Chereads / Alifah, Kaulah yang Kumau / Chapter 3 - Pacaran? No way

Chapter 3 - Pacaran? No way

Islam adalah Rahmatan Lillallaamiin. Ramhat bagi seluruh umat, Sungguh!! Semuanya akan disamakan perlakuannya. Semua dalam lindungan dan merasa aman. Contohnya dalam kasus mencuri. Jika orang Islam ada yang mencuri hukumannya sudah jelas Potong tangan. Jika peraturan ini diterapkan maka pencuri dapat diminimalisir, orang tak akan niat mau mencuri, membayankannya saja ngeri apalagi merealisasikannya.

Kalaupun bakalan terulang lagi alias mencuri lagi, curinya pake apa? Kan tangannya udah kepotong. Masa iya pake kaki?? Terus jalannya ngesot gitu?? ya enggak kan? Nah, kira kira siapa yang aman?? Apa cuma orang Islm saja??Jelas semua orang. Iya kan?!

Dan yang paling penting tak ada paksaan dalam memeluk agama Islam. Mereka tetap aman jika ingin beribadah sesuai dengan kenyakinan masing masing.

Allah SWT berfirman:

laaa ikrooha fid-diin, qot tabayyanar-rusydu minal-ghoyy, fa may yakfur bith-thooghuuti wa yu`mim billaahi fa qodistamsaka bil-'urwatil-wusqoo lanfishooma lahaa, wallohu samii'un 'aliim

"Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui."

(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 256).

Tetapi akan sangat menyedihkan jika yang menentang penerapan Syariah Islam ini adalah orang Islam sendiri. Tetapi jika mereka melanggar atau menghalang halangi orang Islam dalam beribadah atau menyiksa, melanggar aturan syariah Islam maka kita sebagai orang islam hanya menyaksikan atau membiarkan mereka.

Sekalipun mereka adalah saudara saudara kita, sahabat kita. Karena jika mereka berbuat demikian, berarti mereka menentang Allah dan menjadi musuh Allah

Allah SWT berfirman:

yaaa ayyuhallaziina aamanuu laa tattakhizuu 'aduwwii wa 'aduwwakum auliyaaa`a tulquuna ilaihim bil-mawaddati wa qod kafaruu bimaa jaaa`akum minal-haqq, yukhrijuunar-rosuula wa iyyaakum an tu`minuu billaahi robbikum, ing kuntum khorojtum jihaadan fii sabiilii wabtighooo`a mardhootii tusirruuna ilaihim bil-mawaddati wa ana a'lamu bimaaa akhfaitum wa maaa a'lantum, wa may yaf'al-hu mingkum fa qod dholla sawaaa`as-sabiil

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu sebagai teman-teman setia sehingga kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal mereka telah ingkar kepada kebenaran yang disampaikan kepadamu. Mereka mengusir Rasul dan kamu sendiri karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu.

Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang, dan Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barang siapa di antara kamu yang melakukannya, maka sungguh, dia telah tersesat dari jalan yang lurus."

(QS. Al-Mumtahanah 60: Ayat 1)

Dan tentunya jika upacara pengibaran bendera di tiadakan, tak ada lagi siswa dan siswi tergesa gesa untuk mengejar upacara bendera. Termasuk gadis yang ada disana yang sudah mulai kepayahan mengayuh sepedanya dengan kekuatan penuh yang sudah dibanjiri dengan keringat.

"Alhamdulillah gerbang sekolah sudah ada didepan mata" ucapnya bersyukur dalam hati.

Tapi sayang nasib baik belum barpihak padanya. Pintu gerbang sudah tertutup beberapa menit sebelum dia sampai. Dan terlihat para siswa sudah mengatur masing masing barisan untuk melaksanan rutinutas hari senin, sesuai kelas dan tugasnya masing masing. Tak lupa para guru mulai turun lapangan juga.

"Pak pak...tolong dong bukain puntunya....plisshh!!!" Mohon gadis itu pada pak satpam yang yang menjaga pintu gerbang, sambil mengatur pernapasanya yang masih ngos ngosan.

"Aduh neng Alifah, gerbangnya sudah di gembok tidak bisa dibuka lagi atuh" balas pak satpam yang biasa dipanggil pat Udin. Dia sebenarnya merasa kasian dengan Alifah tapi bagaimana lagi peraturan ya peraturan.

"Kan kuncinya ada di bapak, jadi bisa dibuka kan? jawaban cerdas yang bisa membuat pak udin tersenyum sambil geleng geleng kepala.

"Iya deh, tapi jangan bilang siapa siapa ya! Dan jangan di ulangi lagi!!" Balasnya pasrah. Siapa yang bisa melawan jika mulut gadis itu mulai unjuk argument.

Pendapat seseorang gampang untuk di patahkan, apalagi cuma pak Udin. Bukannya Sombong, Alifah memang jenius, hampir semua guru mengakuinya. Sambil menengok kiri kanan mengamati dan memastikan keadaan aman sentosa, dia mengendap ngendap ke pos jaga untuk mengambil kunci gembok yang tergantung di dinding.

Dengan perasaan was was pak Udin kembali. Takut kepergok sama guru atau bahkan kepala sekolah. Kalau kedapatan membukakan gerbang untuk siswa yang telat, kan repot. Bukan cuma Alifah yang kena sanksi, dia juga.

"Terimah kasih banyak pak Udin. InsyaAllah tidak di ulangi lagi" Janji Alifah sambil cengir menampakkan senyum pepsodentnya. Untung giginya rapi jadi PD saja menapakkan giginya yang membuatnya tambah manis dan cantik.

"Iya, sama sama neng, tapi senyumnya dikurangi nanti pak Udin diabet" balas pak Udin gombal receh. Sambil membukakan gembok setelah dirasa aman. Bukannya berhenti tersenyum, Alifah malah semakin melebarkan senyumannya atas gombalan receh pak Udin.

"Ya sallam...kok semakikn hari makin manis sih neng" keluh pak udin pura pura ngambek karena senyum alifah semakin melebar.

"Hehhehe pak Udin bisa aja...engga ada uang receh nih" balas Alifah sambil membawa sepedanya kedalam pekarangan sekolah.

"Tasnya eneng di taroh aja sini. Sepedanya biar bapak yang bawa keperkiran. Eneng lansung saja cari barisan. Habis Upacara balik lagi ke sini. Biar enggak ketahuan kalo eneng telat" saran pak Udin menghentikan langkah Alifah.

"Apa enggak merepotkan pak?" Tanya Alifah merasa tak enak hati, tawaran pak Udin susah untuk di tolak. Tapi jika di ambil malah merepotkan. Jika ditolak bisa ketahuan. 'Giman donk' batinnya mengeluh.

"Enggak apa apa eneng. Enggak merepotkan kok. Uda sana cepat, itu para guru sudah mulai rapi "Usir pak Udin.

"Iya pak. Terima kasih" balas Alifah sambil berlari menuju lapangan, mengikuti teman teman yang lain untuk mengikuti upacara dengan keadaan hati yang sungguh sungguh tak rela pemirsa, kerudungnya berkibar kibar tertiup angin.

Dulu sebelum mengetahui hukum Upacara menurut Islam, Alifah salah satu siswi yang aktif dalam kegiatan baris berbaris dalam upacara dan dia selalu ambil peran. Ya, kalau bukan sebagai pembawa bendera dia terkadang mengambil tugas sebagai dirgen atau pemandu paduan suara. Tapi itu dulu, lebih tepatnya enam bulan yang lalu.

Setelah negara api menyerang, menyerang pemikirannya. Menanamkan pemahaman Islam secara kaffah ke dalam kehidupannya. Dan perubahan itu bukan hanya pemikirannya tetapi kebiasaan tingkah laku bahkan pakaiannya pun ikut berubah. Perubahan 180 derajat. Orang lain menyebutnya dengan berhijrah.