Chereads / Manusia Alternatif / Chapter 7 - Seumpamanya

Chapter 7 - Seumpamanya

Perusahaan konstruksi tempat Piku bekerja saat ini dipimpin oleh pak Wijaya, beliau begitu tegas dan tidak toleransi terhadap keterlambatan jam kerja, pak Wijaya sendiri adalah orang kepercayaan pemilik asli dari perusahaan konstruksi itu, dia diberikan kepercayaan penuh untuk menjalankan perusahaan selama masa pemulihan mental yang diderita oleh pemilik aslinya yang bernama Rana, wanita yang sudah berusia 32 tahun.

Awal mula berdiri perusahaan ini merupakan hasil rintisan dari suami Rana. Hansen dipanggil Hans sejak kecil, HansĀ  telah meninggal akibat sakit. Hans dikenal sebagai orang yang percaya diri dan memiliki jiwa kepemimpinan, perusahaan ini adalah hasil kerja keras yang dia bangun semasa hidup.

Hans dan Rana membangun perusahaan konstruksi ini bersama-sama, namun setelah menikah Hans semakin terobsesi pada kemajuan perusahaan, dirinya selalu sibuk dengan klien dan cenderung mengabaikan hubungan pernikahannya, waktu yang dilalui Hans hari demi hari semuanya hanya dihabiskan pada pekerjaan, pola hidup yang kian menegang kemudian membuat Hans terserang sakit parah, dirinya divonis serangan jantung sampai akhirnya terbaring kritis di rumah sakit.

Ketika itu di kamar rumah sakit tempat Hans dirawat. "Hans kenapa kau terlalu memaksakan diri," rintih Rana yang menangis sambil menggenggam erat tangan Hans yang terkulai lemah.

"Maafkan aku Sayang, aku terlalu bernafsu untuk mengejar impianku, dengan semua yang telah kita capai, aku masih ingin lebih, aku sampai lupa untuk bersyukur, parahnya lagi aku pun lupakan dirimu, setelah aku sembuh nanti aku berjanji akan memperbaiki kembali hubungan kita, Aku ingin tidur di pangkuanmu, kasur ini rasanya tidak nyaman," keluh Hans sewaktu dia masih sadarkan diri.

Sayangnya kesadaran Hans tidak bertahan lama, sepertinya takdir mengambil peran begitu ganas, tak lama setelahnya Hans memejamkan mata untuk yang terakhir kali, sontak saja hantaman sangat keras menghujam jiwa Rana ketika itu, hantaman itu ternyata sangat kencang hingga menembus batas kesadaran Rana yang saat itu langsung tertunduk dan jatuh pingsan akibat tak kuasa menerima kesedihan yang datang karena kematian Hans suami tercintanya.

Rana sangat depresi, hari-hari penuh warna itu mendadak menjadi hitam. Dia kehilangan tawa dan senyumnya. Penyesalan terus menghantui Rana prihal usahanya yang tidak maksimal untuk menghentikan sepak terjang Hans semasa hidup, dia sadar sebenarnya solusi bagi Hans adalah bersyukur, hidup lebih sederhana, say no to word, seharusnya Hans bisa menyetop keinginannya, dengan begitu dia akan lebih berpotensi untuk mendapatkan kebahagiaan.

Sayangnya Hans tidak bisa menyetop keinginannya itu, selama ini dia menderita karena tidak mengerti kondisi titik dalam hidup dan selalu koma, akhirnya Hans selalu tidak puas, diberi apapun tidak puas, karena keinginan sendiri yang tidak pernah habis, tidak pernah berhenti.

Seharusnya Hans bisa mengenal titik sudah dalam hidupnya, itulah sebenarnya kunci bahagia.

Sebanyak apapun harta Hans, setinggi apapun karir Hans, semulia apapun Hans di hadapan masyarakat, kalau ternyata dalam hidup masih banyak sekali kehendak yang belum terwujud, pasti tetap tidak akan bahagia.

***

Dulunya Hans memiliki sahabat bernama Smith, mereka berdua adalah sama-sama anak dari panti asuhan. Smith memiliki sikap yang tidak mudah ditebak, dia agak rumit sehingga tidak banyak mempunyai teman, berbeda dengan Hans yang sejak kecil sudah sangat pandai berbaur dan sangat mudah diterima oleh teman sebayanya.

Hans gemar untuk bersenang-senang, bahkan Hans sudah memiliki aura yang menyenangkan sejak kecil, dirinya sangat menghargai hubungan pertemanan sehingga Smith tidak pernah berada jauh dari sisinya, sebab dirinya selalu merasakan berada di dekat Hans akan membuatnya aman dan terlindungi.