Chereads / Manusia Alternatif / Chapter 9 - Tergugah

Chapter 9 - Tergugah

Sesuatu yang tidak muncul ke permukaan adalah tentang rasa suka yang terpendam dihati Rana, ironisnya ini adalah cinta segitiga. Smith juga diam-diam telah jatuh cinta kepada Rana, pembawaannya yang terlihat santai ketika itu, yang hanya sesekali bicara sambil menghisap rokok di meja mereka, seolah membuatnya menjadi penjaga rahasia terbaik dalam menutupi perasaannya.

Dia mempunyai pemikiran yang terkesan masih terlalu dini, Hans yang sudah dianggap sebagai kakaknya, lebih penting dari sekedar rasa cinta yang dia pendam. Smith tak butuh waktu lama, apalagi harus larut dalam galau untuk meredam sendiri cintanya, asalkan berbayar dengan kebahagiaan Hans.

Smith memilih untuk mendukung hubungan mereka meski itu sebenarnya sama saja akan menyakiti hatinya, seperti dia meminum racun lalu merasakan betapa pedihnya setiap organ tubuhnya yang hancur, namun tetap berusaha setengah mati ditelan, sebab jika mereka menikah, dia harus ditinggalkan oleh dua orang yang dia cinta sekaligus. Saat itu Hans berpikir bahwa dia telah menemukan, namun bagi Smith itu merupakan perpisahan.

Enam bulan berlalu sejak pertemuan tak sengaja antara mereka bertiga, kemudian juga pertemuan-pertemuan yang sengaja direncanakan. Benar saja, akhirnya Hans dan Rana menikah. Dihari pernikahan mereka saat itu Rana terlihat sangat anggun dengan gaun pengantin itu, putih seperti angsa yang cantik, begitupun dengan Hans yang nampak gagah mengenakan jas warna putih juga.

Smith menghadapi dua kondisi yang terasa aneh saat itu, dia merasa bahagia karena dua orang yang dia cintai menikah, namun juga sedih karena sungguh dia menyadari tidak ada ruang lagi bagi dirinya untuk memiliki salah satu diantara mereka.

Smith lebih memilih menjauh dan meninggalkan pesta pernikahan dua pasangan yang berbahagia itu, dengan hembusan asap rokok yang mengarah ke langit-langit, matanya saat itu agak memerah.

Smith benar-benar pergi untuk menenangkan diri dan melanjutkan pendidikannya, meraih gelar Magister di luar kota.

Hari itu adalah hari keberangkatannya dan hari terakhir melihat Rana di atas pelaminan.

Beberapa tahun selanjutnya setelah lulus dengan gelar Magister, Smith kembali ke kota itu lagi, dia belum sempat menikah, sedangkan Rana sudah menjadi seorang janda akibat kematian Hans, namun bukan itu alasan Smith kembali, alasan sebenarnya adalah untuk urusan pekerjaan, dia membuka cafe di kota itu.

Tragisnya Rana tidak pernah benar-benar siap untuk ditinggal mati oleh suaminya, bahkan ini sudah delapan tahun berlalu sejak ditinggal Hans. Keadaan kesehatan Rana sangat menghawatirkan sehingga Pak Wijaya seringkali datang membesuk atau membawakan obat untuknya. Smith juga sesekali mampir untuk menjenguk kondisi Rana, sesempatnya saja.

Smith juga sempat berpikir untuk kembali memberikan kesempatan pada cintanya itu, namun saat Rana melihatnya, tatapan itu adalah tatapan yang sama pada Hans, dia sadar betul akan hal itu, jika harus hidup dengan bayang-bayang orang lain rasanya Smith tak sanggup, bahkan sampai saat ini hati Rana hanya untuk Hans.

Rana hanya sendirian saja di rumahnya tanpa seorang pun asisten rumah tangga, dia hanya akan menghubungi Pak Wijaya melalui telepon ketika keadaan kesehatannya memburuk. Sepahit itulah masa lalu pemilik asli perusahaan konstruksi tempat Piku bekerja.

Dimasa sekarang, dalam gedung kantor tempat para karyawan melakukan pekerjaan, siang itu Piku sedang mempresentasikan beberapa hasil desain bangunan rancangannya kepada beberapa klayen, namun tak lama berselang suara telepon Pak Wijaya berdering, itu adalah telepon dari Rana.

Tahu akan hal itu, sontak saja pak Wijaya langsung bergegas meninggalkan ruang meeting itu, tetapi tetap menginstruksikan agar meeting tetap berjalan.

"Saya mohon izin karena keponakan saya sedang sakit," ujar Pak Wijaya.

Piku melanjutkan presentasinya untuk menutupi kekacauan di ruang meeting itu, dia tetap memberi penyampaiannya yang sempat terhenti itu.

"Masalah yang sering terjadi untuk rumah tipe kecil ukuran standar dengan luas tanah kurang dari enam puluh meter persegi adalah suhu panas yang diakibatkan oleh atap seng ditambah lagi padatnya perabotan di dalam rumah, dan AC bukanlah solusinya, karena tidak semua orang tahan dengan udara dingin dari AC ataupun sejenisnya, ini juga memberatkan bagi calon penghuni yang berasal dari golongan menengah atau kebawah, oleh sebab itu kami menawarkan rumah huni dengan sirkulasi udara yang baik, agar suasana di dalam rumah terasa sejuk dan segar, ditambah lagi dengan ruang terbuka yang hijau, halaman dengan taman adalah icon yang paling penting dalam desain kami, taman yang diisi dengan tumbuhan juga akan memberikan sensasi segar terhadap penghuni rumah dan secara psikologis taman yang indah mampu mengurangi stres," ujar Piku dalam closing presentasinya.

Meeting itu berjalan dengan baik dan mendapat beberapa pujian dari klayen. Tak sampai disitu saja seluruh karyawan saat itu merayakan keberhasilan yang diraih Piku, mereka mengadakan pesta kecil-kecilan di kantor dengan memesan makanan dan minuman via-online.

Meski sudah malam suasana kantor masih saja riuh, ini merupakan budaya dari kantor yang mana setiap keberhasilan haruslah selalu dirayakan, harus ada hadiah pada setiap pencapaian yang diraih. Di tengah pesta itu Pak Wijaya tiba-tiba menelepon Piku, sebelum mengangkat telepon, Piku menempelkan jari telunjuknya ke bibir mengisahkan agar semuanya diam sejenak.

"Halo," ujar Pak Wijaya.

"Iya pak," jawab Piku.

"Bagaimana hasil meeting tadi siang? apa ada masalah?" tanya Pak Wijaya.

"Semua baik-baik saja pak, bahkan kita menang tender, semua klayen tertarik pada presentasi kita dan memilih berkerjasama," jawab Piku dengan nada yakin.

"Bagus! atas pencapaianmu ini kau akan dapat promosi, tapi maaf sebelumnya saya tidak bisa ikut ke jalannya pesta perayaan karena masalah disini belum selesai, temui saya besok lusa di ruangan saya,"ujar Pak Wijaya.

"Iya pak terima kasih," jawab Piku. Kemudian sambungan telpon di tutup.

Karena hari sudah mulai larut, satu persatu karyawan pulang dan sebagiannya lagi masih bersiap-siap termasuk juga Piku diantaranya, saat itu masih banyak sekali box makanan yang belum terbuka.

Sayang sekali makanan di sini masih tersisa banyak, biar aku bawa pulang saja, pikir Piku. Akhirnya dia pulang dengan membawa banyak sekali makanan.