Chereads / Dendam Cinta / Chapter 6 - Lamaran ⚡♥️

Chapter 6 - Lamaran ⚡♥️

Novel ini hanya ada di aplikasi WebNovel kalau ada di aplikasi lain berarti dibajak

Saya kasih catatan karena udah banyaknya kasus novel dibajak, dan saya kena, ga dapet royalti

Jadi bagi pembaca belum tahu apa itu aplikasi WebNovel, kalian bisa download aplikasi bertuliskan WebNovel di playstore

Di WebNovel koinnya lebih murah dan ada voucher baca gratis sampai 3 loh

Terima kasih,

Nona_ge

***

Gaea mengerutkan alisnya, "Maksudmu?"

"Aku ingin berbicara denganmu," kata Eryk, "penting."

Gaea memutar bola matanya; mulai lagi si Tuan Egois ini, untunglah ini bukan di area kerja jadi tak perlu berbasa-basi, "Aku tidak mau."

"Gaea," panggil Eryk tajam; jangan mencoba mengetesnya.

Namun itu sama sekali tidak berefek pada Gaea; siapa peduli? Lagi pula pesawatnya akan berangkat sebentar lagi, "Aku tetap tak mau," katanya tanpa beban, "aku akhirnya bisa berlibur jauh darimu Tuan Eryk mana mungkin aku melewatkannya."

Benar.

Mana mungkin Gaea merelakan berlibur ke Shanghai demi Eryk? Kalau kejadian semalam tidak terjadi akan bersenang hati menurut.

Teringat takkan bertemu wajah sombong Eryk selama seminggu membuat semangat dalam dirinya naik lagi.

"Gaea ini penting," Rainer ikut membujuk setelah sekian lama diam, biasanya tak suka ikut campur, namun melihat hubungan Gaea dan Eryk terlihat memanas memutuskan ikut merayu.

Gaea menguap tidak tertarik, "Aku tidak peduli, Rainer," katanya, "aku sudah cukup dipermainkan." lanjutnya ketus, "sekarang, bisakah kalian pergi?"

Kenapa begitu sulit mendapatkan ketenangan?

"Kau jangan main-main, Gaea," kata Eryk, "aku hanya butuh sedikit waktumu, setelahnya kau mau ke ujung dunia pun aku tidak peduli."

Gaea berpikir Eryk tidak sedang buru-buru?

Satu jam lagi Eryk akan bertemu Aizawa, dan tingkah kekanakan Gaea menaikan darahnya.

Karena siapa mereka ada di posisi ini? Gaea.

Dan lagi kenapa Gaea selalu membuat situasi semakin sulit?

Gaea sungguh marah kali ini, Eryk benar-benar melukai hatinya, "Aku tidak mau, sekarang pergilah atau aku panggil petugas keamanan!"

Eryk kehilangan kontrol dirinya juga, "Jangan main-main, situasiku lebih penting darimu."

Gaea merasa itu sebuah tantangan baginya, jadi matanya melirik ke sana kemari mencari-cari petugas keamanan, dan ketemu dua sekaligus tengah berbicara dengan seorang turis, mungkin memberikan petunjuk arah, "Tolong, petugas! Dia mencoba melukaiku!"

"Gaea!" panggil Eryk frustrasi; wanita ini sudah membuatnya gila. Ia berbicara setenang mungkin, tetapi Gaea menginginkan keributan?

Gaea hanya tertawa bahkan ketika Eryk mulai ditarik petugas, melayangkan 'ciuman' cinta kemenangan pada pria itu.

Sebuah kenangan yang manis.

Di sisi lain Eryk tidak bisa berbuat banyak, tangannya terkunci erat oleh kedua petugas bandara menuju bagian keamanan.

Tidak.

Diinterogasi petugas sesuatu yang harus dihindarinya. Harus memutar otak agar bisa keluar dari masalah ini.

Pertemuan dengan Aizawa juga semakin dekat, tidak bisa menghabiskan waktu di ruang interogasi hanya untuk menjawab pertanyaan konyol.

Jika ada satu kesalahan dibuat olehnya, ia yakin akan kehilangan jejak Kervyn lagi.

Eryk harus mencari cara! Cepat!

Sesuatu yang mudah tetapi dipercaya dan tentu menguntungkan baginya.

Kepalanya muncul satu ide—ide yang cukup gila hingga Eryk pun ragu, namun tidak memiliki pilihan harus melakukannya jika tidak Gaea akan pergi membawa berlian lelang malam ini.

"Lepaskan aku," kata Eryk, "aku ini kekasih wanita itu."

"Sungguh? Kau tidak terlihat seperti itu." Tentu saja mereka takkan mudah percaya.

"Aku akan tunjukan, jika aku menunjukan sesuatu yang membahayakan pacarku, kalian bisa melakukan apa saja padaku," kata Eryk mencoba bernegosiasi.

"Dia memang kekasih wanita itu, Pak," kata Rainer ikut membela setelah sekian lama terdiam, "mereka sedang bertengkar hebat sampai-sampai Gaea mau ke Shanghai karena muak melihat wajah menyebalkan Eryk," lanjutnya berusaha menahan tawa ketika mengucapkan 'wajah menyebalkan'.

Darah Eryk mendidih, untunglah tangannya terkunci, bila tidak wajah sombong Rainer sudah hilang sebelum selesai merendahkan dirinya.

Kedua petugas itu saling beradu pandang, mengirim sinyal lewat mata mereka apakah harus diberi kesempatan.

"Tolonglah, aku tidak bisa kehilangan dia," kata Eryk sedih—berakting, "jika aku tidak menghentikan dia ke Shanghai, aku takkan bisa menemukan dia lagi."

Salah satu petugas melepas tangannya dari tangan Eryk, "Man, aku mengerti bagaimana rasanya," katanya sedih, mengingat kenangan bersama istrinya yang berada di luar kota.

"Tentu," kata Eryk tidak bersemangat namun bibirnya menyeringai kecil; bodoh.

"Baiklah kami akan melepaskan tetapi jika kami melihat ada yang tidak-tidak, kau akan tahu akibatnya," kata petugas yang satunya lagi, membebaskan tangan Eryk yang masih terkunci.

"Kau takkan kecewa," kata Eryk dengan seringai lebarnya, kemudian berjalan kembali menuju tempat terakhir kali Gaea berada sungguh lega mengetahui wanita itu masih di situ, sudut bibirnya tertarik saat mata Gaea melebar melihatnya kembali kemari.

"Kenapa kau di sinj!?" Gaea terheran-heran; memang masih ada dua petugas itu namun mereka berdiri di belakang tidak mengunci tangan pria itu maupun memborgol.

Eryk mengambil napas dalam.

'Pikirkan Gaea adalah Katherine. Katherine.'

Mata Eryk terbuka, pandangannya serius, "Aku tahu kau marah padaku, Gaea," katanya pelan.

Gaea memutar bola matanya seakan memberi tahu: baru sadar?

Eryk menyipitkan matanya tidak suka; hanya karena ini di luar kerja, Gaea bisa seenaknya menginjak-injak harga dirinya? Ingin sekali menghilangkan wajah sombong itu sebelum mengembuskan napas menenangkan dirinya.

Tenang.

"Jika kau pergi ... hari-hariku akan berbeda tanpamu," Eryk memulai berakting lagi, "bahkan tadi pagi aku terbangun dan kau tidak berada di sisiku, aku menyadari betapa hampanya hatiku saat itu."

Mulut Gaea ternganga; apa yang dibicarakan Eryk?

Terbangun tak berada di sisi pria itu?

Apa Eryk sudah kehilangan akal sehatnya?

Iya, Eryk mulai kehilangan akalnya.

Eryk menatap lurus iris mata hijau di depannya begitu serius seakan bisa melihat isi hati Gaea, tatapan mata yang berhasil membuat rona merah muncul di kedua pipi wanita itu, "Kita memang sering bertengkar, saling posesif satu sama lain, akan tetapi semuanya bisa kita lewati, yang menandakan perasaan kita lebih kuat dari itu."

Gaea mulai merasa tidak nyaman, tidak cuma tatapan Eryk yang memancarkan penuh cinta padanya bagaikan wanita yang begitu berarti bagi Eryk, tetapi kata-kata indah pria itu juga meluluhkan hatinya, sekali lagi.

Gaea tahu ini tidaklah masuk akal tetapi ia terlalu terpana hingga tidak melawan hanya mengikuti permainan yang dibuat Eryk.

"Karena itu aku ingin kau tetap berada di sampingku setiap hari," kata Eryk mengambil sesuatu di balik jaket hitamnya, sebuah box merah kecil.

Gaea speechless—menutupi mulutnya yang terbuka lebar ketika Eryk membuka box merah tersebut memamerkan cincin putih bertahtakan berlian berwarna merah dengan potongan bentuk buah pir.

"Gaea Silva ...," panggil Eryk lembut, kemudian berlutut dengan satu kakinya, "will you marry me ...?"

Gaea tidak bisa berkata apa-apa, suasana bandara menjadi riuh karena lamaran Eryk yang tiba-tiba, semua berhenti beraktifitas untuk melihat keduanya.

Gaea tidak bisa mendengar suara sorak orang-orang yang meneriakan 'jawab' atau 'iya' bahkan temannya Lola dan Ava yang berada di belakangnya pun tidak, otaknya masih blank—tidak percaya Eryk melakukan hal ekstrem ini.

Semua wanita pasti ingin berada di posisinya, siapa yang tak mau dilamar di tempat umum seperti ini?

Gaea sendiri suka namun lamaran ini palsu bukan asli meskipun diakuinya ucapan Eryk menyentuh hatinya.

"Terima! Terima! Terima!"

Gaea tersadar, sekarang kebingungan, apa yang harus dijawabnya—dilamar di tempat umum memberikan tekanan besar baginya.

'Aku harus jawab iya atau tidak?'

Gaea melirik Eryk yang masih berlutut untuk mencari jawaban, seakan mengerti kebingungan di wajahnya, Eryik menjawab melalui gerakan di mulut.

N-O.

Yang berarti harus ditolaknya.

Gaea merasa menolak bukanlah jawaban yang tepat bila dilakukannya orang-orang di sini akan menyorakinya karena mematahkan hati pria tampan macam Eryk atau memang rencananya Eryk membuatnya jelek di mata orang-orang ...?

Gaea naik pitam.

Jika Eryk menginginkannya jatuh, ia akan memastikan Eryk juga jatuh bersamanya.

Jadi Gaea melayangkan senyuman semanis mungkin, lalu berkata manis, "Iya! Aku akan menikah denganmu!"

Sorak suara serta tepuk tangan pecah memenuhi bandara setelah mendengar jawaban Gaea.

"Selamat! Semoga bahagia!"

Gaea menjadi merasa tidak enak karena telah membohongi mereka semua, malah ada yang berteriak 'relationship goals' atau pun 'perfect couple'.

'Perfect couple', apanya?'

Gaea menunggu Eryk yang masih syok, mengedarkan pandangannya dan terhenti kala bertemu mata Rainer yang menatapnya sendu memberikan tanda tanya, akan tetapi mengetahui ditatap, Rainer membuang muka.

'Apa aku melakukan kesalahan?'

Mungkin Gaea harus mengobrol dengan Rainer setelah kericuhan ini berakhir.

Eryk tersadar dari syok beratnya setelah merasakan bahunya ditepuk, menoleh lewat bahunya untuk melihat siapa, tentu siapa lagi jika bukan Rainer. Tubuhnya ditegakkan lagi, menatap Gaea yang tersenyum manis bak bidadari, tersadar wanita itu melawannya dua kali.

Dua kali.

Dia. Eryk Enzo.

Belum ada orang yang berani melawannya seperti Gaea, memang ada Lola tetapi tidak separah itu.

Eryk kembali berakting, "Aku lelaki paling beruntung hari ini," katanya semanis mungkin, mengambil tangan kanan Gaea, kemudian memasangkan cincin tersebut di jari manis wanita itu yang mengejutkan pas di jari Gaea padahal berharap kekecilan jadi bisa membalas memaksa cincin itu terpasang, ukuran jari Gaea sama dengan Katherine.

"Aku tidak sabar bisa melihat lagi kau tidur di sampingku, baby," kata Eryk disertai tawa kecil, "walaupun kau suka mendengkur keras sih ...."

Gaea syok.

Apa ... apa barusan Eryk mengejeknya tukang pendengkur? Enak saja! Ia tidak pernah mendengkur, sepengetahuannya, selama ini Lola dan Ava tidak protes soal itu.

Gaes tidak mau kalah, "Aku juga tidak sabar bisa melihat kau tidur di sampingku," katanya, "walau ... kau suka buang angin sembarangan ketika tidur, baby."

Kali ini Eryk yang kesal, alisnya mengerut tidak suka; Gaea pikir bisa mengalahkannya lagi? Mimpi.

"Kau begitu manis, baby," kata Eryk seraya tertawa kecil, "termasuk ketika kau bangun tidur rambut seperti singa pun tetap cantik."

Gaea mengepalkan tangannya menahan emosinya.

Siapa yang rambutnya seperti singa?

"Kau juga manis babe bahkan dengan air liur yang menetes saat kau tidur," Gaea tetap tak mau mengalah.

Eryk juga mengepalkan tangannya; ia tidak pernah seperti itu!

Eryk dan Gaea melemparkan death glare satu sama lain menandakan tidak ada yang mau mengalah satu sama lain.

"Pasangan yang aneh."

Eryk-lah yang mengakhiri tatapan kebencian mereka berdua.

Seingin apapun Eryk ingin melawan, tidak bisa, tidak memiliki senjata lain melawan juga dirasanya cukup, image-nya hancur.

Semakin ini cepat selesai, semakin cepat pula Gaea berada di tangannya.

Tuhan tahu betapa Gaea butuh beberapa pelajaran darinya.

"I love you," kata Eryk lembut.

Gaea sedikit syok, "I-I love you too," sahutnya malu, tak menyangka Eryk akan membalas seperti itu, memang ucapan itu palsu namun ucapannya sendiri asli. Ia tidak menyangka akan menyatakan perasaannya walau yakin Eryk menganggapnya cuma omong kosong.

"Cium! Cium! Cium!"

Pipi Gaea memanas seketika.

Cium? Cium?

Mencium Eryk? Eryk?

Gaea melirik Eryk malu-malu melalui bulu matanya—dan tertunduk mengetahui mata masih Eryk tertuju padanya.

Gaea ingin berkata 'tidak' namun melihat Eryk membuatnya refleks tertuju pada bibir merah muda alami pria itu.

Apa yang harus dilakukannya?

Eryk yang sejak tadi memerhatikan Gaea yang tertunduk dalam, kebingungan; kenapa Gaea terlihat begitu malu? Bukankah sudah biasa? Atau ... wanita itu belum pernah?

Sebuah ide cemerlang muncul di kepala Eryk, ide untuk membalaskan dendam pada wanita itu, "Ayo kita lakukan, baby," katanya dengan seringai kecilnya, "kita perlihatkan ke mereka betapa 'cintanya' kita."

Gaea syok mendengarnya sedikit kesal pada Eryk yang seenaknya, tidak tahukah sejak tadi ia tidak merasa nyaman? Dan apa Eryk masih belum puas akan chaos yang dibuat mereka berdua?

Untuk apa juga menuruti kata-kata orang asing? Memang mereka siapa?

Gaea hendak memprotes akan tetapi sebelum bisa mengeluarkan perasaannya, Eryk sudah mendekatkan diri, "Wha—!" Belum selesai mengucapkannya, bibir mereka bersentuhan membuat jantungnya seketika melompat terasa tersetrum oleh lenmbutnya bibir Eryk.

Ciuman lembut Eryk membuat tubuh Gaea berhenti memberontak, perlahan menutup matanya dan mulai membalas ciuman Eryk yang selalu diimpikan olehnya setiap malam.

Ciuman Eryk begitu hati-hati namun begitu agresif bersamaan, mencermin diri Eryk itu sendiri dan persis sama seperti apa yang diimpikannya hingga Gaea berpikir apakah ini akting atau bukan.

Apa pun jawabannya, Gaea tak bisa berhenti, benar-benar menikmati setiap detiknya.

Eryk yang mengakhiri ciuman mereka, yang diikuti tepuk tangan riuh orang-orang serta ucapan 'selamat'.

Gaea tidak peduli sama sekali akan hal tersebut, di kepalanya hanya ada Eryk serta ciuman mereka saat ini bahkan ketika pria itu memegang erat tangannya membimbing keluar bandara hanya diam menurut.

Eryk mempersilakan Gaea masuk ke dalam mobil miliknya dengan se-gentle mungkin, juga sebisa mungkin menahan seringai lebar di bibirnya muncul.

Gaea duduk tepat di belakang sopir masih tenggelam dalam fantasy di kepalanya hingga tersadar saat Eryk mengurungnya dengan kedua tangan kekar di sisi kepalanya.

"Kau benar-benar menikmati menjadi Cinderella, iya?" tanya Eryk datar.

Cinderella—apa?

"Tapi menyedihkan 'magic' dari Peri itu sudah berakhir," kata Eryk pura-pura bersimpati, mengambil helaian rambut cokelat Gaea, dan dengan seringai lebarnya berkata, "you're mine now."

Tubuh Gaea membeku.

Apakah sudah telat untuk berkata maaf?