Chereads / Manusia Alternatif / Chapter 8 - Gadis Blasteran Belanda

Chapter 8 - Gadis Blasteran Belanda

Persahabatan Hans dan Smith berjalan langgeng sampai mereka dewasa, mereka bahkan sudah menyelesaikan studi mereka secara bersamaan pada jurusan Arsitektur, keduanya memiliki tingkat kecerdasan yang sama, hanya saja Hans lebih unggul dalam hal kepemimpinan dan karismatik, hingga setelah dewasa pun bahkan sesudah lulus sarjana Smith tetap tidak bisa jauh dari Hans, persahabatan mereka sangat kuat dan tak terpisahkan.

Di lain sisi pertemuan yang telah direncanakan Tuhan terjadi. Hans dan Rana saat itu bertemu saat makan siang, mereka mampir ke salah satu toko roti di pinggir jalan kota, toko roti itu sendiri adalah milik Rana, bangunan toko yang unik dengan Arsitektur Eropa klasik dengan dinding yang berwarna putih yang dihiasi profilan yang melekat pada dinding bangunan. ada dua buah daun pintu yang besar dengan ketinggian sekitar 362 cm dan lebar 128 cm masih terlihat sangat kokoh. Dengan plang nama roti Zoet En Heerlijk, sebagai nama dari toko roti yang dimiliki oleh Rana itu.

Hans dan Smith sedang menyantap roti di meja bernomor tiga, di atas meja itu ada beberapa roti manis yang mereka pesan dan juga ada dua gelas teh hijau juga, meja itu berada di ujung ruangan, menghadap ke arah jendela kaca yang menembus pemandangan ke halaman depan toko yang berupa jalanan kota, namun ada sedikit trotoar pembatas antara halaman toko roti dan jalan lalu lintas di halaman itu. Terlihat seorang wanita yang sedang menyiram bunga.

"Sangat indah pemandangan ketika itu, tentunya karena kecantikan bunga dan juga si penyiram bunganya juga,"pikir Hans yang sedang memandangi Rana melalui jendela kaca itu. Dia lantas memberanikan diri untuk mendekatinya.

"Selamat siang nona, perkenalkan saya Hans, mau ikut bergabung makan siang bersama kami, sekiranya nona menerima ajakan saya tentunya saya akan sangat berbahagia sekali," sapa Hans dengan nada yang begitu percaya diri diiringi pandangan mata yang berbinar. Rana tersenyum barang sejenak kemudian mengatakan.

"Boleh saja."

Seorang wanita yang manis yang berjualan roti manis pula, batin Hans.

Tapi entahlah apa yang ada dipikiran Smith ketika itu, karena jalan pikiran Smith yang begitu rumit, tapi jika dilihat dari ekspresinya, dia senyum-senyum saja.

Diawali pertemuan pertama mereka akhirnya muncullah pertemuan kedua, ketiga dan seterusnya. Hans dan Smith seringkali mampir untuk makan siang di toko roti Zoet En Heerlijk milik wanita menggemaskan berambut pendek berdarah campuran Belanda itu.

Uh konyol sekali jika kami terus-terusan mampir ke toko roti yang sama dengan alibi makan siang, Hans membatin.

Tapi di lain sisi Rana sendiri juga sangat mengharapkan kedatangan kedua teman spesial nya itu.

"Tidak apa-apa kalau mampir setiap hari," ujar Rana seolah bisa membaca pikiran Hans.

Nampaknya ini bukan lagi permasalahan bisnis namun lebih dari itu, ini adalah masalah rasa. Rana mulai jatuh hati kepada salah satu dari kedua pria itu.

Mereka kembali memulai pertemuan di meja yang sama hampir setiap hari, tempat dimana pertama kali mereka saling berkenalan. Meja itu sengaja selalu dibiarkan kosong khusus untuk tamu istimewa pemilik toko.

Pada kunjungan yang kesekian kalinya, dalam beberapa waktu mereka larut dalam pembicaraan semenarik itu, dan Hans selalu yang paling semangat jika membicarakan mengenai mimpi-mimpi yang akan dia kejar.

Rana sangat menikmati sekali pembicaraan tanpa topik yang jelas itu, bahkan terkesan alakadarnya, sorot matanya terlihat sangat senang dan berbinar-binar, apalagi sesekali arah mata Hans dan Rana tertangkap saling bertatap-tatapan.