Chereads / Dendam Cinta / Chapter 19 - Bisnis

Chapter 19 - Bisnis

Gaea tersenyum berbinar-binar melihat sahabatnya, tanpa berpikir panjang langsung menuruni tangga, sudah siap-siap membentangkan tangannya ingin memeluk Lola, tapi sahabatnya itu mengulurkan tangan ke depan untuk menghentikannya.

"Berhenti," perintah Lola, "reunian nanti saja. Mana Eryk?" tanyanya dingin.

"Huh?" Kenapa sifat Lola jadi berubah drastis begini? Apa efek dari jet lag?

Eryk yang menuruni tangga dengan santainya berkata, "Ada apa siang-siang kau ribut-ribut? Baru sampai sudah menunjukan taringmu."

Lola mengepalkan tangannya, semua emosi yang ditahannya selama dua hari meledak juga, "Kau! Aku menghabiskan waktu selama sebelas tahun merahasiakan Gaea pada dunia, tetapi kau malah melakukan hal memalukan seperti itu!?"

Gaea terhenyak mendengar teriakan Lola.

Apa maksud dari ucapan Lola? Gaea tidak mengerti, menyembunyikan dirinya dari dunia? Ia memang menyembunyikan jati dirinya, tapi Lola tidak tahu jadi bagaimana bisa?

Kepalanya rasanya mau pecah dengan misteri ini.

Eryk sama sekali tidak terpengaruh akan emosi Lola, wajahnya tetap datar, "Nona Muda, kesalahan ini bukan padaku saja loh, tanyakan pada sahabatmu di sana ...."

Lola sama sekali tidak mau melihat Gaea, menjawab dingin, "Dia bukan sahabatku. Kau sendiri yang bilang aku hanyalah Bodyguard dia."

Gaea merasakan hatinya teriris mendengar Lola berkata mereka bukanlah sahabat, bagaimana bisa sikap Lola berubah drastis setelah tidak bertemu selama dua hari?

"Aku tidak punya waktu akan celotehanmu Lola, simpan itu nanti, aku mau pergi ada urusan," kata Eryk dingin hendak melangkah tapi terhenti oleh Lola, "Jangan mengetes aku Lola."

Namun Lola tidak bergerak sedikit pun.

Eryk kehilangan kesabarannya, "Kau yang memintanya," katanya dingin, "Ferdinand, pegang dia."

Baru di saat itulah Lola bergerak melompat, memeluk Eryk erat, "Aku takkan melepaskanmu sebelum kita selesai bicara."

Eryk mencoba membebaskan dirinya dibantu oleh Ferdinand, "Wanita satu ini ...," keluhnya masih berusaha melepaskan, namun sulit karena kaki Lola mengunci pinggangnya agar tidak bisa banyak bergerak, "Rainer, Alex bantu aku dong." Ia yang kewalahan meminta bantuan juga.

Rainer dan Alex akhirnya bergerak membantu pelukan mematikan Lola.

Gaea yang melihatnya syok; dari mana kekuatan besar itu berada? Lola selalu menjadi wanita yang tidak berdaya! Ia tertunduk.

Ataukah semua itu hanyalah akting?

Gaea menggigit bibir bawahnya.

Berapa banyak orang lagi yang menyembunyikan rahasia darinya?

Apakah Ava juga termasuk? Sahabat paling polosnya?

Eryk merapikan pakaian serta rambutnya yang acak-acakan akibat ulah Lola, "Kau ini sudah aku bilang nanti masih nakal."

Lola yang ditahan oleh kurungan Ferdinand berusaha memberontak, "Kau sendiri yang membuatku seperti ini, bodoh! Aku berakting hanya untuk kau menghancurkan rencana demi sebuah cincin!? Waktuku selama sebelas tahun tersia-siakan, hargai usahaku sebelum melamar dia!"

Gaea terkejut bukan main, bahkan Lola tidak mau mengucapkan namanya, ketika mengomel pun terdengar begitu menjijikan saat berkata lamaran.

Eryk yang tidak tahan dengan teriakan Lola akhirnya membuka suaranya, "Ini bukan hanya tentangmu, aku juga merasa sia-sia, kau pikir berapa lama aku habiskan waktu demi Gaea, hah? Dua belas tahun, jadi Nona Muda sebelum mengomel berpikirlah secara luas terlebih dahulu."

Gaea menggaruk lengannya yang tak gatal; dua belas tahun? Pertemuan dengan Eryk baru setahun yang lalu, bagaimana bisa dua belas tahun? Apakah ada yang salah? Ingatan Eryk ataukah dirinya?

Lola memandang tajam Eryk sebelum kemudian naik ke atas sambil menghentak-hentakan kakinya kesal.

Eryk mengembuskan napasnya, "Bajuku tidak ada yang robek Alex?" tanyanya memastikan setelah merasakan sesuatu yang perih di punggungnya.

Alex segera mengecek semuanya baik-baik saja sampai ketika menyingkap jas hitam ada sobekan berupa bekas cakaran juga di kulit Eryk, "Kau harus ganti kemeja, man."

"Bagus," gumam Eryk, dan dengan lesu kembali ke kamarnya untuk ganti baju.

"Kau ingin tahu kenapa Lola seperti itu, 'kan?" Rainer membuka suaranya.

Gaea yang masih berasa bersedih, mengangguk.

"Sedihnya, begitulah sifat asli Lola, Lola yang selama ini kau kenal hanyalah sandiwara belaka," Rainer menjelaskan pelan agar Gaea tidak terluka.

Itu jati diri Lola yang asli? Seorang wanita yang kuat dan memiliki emosi meledak-ledak bukan seksi dan menggoda?

Gaea tidak percaya! Segera menyusul ke tempat Lola berada tanpa peduli teriakan Rainer dan Alex. Ia sedikit bingung sebab ruang tidur ada banyak di sini. Terpaksa memeriksa satu-satu mulai dari ujung.

Semuanya terkunci hingga tiba di kamar kosong di sebelah Eryk, pintunya tidak terkunci.

Gaea pun mengintip ke dalam dan benar adanya Lola di sana, sedang duduk di dekat jendela bertopang dagu, menenangkan diri.

"Kau mau apa?" Lola bertanya tanpa melirik Gaea sama sekali.

Gaea masuk ke dalam dan menutup pintunya, "Aku ingin berbicara denganmu, Lola."

"Tidak ada yang mau aku bicarakan padamu," Lola menyahut dingin

Gaea meletakan tangannya di dadanya, "Aku ingin berbicara dengan sahabatku."

Suara tawa patah-patah Lola terdengar mengejek, "Belum jelas tadi? Aku bukan sahabatmu, aku hanya Bodyguard-mu."

Gaea masih menolak untuk mempercayainya, "Aku tidak percaya."

"Tidak semua realita itu indah, honey," kata Lola datar menyilangkan kakinya, "kau tidak percaya? Baiklah akan aku ceritakan awal dari ini semua."

***

Flashback

***

"Kenapa harus aku?" tanya Lola terheran-heran.

"Karena kau perempuan, Gaea perempuan," Eryk menjawab dengan nada sarkasnya.

Lola menolaknya mentah-mentah, "Aku tidak mau hidup sebagai rakyat kecil! Dimana juga rumah kita? Kenapa kita tidak punya rumah begini, sih?"

Eryk termenung, mana mungkin mengaku semua hartanya dirampas Kervyn. Apa juga Lola bersikap bak Tuan Puteri padahal baru diadopsi ayahnya dua tahun, sebelumnya hidup biasa pasti sudah dijalani Lola. Kenapa protes? "Uang kita sudah diambil orang hanya sisa satu surat wasiat itu pun uangnya baru bisa aku ambil ketika aku berumur dua puluh tahun."

Mata Lola melebar, "Lima tahun aku harus hidup di apartemen kotor yang Gaea tempati? Tidak mau."

"Kau terlalu melebihkan situasi," kata Eryk, "kalian berdua bisa saling membantu Lola."

"Bagaimana denganmu?" tanya Lola.

"Aku? Aku juga sama tapi aku tidak mau dekat dengan kalian," kata Eryk—terutama Gaea yang sudah tidak bisa melihat normal tanpa kekesalan di hatinya.

Lola terkejut; hidup dengan Gaea tapi jauh dengan Eryk?Mana sudi! "Aku maunya bersamamu!" Diakui malu-malu mendekati Eryk, "kita bisa bersama sampai uang kita kembali ...," lanjutnya memberanikan diri memeluk pemuda itu lembut agar ttidak memberontak, "di saat itu ... mungkin kita bisa lebih ... dari ini ...."

Eryk langsung melepas pelukan Lola, "Kau dan aku saudara, apa yang kau pikirkan?" tanyanya dingin dan sedikit jijik memikirkan mereka bisa lebih dari itu.

Lola tertawa pahit, tentu saja Eryk akan menolak dirinya, tetapi tetap tidak mau menyerah, "Kita bukan saudara kandung, sejak melangkahkan kaki ke rumahmu, aku jatuh cinta padamu!" serunya emosi sebelum kemudian tertunduk sedih, "aku mencoba menghilangkannya, karena kita bersama tinggal satu rumah membuatku sulit, aku tidak memanfaatkan kematian Ayah kita tapi ini kesempatan untuk dekat denganmu sebagai gadis bukan saudara ...," Ia mengakui sedih.

Eryk di lain sisi perasaannya bercampur aduk; kesal, jijik dan kasihan, "Ini juga bagus sebagai caramu melupakanku. Cepatlah ke tempat Gaea," katanya dingin, berbalik pergi meninggalkan Lola.

Lola menghentakkan kakinya frustrasi.

Harga dirinya diturunkan demi mengungkapkan perasaannya namun Eryk bersikap seolah perasaannya sebuah sampah. Ia mengejar pemuda itu, membalikan tubuh Eryk dan menyatukan bibir mereka berdua—melakukan usaha terakhirnya.

Eryk yang dicium tiba-tiba membeku beberapa detik hingga akhirnya mendorong paksa Lola hingga gadis itu terjatuh ke aspal. Dilap bibirnya dengan cepat menggunakan punggung tangannya, "Bibirku ternoda ...."

Lola meringis, "Apakah aku sekotor itu di matamu, Eryk!?"

Eryk membuang pandangannya, sekarang tidak bisa melihat Lola tanpa rasa jijik, "Kau dan aku adalah saudara, menciummu sesuatu yang menjijikan bagiku bukan kau sendiri Lola," Ia mengelap bibirnya lagi dengan sapu tangan kali ini sebelum melanjutkan langkahnya, "hubungan kita takkan berubah sampai kiamat terjadi."

Kata-kata tersebut sukses membuat Lola menangis tersedu-sedu.

***

Flashback Selesai

***

"Habis itu, aku ke tempatmu dan melakukan tugasku," Lola menyudahi dengan hembusan napas kecil.

Gaea tidak mempercayai ini jadi selama ini Lola bersamanya atas perintah Eryk? Dan yang membuatnya sedih adalah apakah sikap dan perasaan Lola juga palsu? Hanya ada satu cara mengetahuinya, "Sikapmu selama ini juga palsu?"

"Tidak semuanya, lebih tepatnya aku hanya berperan sebagai sahabat terbaikmu, yang mendukungmu di saat suka dan duka," Lola menjelaskan dengan nada suara yang sinis, "karena lamaran Eryk, aku selesai menjadi sahabatmu."

Gaea tidak dapat menerimanya, "Apakah kau sama sekali tidak menganggapku teman?"

Lola memutar bola matanya, "Kau masih temanku sebelum kau menerima lamaran bodoh Eryk."

Gaea teringat Lola bercerita dia jatuh cinta dengan Eryk—"Kau masih menyukai Eryk?"

Untuk itu Lola berpikir sebentar, "Aku sendiri tidak tahu. Eryk bersungguh-sungguh ketika dia bilang tinggal bersamamu akan melupakan perasaanku karena setelah kejadian itu kami tidak bertemu selama setahun hanya berkomunikasi itu pun lewat Sebastian," jelasnya, "kau sudah puas bertanya? Ada lagi? Aku mau tidur. Aku tidak dibayar untuk ini," katanya ketus.

Gaea merasa Lola memperlakukan dirinya seperti orang asing padahal mereka sudah tinggal bersama selama sebelas tahun. Ia yakin Lola tidak sepenuhnya membencinya hanya mungkin kesal bukan tunangan Eryk. Mungkin, "Apakah kau tahu kenapa Eryk memerintahkanmu menjadi Bodyguard-ku?"

"Aku juga tidak tahu, aku tidak menanyakan masalah itu karena dulu aku berpikir dia hanya ingin ketenangan karena Ayah kami sudah tiada," kata Lola kalem.

Jadi Lola tidak mengetahui tujuan tersebut, jalan satu-satunya hanyalah bertanya pada Eryk langsung.

"Terima kasih dan beristirahatlah dengan tenang Lola," kata Gea berjalan keluar kamar Lola, menutup pintunya dengan berat hati.

Gaea berpikir dengan adanya Lola, suasana akan lebih baik, siapa sangka justru memburuk ... menerima kenyataan pahit Lola bukanlah Lola yang dikenalnya.

"Tampaknya ada yang tahu kebenaran ...."

Gaea menoleh, ada Eryk sudah lengkap dengan pakaian barunya, sebuah ide muncul di kepalanya, "Aku boleh ikut?"

"Tidak," Eryk menjawab tanpa pikir panjang sama sekali, "kau tinggal di sini lebih baik." Ia tidak mau menyelidiki sambil melindungi juga.

Merepotkan.

Gaea tidak menyerah mengeluarkan jurus terakhirnya, "Please?" pintanya memelas.

Tidak, tidak, Gaea mengeluarkan ekspresi yang tidak disukainya.

Eryk menatap Gaea tajam, berharap wanita itu menyerah.

Namun, tidak ada yang mau mengalah satu sama lain.

"Berhenti menatapku seperti itu ...," Eryk akhirnya menyerah, melihat ekspresi Gaea sekarang ini mengingatkannya akan Gaea yang dulu.

Gaea tentu tidak menurut, masih tetap menatap layaknya lost puppy; sedikit lagi berhasil membujuk Eryk.

"Woman," kata Eryk disela helaan napasnya, "kau boleh ikut tapi menurut apa perintahku atau aku akan menyuruhmu pulang."

Gaea tertawa kecil; belum ada yang bisa menolak pesona puppy eyes-nya, sebelum kemudian memberi hormat main-main, "Siap, Bos!"

Eryk mengibaskan tangannya tak suka akan sikap kekanakan Gaea, dan turun ke bawah memasuki mobilnya, "Aku sudah menghubungi Tuan Johnny, dia bilang untuk langsung ke perusahaan dia. Kau tahu dimana kan Ferdinand?"

"Johnny? Perusahaan kapal pesiar?" tanya Ferdinand.

"Iya, dari ucapan Aizawa, dialah yang mengirim undangan tersebut," kata Rainer.

"Jadi Johnny ini bukan orang yang menyelenggarakan pesta lelang itu?" tanya Ferdinand.

"Kita tidak tahu, informasinya hanya itu, aku akan berbicara dengan dia mengingat dulu aku pernah hadir di salah satu pesta kapal miliknya, tempat aku bertemu Aizawa juga," kata Eryk, "kau yang dulu mengantar aku ke pesta itu Ferdinand."

"Tapi kapal pesiarnya bukan perusahaan Johnny," kata Ferdinand.

Eryk memajukan tubuhnya untuk meletakan ponselnya yang bergambar google map di atas dashboard mobilnya, mengetikan alamat perusahaan Johnny yang tadi dikirim lewat pesan, dan kembali duduk lagi, "Tidak jauh dari lokasi pelabuhan. Dia pengusaha sukses kalaupun kita tersesat pasti banyak yang tahu nama perusahaan kapal Johnny."

Ferdinand mengangguk, lalu menjalankan mobilnya.

***

Sesuai dugaan Eryk, mereka sedikit tersesat, mereka sampai memutar jauh ke perusahaan Johnny berada, membuat Eryk mengumpat di perjalanan karena waktu pertemuan cukup dekat.

Mereka sampai tiga puluh menit sebelum jam pertemuan yang dijanjikan, Eryk, Rainer dan Gaea turun dari mobil tetapi yang dibolehkan masuk hanyalah Eryk.

Gaea duduk di ruang tunggu tamu tak protes toh niatnya memang ingin jauh dari rumah belum bisa menerima kenyataan mengenai Lola. Ia melirikkan mata pada Rainer di sampingnya, pria itu tertidur! "Dia lelah sekali ...," gumamnya disertai senyum kecilnya.

Rainer bekerja sebagai Hacker jelas membutuhkan banyak waktu dan tenaga.

Gaea kebingungan apa yang harus dilakukan olehnya selama menunggu Eryk kembali, teringat ada permainan di ponselnya namun sudah di tamatkan olehnya, "Oh." Ia teringat masih punya aplikasi baca yang disarankan Nadine!

Normalnya Gaea bukanlah penggemar komik lebih suka baca manga itu yang mengasah otaknya contohnya misteri. Jarinya bergerak ke bawah mencari kategori misteri, di luar dugaan ada banyak.

"Oh," Gaea merasakan bahunya terasa berat, tanpa perlu menoleh mengetahui kepala Rainer yang bersandar di bahunya, yang tadinya mau membaca jadi teralihkan dan teringat kejadian tadi pagi lagi.

Rainer bilang mengenai Eryk untuk tidak memonopoli dirinya, apakah maksud dari itu Eryk harus membagi dirinya untuk Rainer?

'Aneh sekali pikiranku ....'

Gaea berharap Ferdinand atau Eryk cepat kembali. Ia tidak tahu apakah bisa bertahan menahan kepala Rainer juga debaran jantungnya yang mulai bergerak cepat.

***

Eryk masuk ke ruangan yang berada di lantai dua yang ditunjukan oleh salah satu pegawai Johnny.

Di sana duduk seorang pria paruh baya dengan rambutnya yang mulai memutih, bibirnya mengukir senyuman serta berdiri ketika melihat Eryk masuk, "Ah, Tuan Eryk, senang bertemu dengan Anda lagi," katanya sopan mengulurkan tangannya.

Eryk menyambutnya, "Maaf, pasti Tuan Johnny menunggu lama, aku tadi sedikit terlambat, terkendala di jalan."

"Tuan Eryk tidak terlambat, masih ada waktu sedikit sebelum jam pertemuan kita," kata Johnny, "silakan duduk."

Eryk menurut dan duduk.

Johnny juga kembali ke tempat duduknya tadi dengan kedua tangan di atas meja, "Jadi? Ada apa Tuan Eryk kemari? Apa ingin menyewa kapal?"

Eryk sama sekali tidak tertarik melaut dalam waktu dekat, tetapi harus merayu Johnny agar memberikannya undangan mengingat pesta dilaksanakan sehari lagi dihitung dari rekaman Aizawa, "Iya, aku ingin menyewa satu kapal."

"Excellent," kata Johnny, "kapal jenis apa Tuan Eryk? Kapal pesiar? Kapal feri? Atau kapal cargo?" Ia menawarkan sopan.

"Sejujurnya aku hanya butuh kapal kecil, kapal pesiar pribadi," kata Eryk.

"Oh, aku mengerti," Johnny mengangguk, "maafkan aku, lupa memberikan selamat atas pertunangan Anda, Tuan Eryk."

Eryk sedikit membulat tidak berpikir untuk memanfaatkan status tunangannya, "Terima kasih, Tuan Johnny. Iya ... aku mau memakai beberapa hari, berdua dengan tunanganku," katanya dengan nada penuh cinta, "aku tidak bisa jauh-jauh darinya, aku terlalu mencintai dia ...."

Sungguh Eryk ingin memutar bola matanya akan kata-kata manisnya mengenai Gaea.

Johnny tertawa, "Ah, young love ...."

"Jadi? Adakah tipe kapal yang cocok bagiku?" tanya Eryk.

"Tentu Tuan Eryk, kami memiliki banyak kapal pesiar pribadi, tetapi jika Anda ingin lebih leluasa, ijinkan Saya merekomendasi kapal Yacht," kata Johnny memberikan sebuah gambar kapal pada Eryk.

Eryk melirik gambarnya sebentar, langsung mengangguk; tujuan utamanya bukan menyewa lagi pula, jadi setuju saja, "Mengenai finansialnya sekretarisku akan menghubungi Anda segera."

"Baiklah akan segera saya atur," kata Johnny.

Inilah kesempatan Eryk! "Sebelum itu, aku mendengar bahwa akan diadakan pesta di kapal pesiar milik Anda, Tuan Johnny ...?"

Johnny nampak terkejut dengan ucapan Eryk, sebelum kembali tenang lagi, "Iya, benar sekali Tuan Eryk. Ada yang menyewa kapal pesiar untuk pesta selama semalaman."

"Maaf jika lancang tapi temanku bilang Anda sendiri yang mengundang para tamu?" tanya Eryk lagi.

"Pegawaiku tepatnya, aku awalnya tidak mengerti kenapa yang menyewa ini tidak mau menyebar undangannya sendiri, tapi kami membuat kesepakatan jadi mau," Johnny menjelaskan.

"Begitu ...," Eryk mengangguk-angguk; ingin mengetahui siapa yang menyelenggarakan ini tetapi terlalu berisiko baginya ditambah Johnny seperti tak terlibat akan masalah ini, "bolehkah aku ikut?"

Mata Johnny membulat, "Tuan Eryk?"

Eryk mengangguk, "Aku ingin ikut, bisakah?"

"Aku tidak tahu Tuan Eryk suka mengoleksi barang langka," kata Johnny.

Eryk tertawa, "Aku menjadi suka setelah membuka lelang kemarin malam, sedikit menyesal telah menyerahkan The Perfect Pink ke orang lain."

"Ah, iya Anda yang menyelenggarakan lelang tersebut," kata Johnny sambil berpikir-pikir, "aku tak memiliki hak untuk menerima atau tidaknya Anda Tuan Eryk, maaf."

Harapan Eryk yang besar seketika turun, "Begitukah?" katanya sedih.

"Tetapi aku bisa merekomendasikan Anda kepada penyewa kapal itu," kata Johnny.

Eryk sesungguhnya tidak menyangka akan mendapat simpati Johnny, "Please?"

Johnny mengeluarkan ponselnya, "Penyewa ini tidak memberikan namanya selain inisial K, jadi kami hanya bisa mengirim pesan saja."

Tubuh Eryk bereaksi mendengar inisial 'K', "Apakah ada simbol hati setelah inisial itu?"

Johnny menaikan sebelah alisnya, "Apakah Tuan Eryk memiliki indera keenam?" katanya bergurau garing.

Eryk tertawa tertahan, "Ha-ha ...."

Positif.

Aizawa bekerja di bawah perintah Kervyn.

Eryk berpikir-pikir apakah akan diijinkan oleh Kervyn? Atau tidak?

Persentasinya kecil karena ia memakai nama aslinya bukan palsu.

Kervyn bukanlah orang bodoh, pelarian selama bertahun-tahun membuktikan itu.

"Oh, sudah dibalas," kata Johnny dengan mata tertuju pada ponselnya, memeriksanya, "di sini berkata ...."

Eryk menunggu dengan degup jantung yang berdetak cepat.

Semua taruhannya ada di sini ....

"Iya, Anda diijinkan Tuan Eryk ...."