua dengan Eryk-san," kata Aozora.
"Oh, baiklah," sahut Gaea polos.
"Kalau begitu Rainer akan menemanimu, Gaea," kata Eryk.
"Baiklah," sahut Rainer.
Eryk langsung pergi bersama Aozora.
Gaea sendiri sedikit tersentak akan suara Rainer yang berada di belakangnya yang terlalu diam sehingga keberadaan Rainer tidak disadarinya.
"Kau mau ke ruangan atau mau ikut menjadi peserta lelang?" Rainer bertanya.
"Eh? Untuk apa aku jadi peserta?" tanya Gaea balik, bingung. Kalaupun mau, tidak ada uang untuk membeli berlian di sini.
"Iya mungkin kau mau melihat-lihat, ada beberapa artis juga," kata Rainer sambil menatap kerumunan peserta lelang.
Gaea mengikuti arah pandangan mata Rainer, "Serius, ini benaran bukan pesta?" tanyanya saat apa yang dikatakan Rainer benar adanya seorang selebriti, "aku pikir biasanya orang kolektor yang ikut hal seperti ini."
"Artis memang bukan kolektor juga, hm?" Rainer bertanya penuh menggoda.
"Maksudku ...," Gaea kehilangan kata-katanya sesaat, "tentu saja aku tahu, hanya saja aku kagum Eryk memiliki pergaulan yang luas."
"Begitulah pebisnis, Gaea," sahut Rainer, "Eryk juga terkadang suka jalan dengan selebriti, tetapi setelah bertemu Katherine sudah tidak lagi, kau tahu, cinta."
"Oh," Katherine bagaimana bisa Gaea lupa dengan sosok kekasih sesungguhnya Eryk, yang anehnya hingga sekarang tak kunjung muncul, "kita ke ruangan saja."
Rainer mengangguk, lalu mengantarkan ruangan Gaea berada.
Ruangan tersebut tidak kecil juga tidak terlalu besar, hanya terdapat beberapa kursi, Gaea menyukainya ketika baru masuk, "Hey, Rainer?"
"Hm?"
"Bisakah kau ambilkan aku minum?" pinta Gaea lembut, "aku tidak tahu tempatnya dan kau tahu aku sama sekali tidak suka orang asing."
"Kau mulai seperti Eryk, iya?" kata Rainer namun sebelum Gaea dapat menjawab, langsung melanjutkan, "aku akan ambilkan, kau itu suka apa?"
Sebagai bartender, Gaea sudah banyak mencoba minuman tetapi yang membekas di hatinya hanya satu, "Wine."
Rainer langsung keluar setelah mendengar jawaban Gaea.
Gaea melirik ke luar jendela, para peserta lelang mulai berdatangan berjalan di karpet merah yang tadi dilewatinya, berpikir berapa banyak tamu yang datang malam ini.
Cklek.
"Oh." Cepat sekali Rainer mengambil minuman. Gaea menoleh ke belakangnya, dan sedikit syok mengetahui itu bukanlah Rainer.
"Halo, Gaea-san."