Chereads / Dendam Cinta / Chapter 15 - Pagi ⚡♥️

Chapter 15 - Pagi ⚡♥️

Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak

Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti

Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore

Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh

Terima kasih,

Nona_ge

***

Gaea terbangun dengan kepala yang sakit, "Apa yang terjadi?" Ia menyadari berada di kamar yang tidak dikenalnya, banyak rak buku-buku serta sebuah televisi di depannya. Ia tidak ingat kenapa bisa kemari, hanya ingat setelah pengumuman pertunangannya dengan Eryk, diam-diam menyelinap untuk minum-minum di ruangannya setelah lelah berakting dihadapan para rekan kerja Eryk.

Jika ada penghargaan aktor dan aktris terbaik pastinya ia dan Eryk akan mendapatkannya.

"Uh ...," Gaea mengerang pelan. Meskipun kamar tidur ini asing, tidak memungkiri ranjangnya begitu nyaman serta empuk, "Hm ...."

"Bisakah kau berhenti mendesah? Aku sedang mencoba tidur."

Suara berat di sampingnya membangunkan Gaea sepenuhnya dari rasa pusingnya, dengan perlahan menoleh ke samping sambil berharap hanyalah khayalan saja.

Tetapi Dewi Fortuna tidak sedang memihak dirinya pagi ini, sesuai dugaan, suara yang tidak asing itu berasal dari Eryk yang juga sedang berbaring di sampingnya tanpa baju hanya bertelanjang dada, "Akkhhh!" serunya panik tanpa berpikir panjang mengambil secara acak barang yang di dekatnya, bantal guling, kemudian mulai memukul Eryk, "apa yang kau lakukan di sini, mesum!"

Eryk berusaha menahan serangan bantal Gaea ke tubuhnya, "H-hey! Tenanglah, kau terlalu panik," bujuknya. Niatnya hanya iseng, mana tahu Gaea bakal mukul, tahu begini tidak usah.

Gaea berhenti memukul untuk tertawa, lelucon yang bagus di pagi hari, "Kau menyuruhku diam? Jelaskan ini!" serunya yang kemudian terkesikap, mengecek bagian bawah tubuhnya yang tertutup selimut dan mengembuskan napas lega ternyata masih memakai celana tidurnya, "Siapa yang ganti!?" katanya, matanya langsung menatap tajam Eryk. Pasti dia! Dengan kemarahan yang membara memukuli lagi.

"Hey!" Eryk sudah tidak tahan dipukuli, segera perdiri mengambil bantal guling yang dipegang Gaea, "Kau bisa tidak berpikir jernih soalku?" tanyanya heran, dan haruskah Gaea berteriak setiap kali mereka bersama?

Gaea berteriak akan Eryk yang tiba-tiba berdiri takut telanjang, nyatanya memakai celana pendek selutut membuatnya lega, "Kau bisa bicara sekarang."

"Akhirnya," kata Eryk, "kau tidur di kamarku, sebelum kau berkata kenapa, karena aku tak mau tubuhku ternoda makhluk yang berdiam diri di kamarmu."

"Makhluk?" Gaea bingung, sebelum kemudian mengerti maksud dari Eryk, wajahnya berubah jahil, "maksudmu Bintang? Dia jinak kok Eryk, dia juga senang dipeluk loh~"

Eryk tak memperdulikan, memilih duduk di sofa, mengambil kopi yang dibawanya tadi.

"Kau baru bangun tapi ada kopi?" kata Gaea kebingungan, tidak mungkin pelayan berani masuk ke kamar Eryk ketika masih tertidur, tak sopan, 'kan?

Eryk tertawa, "Aku sudah bangun dari tadi," Ia menyesap kopi miliknya, "aku pura-pura tidur di sampingmu, walau aku tak menduga bakal dipukul," lanjutnya sedikit kesal, wajah syok Gaea yang diinginkannya bukan pukulan bantal guling.

Gaea tidak menyangka Eryk mengerjainya, jantungnya terasa mau copot tadi, umur tak menjamin seseorang dewasa rupanya, dan berkata dewasa, matanya tanpa sadar tertuju pada dada bidang Eryk yang terekspos, dan dapat pastikan pria itu rajin olahraga.

Eryk yang merasa diperhatikan berkata, "Kau mau kopi juga pesan saja di bawah," katanya, namun Gaea tidak menjawab, tetap menatap dirinya, sebuah seringai muncul di bibirnya, "atau kau mau di sini saja, terus mengagumi tubuh tunanganmu?"

Gaea menepuk keningnya, pipinya sudah merona hebat ketahuan diam-diam mengintip dada Eryk, "Aku butuh kopi ...," katanya singkat, tanpa menunggu jawaban keluar dari kamar Eryk. Walaupun Eryk memiliki apa yang lelaki dambakan tidak menjamin sifat idaman juga, "Aku benci dia." Dan cinta juga.

'Cinta begitu rumit.'

"Selamat pagi, tunangan Eryk," kata Rainer disertai tawanya.

Sekarang Rainer yang mengetes kesabarannya, tak adakah keluarga Enzo yang normal selain Lola?

"Maumu apa, hah?" tanya Gaea sedang tidak mood bergurau.

"Eryk pasti berbuat sesuatu padamu lagi, iya?" Rainer menebak.

Gaea memutar bola matanya, "Maumu?" Ia bertanya sekali lagi.

Rainer tertawa. Apa yang sudah dilakukan Eryk? "Aku ada urusan dengan Eryk, kau bisa menyingkir sebentar?"

Gaea dengan senang hati menyingkir bahkan berjalan menuju kamarnya tanpa berkata apa pun. Ia tidak ada urusan dengan Rainer lagi pula masih kesal dijadikan umpan semalam.

***

Ketika Rainer masuk ke dalam kamar, Eryk masih belum memakai pakaian membuatnya menduga-duga apa yang terjadi pada Eryk dan Gaea, sekilas rasa cemburu menyelimuti hati kecilnya, tapi dihilangkan dengan berdeham.

Masih tertuju pada koran yang dibacanya, Eryk berkata, "Ada perlu denganku?"

Rainer duduk dulu di seberang Eryk sementara tangan kanannya mengeluarkan ponsel lipatnya, "Aku punya kabar baik dan buruk untukmu."

Eryk menutup koran yang dibacanya, "Jelaskan padaku."

Rainer mengembuskan napasnya, sedikit tidak yakin sebab ini bersangkutan dengan Gaea, tetapi jika tidak diberitahu, ia tidak memiliki kekuatan untuk menyelidikinya sendirian, "Aizawa mencari identitas Gaea semalam—"

"Apa!? Kenapa kau tidak bilang padaku dari semalam?" Eryk terkejut mendengarnya, mengira Aizawa hanya menggoda Gaea, tetapi mencari identitas juga? "Hm ...," ataukah Gaea berbohong padanya? Tidak mungkin.

"Aku tidak ingin menghilangkan fokusmu," kata Rainer.

"Kau berpikir rendah padaku, Rainer," kata Eryk, lagi pula tujuannya menggelar lelang karena berharap Kervyn ada di sana, tetapi melihat list tamu tidak ada tanda kehadiran Kervyn bahkan sampai memastikan melalui kamera pengawas tetap tak ada, "Hm," Bila dipikir-pikir ini bukanlah berita buruk juga, "kau berpikir Aizawa bekerja sama Kervyn?"

Rainer mengangguk, "Benar. Tetapi kenapa? Itu yang ada dipikirkanku semalam. Kenapa Gaea? Ada apa dengan dia?"

Sekarang Eryk pikir-pikir juga kenapa Gaea, kenapa bukan dirinya yang memang memiliki hubungan dengan Kervyn, "Bukti belum kuat Aizawa bekerja di bawah Kervyn, mungkin Aizawa ingin tahu identitas asli dia karena tertarik pada dia,"—Gaea sendiri yang bilang Aizawa merayu sampai meminta cium segala, darahnya mendidih mengingatnya.

Rainer tertawa mendengarnya, "Kau percaya itu?"

"Maksudmu?" tanya Eryk bingung.

"Itu hanya alasan Gaea padamu," kata Rainer dengan nada jahil, "dia sungguh-sungguh saat minta cium padamu, kau bisa dengar percakapan Gaea sama Aizawa jika tidak percaya, Eryk."

Tubuh Eryk membeku seketika itu juga, jadi selama ini ia ditipu? Gaea sungguh-sungguh memintanya mencium? Wanita itu tak mungkin kan menaruh hati padanya? Tidak mungkin, seperti katanya tadi, Gaea selalu naik darah saat bersamanya. Kemungkinan besar Gaea terbawa suasana ketika dipuji cantik, "Iya, sudah pasti terbawa suasana ...."

"Jadi bagaimana Eryk?" tanya Rainer, "rencana terbaik saat ini tentu membuntuti Aizawa atau kau ingin membuka lelang lagi?"

Eryk berpikir, membuka lelang tentu bagus, dapat untung juga dari sana tetapi tidak yakin kalau mengadakan lelang lagi Kervyn akan datang.

"Baiklah kita lihat gerakan rekan kerjaku satu ini," kata Eryk.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk," kata Eryk, dan menaikan alisnya melihat Alex yang mengetuk pintu dengan wajah terbilang cemas, "ada apa?"

Alex tertunduk sesaat, pikirannya berkecamuk apakah harus blak-blakan ataukah basa-basi terlebih dulu.

Bagaimana ini?

"Alex ...," Eryk memanggil lagi setelah Alex masih diam saja.

Alex akhirnya berjalan mendekat, meletakan sebuah amplop yang sudah terbuka di atas meja, "Maaf aku membukanya duluan karena ingin memastikan bukan bahaya."

Eryk tidak menjawab, mengambil amplop itu dan mulai membukanya, isinya sebuah kertas selembar serta satu foto bergambar seorang wanita dalam kondisi tangan dan kaki terikat di kursi.

"Eryk ... tenanglah, jangan panik, man ...," kata Alex.

Rainer yang juga melihat gambar tersebut merasa kasihan pada Eryk, mengelus bahu saudaranya penuh simpati.

Eryk tidak membaca isi kertasnya langsung tertuju pada gambar di foto itu, gambar seorang wanita yang dicintainya, "Katherine!"

***

Gaea segera membersihkan tubuhnya yang bau alkohol bercampur parfum Eryk karena semalam. Setelahnya mengganti baju, agak dilema apakah Eryk akan membawanya lagi ke tempat aneh-aneh, tetapi pada akhirnya mengganti baju santai juga.

Eryk akan kemari jika ada urusan di luar rumah lagi pula.

Gaea memeluk kucing peliharaannya Bintang yang seharian sendirian di kamarnya, menyadari adanya mangkuk khusus hewan di dalam kamarnya, hatinya tersentuh.

Meski Eryk alergi bulu kucing dan kemarin meminta mengusir Bintang, tetap memberi makan kucingnya.

Gaea keluar dari kamarnya untuk melihat situasi, mengintip ke lantai bawah, tidak ada tanda-tanda keberadaan Eryk, Rainer atau Alex hanya para pelayan membersihkan ruangan serta perabotan dari debu.

Gaea berpikir mungkin Eryk sudah berangkat kerja? Menjadi pemilik perusahaan memang sibuk, 'kan? Bahkan di tempat kerjanya, Eryk hanya terlihat beberapa kali datang.

Gaea tertawa jahat, jika Eryk pergi, ia bisa mengambil makanan di kulkas sepuasnya, tanpa basa-basi menuruni tangga menuju ruang makan, "Wah ...," Kulkas Eryk besar sekali memiliki dua pintu pula! Isinya juga penuh ketika dibukanya, kebanyakan buah dan sayuran, ada jus bervarian warna juga.

'Loh?'

Setelah diteliti, semuanya makanan sehat lima sempurna, tidak ada minuman soda atau junk food lainnya.

Keluarga Enzo sungguh memperhatikan asupan gizi mereka.

Gaea menutup pintu kulkasnya lesu, hanya mengambil botol berisi cairan merah yang dikiranya jus stroberi, "Aku maunya makanan normal bukan diet!" protesnya entah kepada siapa.

"Apakah ada seseorang yang berkata diet?" Alex mengintip di balik dinding ruang dapur.

"Alex!?" Pria itu muncul tiba-tiba layaknya hantu, "kau punya makanan yang manusiawi untukku?" tanyanya, kemudian meneguk jus yang dikiranya stroberi, dan terbatuk mengetahui itu jus tomat, "Apaan!? Siapa yang minum jus tomat!?"

Alex tertawa mendengarnya, "Tidak lain dan tidaklah bukan, tunanganmu sendiri, babe," godanya, "dia tidak suka makanan manis, dia bukan sweet tooth, bukan penyuka makanan cepat saji juga."

"Eryk baru saja kehilangan kesenangan duniawi!" seru Gaea; bagaimana bisa Eryk hidup tanpa makanan manis atau junk food? "aku harus bikin Eryk menyukainya sebelum benar-benar terlambat!"

Alex tertawa lagi, "Percaya deh, kami semua sudah mencobanya bertahun-tahun, takkan berhasil," lalu berpikir sesaat, sebuah ide jahil muncul di kepalanya, "kecuali kau jadi istri dia mungkin berhasil memaksa Eryk makan sosis atau burger."

Gaea terbatuk memikirkannya, menjadi istri Eryk masih jauh baginya, bisa jadi tunangan sudah bersyukur sekali meskipun bohongan, "Ngomong-ngomong ke mana dia dan Rainer? Kerja?"

Wajah Alex berubah drastis, "Aku rasa ada baiknya kau tidak bertemu Eryk hari ini."

"Eh? Kenapa?" tanya Gaea heran.

Alex berpikir sesaat, bimbang memberitahu mengenai hubungan cinta Eryk dan Katherine, "Eryk mendapat kabar buruk soal Katherine jadi berdiam diri bermain boxing di ruang olahraga keluarga."

"Boxing!?" Tidak henti-hentinya keluarga Enzo memberi kejutan, mereka punya tempat olahraga pribadi di rumah, jika diingat-ingat, Ferdinand bertugas sebagai Bodyguard Eryk tapi kenapa semalam tak kelihatan? Latihan di sana? "Boleh aku lihat?"

Wajah Alex berubah jahil lagi, "Tentu saja, melihat Eryk bermandikan keringat begitu sexy~"

Gaea seketika membayangkannya, pipinya langsung merona hebat. Kenapa bisa punya otak yang mudah membayangkan sesuatu? "Kau tahu? Aku lebih baik minum jus saja sambil nonton televisi."

"Sungguh?" pancing Alex sama sekali tak percaya, "aku bisa lihat kau benci makanan sehat Gaea, lebih menyenangkan melihat Eryk bermain boxing daripada bergelut di depan televisi layaknya jomblo."

Gaea memutar bola matanya. Ia tidak mau diejek ketika menonton Eryk tetapi juga tidak mau makan-makanan sehat ini bukan karena benci, hanya tidak mood.

Ini seperti memilih memakan tomat atau jus tomat. Kedua-duanya tidak disukainya.

"Kalau kau mau menonton, aku sarankan diam menuruti Eryk, dia sedang bad mood," kata Alex, "aku bahkan tidak mau di dekat Eryk sekarang, babe."

Gaea jadi semakin penasaran, apa yang menyebabkan Eryk sampai bad mood begitu, tidak mungkin masalah pertunangan mereka, 'kan? Tadi Eryk baik-baik saja bahkan masih sempat mengerjainya, pastilah bukan soal tunangan, "Aku mau menonton."

Seringai Alex kian melebar, "Aku tahu kau takkan membiarkan kesempatan emas ini berlalu, babe."

Gaea memutar bola matanya, "Sudah tunjukan saja gedung olahraganya."

"Aye-aye, captain!" sahut Alex, kemudian berjalan menuju belakang rumah.

Gaea mengikuti dari belakang sedikit heran kenapa harus ke belakang? Bukankah hanya ada kolam renang saja? Udara dengan lembut mengenai wajahnya ketika keluar terus berjalan melewati kolam renang tanpa protes menuju di lapangan kosong yang diselimuti salju, dan di ujung sana ada ada gedung kecil tak jauh dari mereka, "Alex apakah ini?"

Tanpa menoleh Alex mengangguk, "Ini tempat khusus olahraga kami."

Gaea berhenti ketika mereka sampai di depan gedung besar bercat putih tersebut, "Biar aku tebak, boxing bukan satu-satunya yang ada di dalam, 'kan?"

"Kau pintar, babe," Alex memuji, "kami memiliki boxing dan beberapa alat olahraga di dalam. Kau bisa ke sini kalau kau tak mau berenang."

Gaea ternganga, berapa banyak uang yang terbuang demi membeli semua itu? Ia yakin tak selalu setiap hari mereka olahraga, ia tinggal di sini jadi takkan disia-siakan, "Ada alat lari tidak?"

Alex mengangguk, "Kau bisa meminta bimbingan Ferdinand, dia rajanya di sini, babe."

"Oh," Gaea akan mengingatnya tetapi tubuh Ferdinand yang kekar sedikit membuatnya tak nyaman dibimbing, "Ayo masuk."

Sebelum membuka pintu, Alex kembali memperingati, "Gaea, menurut, iya? Eryk sedang bersedih."

Gaea mengangguk, ia juga malas berdebat dengan Eryk pagi-pagi begini.

Alex tersenyum samar, akhirnya membuka pintu, "Ladies first," katanya dengan tubuh membungkuk sopan.

Gaea membalas tersenyum juga barulah masuk ke dalam, di sana sesuai ucapan Alex, banyak alat olahraga, dari treadmill, sepeda statis bahkan dumbell yang kecil pun ada benar-benar seperti di gym.

"Ayo Eryk!" seru Ferdinand.

Eryk langsung memukul samsak tinju di setiap sisinya dengan sekuat tenaganya, mengeluarkan semua emosinya.

Gaea yang melihatnya terkagum dan takut bersamaan, melihat samsak tinju yang dipukul Eryk sampai berayun-ayun begitu pasti tenaga pria itu besar ataukah emosi yang besar mengingat Alex bicara Eryk sedang bad mood? Ia mencari tempat duduk dan menemukannya, ada Rainer juga di sana, "Boleh aku duduk?"

Rainer melirik sekilas dan menggeser diri supaya Gaea bisa duduk, lalu menutup matanya yang terasa berat.

Gaea duduk setelah mendapat persetujuan Rianer dan kembali menonton Eryk yang masih fokus olahraga, di luar dugaan tidak membosankan malah asyik.

Gaea jadi berpikir untuk mencoba boxing juga melihat Eryk keren sekali di matanya saat ini.

"Huh?" Gaea merasakan bahu kanannya terasa berat, melirik dan mendapati wajah Rainer hanya beberapa inci dari wajahnya bersandar di bahunya, tertidur.

'Apa yang harus aku lakukan? Rainer terlihat lelah. Haruskah aku bangunkan?'

Tetapi ....

Gaea memutuskan untuk membiarkan, melupakan kekesalannya meskipun degup jantungnya berdebar kencang sekarang ini. Ia beranikan diri melirik lagi, memperhatikan dengan seksama wajah Rainer—bulu mata yang panjang, hidung yang mancung—lalu tertunduk malu.

'Aku mencintai Eryk tetapi kenapa saat bersama Rainer hatiku—'

"Wow, kau menikmati bersandar di bahu tunangan saudaramu sendiri?"

Gaea terkejut, terlalu sibuk memperhatikan Rainer sehingga tidak menyadari Eryk datang menghampiri dengan eskpresi wajah terlihat kesal, "Rainer bekerja sampai larut malam biarkan dia."

"Dari mana kau tahu dia bekerja hingga larut?" Eryk bertanya dingin.

"Aku ...," Gaea kehilangan kata-katanya.

Rainer akhirnya bangun, berhenti bersandar di bahu Gaea, wajahnya jelas sekali jengkel, "Kalian tunangan bohongan, kau mencintai Katherine, tapi berusaha memonopoli Gaea? Lelaki macam apa kau ini Eryk?"

Eryk melipat tangannya di depan dadanya, "Kau tidak perlu mengguruiku, Rainer. Aku tahu tindakanku."

"Tentu kau tahu," sindir Rainer sambil menguap lebar, kemudian bangkit berdiri, "aku mau istirahat, aku akan kembali saat kepalamu sudah dingin."

"Apa!?" Eryk mengepalkan tangannya emosi.

Gaea yang sejak tadi melihat memberanikan diri berkata, "Sudah Eryk jangan serius begitu seperti bukan dirimu saja, haha ...," candanya berusaha mencairkan suasana.

"Aku pikir kau menikmatinya juga, hah?" tanya Eryk.

Gaea merasa tersinggung dengan ucapan Eryk, "Kau ini kenapa!? Aku ingin tenang bersamamu, tapi kau selalu ada saja yang ingin diperdebatkan denganku!"

Eryk terkejut, dan termenung, perasaan frustrasinya akan Katherine nampaknya mempengaruhi suasana hatinya sehingga menyerang Rainer dan Gaea, "Maaf."

Masih dengan pipi yang menggembung, Gaea menyahut, "Tak apa."

Eryk mengangguk, "Karena kau sudah ada di sini, aku ingin kau latihan bela diri, Gaea."

"Aku!?"

"Iya," sahut Eryk kalem, "aku ingin kau bisa melindungi dirimu jika sewaktu-waktu aku, Rainer atau yang lain tidak bersamamu."

"Tetapi kenapa?" tanya Gaea kebingungan, meskipun bagus belajar ilmu bela diri sebagai pertahanan bila ada penjahat.

Eryk mengembuskan napasnya, "Bukankah jelas?" Matanya menatap lurus mata Gaea, "Aku tidak bisa kehilanganmu ...," katanya serius.

Pengakuan Eryk membuat Gaea membeku.

Tidak bisa kehilangan dirinya—?