Chereads / Dendam Cinta / Chapter 9 - Curiga ⚡♥️

Chapter 9 - Curiga ⚡♥️

Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak

Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti

Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore

Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh

Terima kasih,

Nona_ge

***

"Princess!?"

Alex mengangguk, "Sejujurnya tidak."

"Apa?" Gaea tidak mengerti.

"Aku bukanlah peri, Eryk menyuruhku melakukan 'magic' padamu," kata Alex, "dia itu lupa apa 'magic' yang aku maksud soal wanita bukanlah make up tapi lebih ke arah yang lain. Memuaskan, babe."

"Terlalu banyak informasi," kata Gaea tidak mau mendengar kehidupan pribadi Alex, apa gunanya juga, sudah sering melihatnya di bar dan terkadang menjadi hiburan setiap kali Alex ditampar wanita karena terlalu agresif.

"Aku tidak setuju Gaea masuk."

"Eh?"

Rainer mendekati mereka berdua, "Gaea tidak ada hubungan dengan ini semua, Eryk harus tahu itu, tidak bisa seenaknya memerintah orang seenaknya."

Kenapa Rainer bertingkah terlalu melindungi begini? Padahal belum lama bersikap tidak peduli padanya. Rainer sulit ditebak jalan berpikirnya.

"Aku setuju, Gaea masih polos," kata Alex, "tapi kau tahu sendiri Eryk bagaimana Rainer jika sudah menyangkut Kervyn."

Rainer tidak bergeming, "Dan kau tahu juga aku bagaimana jika sudah menyangkut orang yang tidak bersalah," katanya tegas bahkan menarik lembut Gaea ke belakang tubuhnya, melindungi, "katakan pada Eryk."

Alex menatap Rainer sesaat sebelum berbalik, "Whatever, man," Ia sudah melakukan apa yang harus dilakukan.

"Rainer," panggil Gaea pelan setelah Alex pergi, "kau tidak harus melakukan ini semua, kau tahu?" tanyanya, "aku tidak mau menjadi alasan perpecahan kalian berdua."

Rainer menggelengkan kepalanya, "Aku sudah seperti ini sejak dulu, Gaea," katanya, "percayalah, kau akan menyesal jika masuk ke dalam kehidupan Eryk," matanya menerawang ke atas, "aku tidak ingin kau menjadi seperti aku."

Eh?

Gaea terkejut, tidak ingin menjadi seperti Rainer? Di luar dugaan tampaknya pria itu peduli padanya. tetapi apa yang membuat menyesal jika masuk ke kehidupan Eryk? Ia sudah masuk, bukan? Ia bersyukur Rainer peduli padanya, itu manis.

Pintu ruangan kembali terbuka, membuat percakapan mereka terputus.

"Rainer," panggil Eryk tajam, "jangan ikut campur."

Rainer tidak mengindahkan peringatan Eryk bahkan tetap melindungi Gaea yang berada di belakangnya, "Kau tahu akibat dari ini, 'kan?"

"Aku tahu," sahut Eryk mencoba memegang tangan Gaea bermaksud membawanya, "jangan membuatku melakukan apa yang tidak mauku lakukan Rainer."

"Terus jangan lakukan ini," kata Rainer tak kalah dingin, "sudah berapa orang kau ajak ke dalam masalahmu?"

"Kau," kata Eryk tajam, "kau tidak tahu apa-apa."

Gaea yang sejak tadi hanya diam, merasa tidak enak melihat kedua teman bertengkar demi dirinya, "Rainer, tak apa, aku baik-baik saja," katanya sambil berdiri di tengah Eryk dan Rainer.

"Kau dengar dia," kata Eryk, "kau bukanlah siapa-siapa dia, jadi dia berhak memutuskan pilihan dia sendiri."

Rainer mengambil napas, "Aku melakukan yang terbaik buatmu," katanya sendu.

"Aku tahu," Karena itu Gaea tidak mau melihat keduanya bertengkar, "tapi aku tahu keputusanku."

"Kau tidak Gaea," kata Rainer frustrasi "dunia Eryk lebih parah dari yang kau bayangkan."

"Aku masih di sini, hey jenius," sindir Eryk, "dan aku bukan seorang kriminal jadi kenapa kau seakan menganggapku berbahaya?"

"Karena kau memang begitu," sahut Rainer tanpa beban.

"Apa!?" Eryk naik pitam, berani-beraninya menganggapnya seperti itu.

Gaea buru-buru memisahkan mereka lagi dengan kedua tangannya, "Sudah cukup! Baiklah aku akan pergi. Jangan bertengkar lagi, tolong."

Eryk dan Rainer terdiam namun mata mereka masih memandang tajam satu sama lain.

Gaea menatap Rainer dengan senyum manis di bibirnya, "Aku akan baik-baik saja. Kau tidak usah cemas."

Rainer memandang Gaea sesaat seakan berkata: kau yakin?

Gaea mengangguk.

Rainer mengembuskan napas, dan kembali lagi duduk di kursinya; ia sudah berjuang tapi jika Gaea tetap memilih Eryk, bisa apa?

"Uh ...." Gaea jadi merasa tidak enak.

"Kita tidak punya waktu lagi," kata Eryk sambil menarik tangan Gaea pelan, "rekan bisnisku sudah menunggu lama karena pertengkaran tidak berguna tadi."

Dan juga Gaea jadi tidak memiliki persiapan, tetap mengenakan pakaian santai bukan gaun formal seperti yang diinginkan olehnya.

Eryk sempat berpikir untuk membawa Gaea ke lantai bawah mengambil gaun yang inginkan olehnya tetapi karena keterbatasan waktu serta tidak yakin gaun Katherine akan muat membuatnya kembali ke ruangan dimana Aizawa berada.

"Jangan berkata begitu!" seru Gaea kesal, "Rainer hanya mencoba melindungiku."

"Dia terlalu banyak berspekulasi, aku hanya mau memperkenalkanmu bukan mengajak berbuat kriminal," keluh Eryk.

"Memperkenalkan apa?" Gaea bertanya penasaran.

Eryk membuka pintu sambil bergumam, "Kau akan tahu."

Gaea sedikit menjauh saat merasakan tangan Eryk berada di pinggangnya berusaha melepaskan tetapi justru semakin erat hingga membuat tubuh mereka bersentuhan.

"Maaf dengan keterlambatan ini," kata Eryk, matanya tertuju pada Gaea, "tunanganku agak malu, jadi sedikit sulit."

Gaea membeku di tempatnya berdiri; apa? Tunangan? Tunangan? Hanya itu yang ada dipikiran kecilnya.

"Jadi ini tunanganmu?"

Mata Gaea seketika tertuju pada seorang pria berambut hitam dengan sedikit helaian abu-abu, berjalan mendekati dengan senyum lebar di bibirnya, namun entah kenapa merasa ada sesuatu yang aneh dari senyum tersebut.

"Siapa namamu, hime?" tanya Aizawa.

"Gaea," sahut Gaea sambil mengulurkan tangannya.

"Ah, nama yang bagus. Senang bertemu denganmu," kata Aizawa menyambut uluran tangan wanita muda itu dengan hangat, "Eryk begitu bangga denganmu yang ingin menjadi seorang sekretaris pribadi tunanganmu, betul?"

Apa? Apa Gaea tidak salah mendengar? Sekretaris pribadi? Yang benar saja!

Matanya tertuju pada Eryk namun pria itu tidak mau menatapnya, "Iya, aku tidak ingin jauh-jauh dari Eryk. Aku menginginkan dia sepenuhnya sendiri."

Eryk sedikit terkejut mendengarnya sebelum normal lagi, "Tunanganku memang sedikit egois makanya di pertengkaran sebelumnya dia sampai ingin ke Shanghai karena aku terlalu sibuk bekerja."

Tentu saja Eryk akan membuat citra diri sendiri menjadi baik sedangkan ia buruk, tidak tahukah ia kesulitan memerankan tunangan palsu ini?

"Begitukah?" tanya Aizawa, "akan lebih baik kita membicarakan ini sambil makan jika Gaea-san tidak keberatan dengan ajakanku."

"Oh tidak," Gaea menggelengkan kepalanya, "dengan senang hati aku menerimanya."

"Arigato," kata Aizawa kembali ke tempat duduknya.

Eryk dengan gentleman menarik kursi di sampingnya agar Gaea bisa duduk, barulah punyanya sendiri.

Gaea sedikit bersyukur makanan kali ini bukanlah makanan Prancis atau apa pun yang harus menggunakan pisau dan garpu, untunglah rekan bisnis Eryk orang Jepang yang cara makannya menggunakan sumpit sebab belum mahir menggunakan pisau untuk memotong daging.

Gaea begitu berterima kasih pada Ava yang dengan sabar mengajarinya menggunakan sumpit.

"Jadi berapa lama kalian saling mengenal satu sama lain?" tanya Aizawa penasaran.

"Aku dan Gaea bertemu di kafe dekat kampus dia belajar ketika aku makan siang," kata Eryk, "dia wanita paling manis di sana, aku dan rekan kerjaku berpikir untuk meminta nomornya."

Gaea sendiri bertanya-tanya kenapa Eryk berbohong, apakah strategi atau memang malu mengakui ia bartender di klub milik pria itu.

Dan lagi Eryk memakai drama cinta pada pandangan pertama, apakah tidak terlalu mencurigakan? Ia tahu terkadang cinta bisa datang dengan cara yang tidak masuk akal tetapi ini? Layaknya drama cinta di televisi.

"Aku menolaknya tentu saja," Gaea membuka suaranya, "dia terlihat begitu sombong jadi mana mau aku dengannya," lanjutnya sambil memutar bola matanya; plot twist, eh? Mana mau membiarkan Eryk bersenang-senang.

"Walaupun akhirnya kau tergila-gila juga padaku," kata Eryk tidak mau mengalah.

"Tentu saja," kata Gaea, "kau juga tergila-gila padaku hingga melakukan lamaran itu."

Mata mereka saling beradu pandang tajam.

"Itu ...," Aizawa kebingungan ingin berbicara apa, "menarik jika dilihat dariku."

Gaea lupa jika ada Aizawa di sini, rasa kesalnya membutakan matanya sehingga menbuatnya lupa sekelilingnya.

"Kau sungguh wanita yang berbeda, Gaea-san," puji Aizawa sekali menepukan tangannya, "boleh kita berfoto bersama?"

"Eh?" Gaea sedikit terkejut.

"Bersama Eryk-san tentunya," Aizawa menambahkan.

Dengan Eryk?

Gaea tentu tidak keberatan, yang jadi masalahnya tinggal di Eryk sendiri, matanya melirik pria yang berada di sampingnya.

Eryk belum mengatakan apa-apa.

Gaea bingung; kenapa Eryk begitu lama menjawab tawaran Aizawa, mereka partner bisnis bukankah hal seperti ini menguntungkan buat ikatan mereka kuat?

Setelah berdiam diri cukup lama, mempertimbangkan, Eryk menjawab singkat, "Baiklah," katanya, "bisa kau tolong fotokan kami, Alex?"

Alex menerima ponsel milik Aizawa, dan mulai membidik arah kamera pada mereka bertiga.

Gaea tanpa curiga sedikit pun langsung berpose dua jari hingga ketika tangan Eryk melingkari pinggangnya membuatnya agak gugup tetapi memutuskan tidak menolak sebab mereka saat ini 'bertunangan' akan aneh jika menolak disentuh.

Alex mengambil gambar beberapa kali, memastikan Aizawa bisa memiliki banyak pilihan sebelum menyerahkan lagi ponsel milik pria paruh baya itu, "Sudah selesai."

Aizawa menerimanya dengan senang hati, "Oh," matanya melihat notifikasi dari telegram, "Ah, maaf iya, Eryk-san. Ada klien menungguku."

"Tidak apa-apa," kata Eryk.

"Aku harus pergi," kata Aizawa, "kita bertemu di lelang nanti sore."

Eryk mengangguk, dan mereka berjabat tangan lagi sebelum Aizawa keluar dari ruangan, "Aku kira kita harus membuat rencana baru."

"Aku tidak percaya dengan dia juga," kata Alex.

"Apa yang membuatmu berpikir begitu?" tanya Eryk.

"Aku pikir itu jelas? Dia tidak membawa siapa-siapa untuk menemaninya bertemu kita," kata Alex.

Eryk juga melihat keanehan tersebut, "Apa dia melakukan negosiasi ganda?"

Alex menggelengkan kepalanya, "Coba lihat rekaman yang Rainer buat apakah ada yang aneh."

Eryk mengangguk dan mereka berdua segera menuju tempat Rainer berada.

Gaea ragu sesaat, sebelum akhirnya mengikuti.

Kenapa berbisnis begitu menyulitkan begini? Saling menusuk satu sama lain.

***

Gaea yang tidak ingin mencampuri urusan Eryk lebih memilih menunggu di luar ruangan. Tidak ada gunanya juga baginya mengetahui bisnis Eryk bagaimana.

'Eryk juga tidak mempermasalahkannya.'

Gaea melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Masih lama sekali waktu mendarat pesawat teman-temannya, ia ingin cepat menghubungi mereka, mengingat semua barang-barangnya berada di sana, dan juga meluruskan masalah kesalahpahaman di antara mereka. Ia tidak bisa menghubungi sekarang juga karena adanya peraturan sebelum pesawat berangkat, ponsel harus dimatikan karena bisa mengganggu penerbangan.

Cklek.

Suara pintu dibuka, menyadarkan Gaea dari pikiran panjangnya.

"Kemana lagi kita?" tanya Gaea ketika melihat Eryk dan yang lainnya mulai berjalan menuju lift.

"Kita kembali ke rumah untuk persiapan acara," sahut Eryk.

"Oh ...?"

Tampaknya se-mencurigakan apa pun Aizawa, acara lelang tetap tidak bisa dibatalkan, mungkin karena acaranya di mulai malam ini?

"Tunggu," Gaea teringat sesuatu, "aku tinggal sendirian di apartemenku sampai tahun baru, jadi kalian harus mengantarku pulang agar aku bisa mengganti keamanan pintuku." Dan ia yakin akan membutuhkan waktu yang cukup lama karena keamanan kamar apartemennya sangat canggih, ia juga harus melapor pada pemilik apartemen mengenai pembobolan kamarnya.

"Siapa yang bilang kau tinggal di sana, babe?" Alex bertanya.

"Um ..." Kenapa ia merasakan firasat buruk?

***

Gaea tidak pernah menyangka akan secepat ini ke rumah pribadi Eryk, ia selalu mengira baru bisa berkunjung jika sudah memiliki hubungan yang dekat dengan dia. Matanya terus fokus memperhatikan rumah bercat cream dengan atap abu-abu muda dihiasi beberapa pohon untuk memberikan kesan hijau, sayangnya pohon-pohon itu tidak berpengaruh banyak karena sekarang musim dingin, dan tertutup salju.

'Rumah Eryk pasti jauh lebih cantik saat di musim semi nanti.'

Mata Gaea beralih ke seorang pria berambut putih dengan setelan jas hitamnya berdiri di depan pintu rumah Eryk yang terbuka seolah menunggu seseorang.

Ketika Alex memarkir mobil di depan rumah, pria yang berdiri tadi langsung menghampiri untuk membukakan pintu mobil di tempat Eryk berada.

"Tuan Eryk, selamat datang."

Eryk keluar dari mobilnya, "Iya," sahutnya singkat, "apa pesananku sudah datang, Sebastian?"

Pria bernama Sebastian itu mengangguk penuh hormat, "Iya," sahutnya sambil membukakan pintu untuk yang lain termasuk Gaea.

Gaea keluar dari mobil sedikit menaikan alisnya kebingungan saat mata hitam pria bernama Sebastian itu melebar melihatnya beberapa detik sebelum kembali normal.

'Perasaanku saja atau dia syok melihatku?'

"Katherine ke sini atau tidak?" tanya Eryk.

"Tadi sempat kemari, lalu pergi lagi," sahut Sebastian, "Nona Katherine tampak kesal sebelum pergi."

Eryk menggertakan giginya frustrasi. Ia yakin Katherine sudah mengetahui video lamaran pernikahan palsunya makanya marah. Ia pun yakin juga alasan ia tidak mendapatkan kabar dari dia juga karena video tersebut.

'Aku sudah menerima diriku menjadi bahan meme, tapi ini benar-benar mempengaruhi kehidupan pribadiku.'

Eryk duduk di sofa ruang tamu, dan mulai mengetik email untuk Katherine meminta bertemu, setelah selesai, ia menghela napas berat.

"Aku bisa istirahat sebentar akhirnya," kata Rainer sambil menguap kecil.

"Kau belum tidur sama sekali?" tanya Gaea cemas, dan baru menyadari ada lingkaran hitam di bawah mata Rainer. Dedikasi Rainer pada pekerjaan sungguh mengagumkan.

"Belum," sahut Rainer sambil duduk di sebelah Eryk, dan mulai menutup matanya.

Gaea syok melihat Rainer tidur dengan posisi duduk, "Hey, tidak baik buat kesehatanmu."

Rainer melirik Gaea sebentar, lalu menutup matanya lagi, "Aku lupa kita punya Ibu tiri sekarang," gumamnya.

"Apa!?" Siapa yang ibu tiri? Ia hanya peduli pada kesehatan Rainer!

"Daripada bertengkar, lebih baik kau bersiap-siap," kata Eryk.

"Aku ...?" Gaea menunjuk dirinya sendiri dengan polosnya.

Eryk mengangguk kecil, "Kau akan menemaniku mengikuti acara lelang."

"Kenapa harus aku?" tanya Gaea.

"Duh," Eryk tidak percaya Gaea masih tidak paham situasi sekarang telah berubah karena keputusan dia saat di bandara tadi, "kau tunangan aku, ingat? Aizawa akan curiga bila kau tidak ada."

"Oh," Gaea mengerti sekarang, "bisa aku tidak ikut?" tanyanya pelan. Ia tidak terlalu suka ada di antara kerumunan orang-orang kaya yang berbicara bisnis.

Eryk menatapnya seakan mengatakan: kau serius, iya? Lalu ia bangkit berdiri, "Aku lupa ada meeting dengan rekan kerjaku jadi aku harus pergi," Ia melirik jam di tangannya, "dan saat aku kembali, aku mau kau sudah selesai berdandan, Gaea."

Gaea menepuk keningnya. Tentu saja Eryk takkan setuju, tetap memerintah seenaknya. Walaupun menyebalkan, ia menyadari Eryk meninggalkannya sendiri di rumah besar ini, berarti ia bebas melakukan apa saja tanpa perlu kena marah, benar? "Sebastian, memangnya Eryk akan kembali kapan?" tanyanya penasaran.

"Tuan Eryk kemungkinan datang dua atau tiga jam lagi mengingat pertemuan ini membahas acara lelang juga," jelas Sebastian, "hanya kemungkinan Nona Gaea."

Gaea melompat gembira dari tempat duduknya. Dua jam cukup baginya untuk bersenang-senang sendiri.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak."

Gaea sedikit terkejut mendengar suara berat Rainer. Ia lupa jika dia tidak ikut bersama Eryk kali ini, mungkin Eryk membiarkan Rainer beristirahat atau mungkin rekan bisnis yang ditemui Eryk sekarang sudah dipercaya, "Aku tidak," sahutnya, "aku hanya ingin berkeliling sebentar."

Bisa melihat rumah bosnya adalah sesuatu yang langka, mana mungkin Gaea akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini, dan jika beruntung, ia bisa sedikit mengetahui wanita bernama Katherine yang dibicarakan Eryk tadi.

Tidak ada jawaban dari Rainer, justru terdengar dengkuran halus keluar dari bibir dia yang memberikan petunjuk sebuah persetujuan bagi Gaea.

Gaea dengan semangat mulai berkeliling, dan tanpa sadar langkah kakinya ke ruang makan yang memakai unsur modern, perabotan serta dinding cenderung berwarna putih dan abu-abu tua, sebagai pemanis terdapat dua vas besar berisikan bunga mawar asli di sisi pembatas ruang tamu menuju ruang makan.

Dan yang paling menarik adalah meja makan panjang hitam yang terdapat tujuh kursi.

Gaea dengan polosnya menghitung memakai jarinya berapa banyak anggota keluarga Enzo, "Satu, dua, dan tiga ...." Dari sepengetahuannya, Eryk adalah anak kedua, tapi ia tidak terlalu ingat soal kakak Eryk.

'Berarti lebih tiga. Untuk siapa lagi, iya? Apa saudara Eryk?'

Gaea tiba-tiba teringat ayah Eryk, Xander adalah orang yang murah hati, sering melakukan kegiatan amal apalagi mengenai perlindungan bagi anak kecil dan wanita, karena kemurahan hati itulah wajah Xander sering memenuhi koran harian yang dibacanya di pagi hari. Ia juga pernah menonton Xander sedang makan malam bersama anak-anak yatim piatu.

'Tuan Xander sungguh baik hati, dan sifat dia yang memiliki kepedulian tinggi pada orang lain juga ada di diri Eryk. Aku pernah baca di majalah kalau Eryk suka mendonorkan darah dia.'

Gaea merasa tidak nyaman dengan pikirannya, memutuskan kembali ke ruang tamu, namun ketika berjalan menuju ke sana, di antara dua tangga yang melengkung terdapat sebuah foto berukuran besar yang menyita perhatian matanya.

Foto tersebut mungkin keluarga Enzo ...?

Xander terlihat lebih muda di foto itu, tidak ada uban di helaian rambut pirang dan kerutan di wajahnya, menandakan jika benar dugaan Gaea. Yang lebih menarik lagi, Xander dikelilingi oleh enam orang anak kecil ...?

Gaea langsung mengenali anak kecil berambut pirang pendek dan memiliki warna mata biru langit yang berada dipangkuan Xander, ia yakin seratus persen itu Eryk, dan ia tidak bisa berhenti terkesima melihat Eryk kecil yang begitu imut memamerkan senyum polos di bibirnya.

'Eryk berubah dari anak manis menjadi pria yang menyebalkan.'

Matanya melirik ke anak kecil yang lain, dan sedikit kebingungan.

'Ini perasaanku atau mereka semua bawahan Eryk ...?'

Gaea yakin anak kecil berambut cokelat yang berdiri di samping Eryk adalah Alex, serta dua anak kecil berambut hitam adalah Rainer dan Ferdinand.

Apa yang terjadi?

"Mereka semua anak angkat Tuan Xander kecuali Tuan Eryk."